Kemandirian
bukan bawaan. Kemandirian tidak datang secara simultan. Ada peroses,
dibutuhkan kebiasaan dan latihan secara konsisten untuk mencapai
kemandirian. Kemandirian bukan monopoli pada seorang pemimpin saja.
Kemandirian harus tumbuh dari setiap individu, kemudian individu
membentuk kelompok, dari kelompok membentuk komonitas. Kemandirian harus
menjadi spirit dan polarisasi dalam hidup keseharian. Ketika, individu,
kelompok dan komonitas telah tercipta kemandirian maka akan tercipta
satu tatanan hidup yang diniamis. Kemandirian di dalam organisasi misal, sebuah organisasi harus bisa menciptakan sikap kemandirian.
Dengan
adanya sikap kemandirian maka pola perjalanan organisasi akan mampu
bersinergi dengan baik. Oleh sebab itu seorang pemimpin dituntut mampu
membangun kemandirian dengan cara memberikan kepercayaan dan kontrol
secara berkala dan berkelanjutan. Control diperlukan sebagai alat dalam
melihat sekala dan prioritas selama ia bekerja atau berada di
organisasi. Selanjutnya kepercayaan merupakan satu instrument guna
membangun kemandirian terhadap diri dan patner itu sendiri “anggota”.
Dengan
diberikan kepercayaan pada diri individu dimungkinkan individu tersebut
akan terjadi dinamika “kompetensi” berupa tanggung jawab.
Menumbuhkembangkan rasa percaya diri dan tanggung jawab bukan satu hal
yang mudah dan juga bukan hal yang sulit. Maka pola intraksi dan
komonikasi bisa didorong guna menciptakan pengaruh terhadap individu
yang lain.
Tak
mudah mengelola sebuah organisasi. Bukan berarti tidak bisa. Kematangan
dan komitmen dapat menjadi bekal seseorang untulk menjalankan roda
ke-organisasi-an secara baik dan sistematis. Keterbukaan antara anggota
dengan anggota lain menjadi kunci dalam membangun seprirt yang lebih
baik. Hindarilah sikap menggurui sesama anggota, karena pada perinsipnya
manusia paling anti terhadap cara-cara seperti itu.
Kunci
keberhasilan tidak dapat diukur dengan melimpahnya materi, atau kita
bisa memimpin satu perusahaan besar. Karena banyak para pemimpin
perusahaan besar ternyata mengecewakan karyawan-nya. Mengapa banyak
pemimpin perusahaan mengecewakan karyawan-nya, jawabnya sederhana.
Pertama tidak adanya komonikasi yang baik antara pemimpin dan yang
dipimpin. Terkadang seorang pemimpin lebih mengedepankan sikap
otoriter--nya, dan mengabaikan aspirasi bawahannya.
Organisasi
bukan milik individu maka sikap individual itu harus dihindari. Setiap
orang memiliki kepentingan dan penting bagi seorang pemimpin memahami
kepentingan anggotanya. Tapi bukan berarti pemimpin harus tunduk dan
terkontaminasi oleh banyak kepentingan. Komonikasi dan lakukan
komonikasi, paparkanlah kepentingan perusahaan dan akomodasi kepentingan
anggota. Karena dengan mengakomodasi kepentingan anggota, dengan
sendirinya anggota akan mengedepankan kepentingan bersama.
Bangun
sikap disiplin. karena disiplin akan membawa pada kesuksesan dan
keberhasilan. Sukses belum tentu berhasil. Dan sukses merupakan
keberhasilan.