Selasa, 30 Mei 2017

TB SILALAHI


Letaknya: TB Silalahi Center berada di Jalan Pagarbatu No.88, Desa Silalahi Pagarbatu Balige, Kabupaten Toba Samosir. Lokasi tempat TB Silalahi Center ini berdiri, dulunya adalah lahan yang digunakan oleh Pabrik air minum Aeroz. Lokasi ini, mulai dari lokasi parkir sampai dengan kolam renang TB Center (Pagarbatu) memiliki luas lahan sekitar 2,6 Ha.

Setelah Soft Opening Museum Batak TB Silalahi Center pada tanggal 18 Desember 2010 bulan lalu yang dihadiri oleh Bapak Lambock Nahatands Wakil Sekretaris Kabinet, Wakil Gubernur Sumatra Utara Dan Para Bupati dari beberapa kabupaten yang mengisi 6 puak Batak,  Museum Batak ini akan segera diresmikan oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 18 Januari 2011 di komplek TB Silalahi Center Desa Pagar Batu, Balige Kabupaten Toba Samosir. Berbagai persiapan untuk penyambutan Presiden pun sudah dilakukan cukup matang dengan bekerjasama dengan berbagai pihak.
Dan direncanakan juga pada saat Grand Opening tersebut akan ada Penganugerahan pakaian Kebesaran Adat Batak kepada Bapak Presiden RI dan Ibu Negara yang dilakukan oleh 6 Pemuka Lembaga Adat 6 Subetnis Batak

Selanjutnya Museum Batak ini siap menjadi objek wisata sekaligus tempat untuk melihat dan mempelajari benda-benda kuno serta kebudayaan warisan leluhur bangsa Batak.
Bangunan berarsitektur modern ini memiliki 3 lantai dan lahan kurang lebih seluas 5 hektare. Meliputi outdoor museum seluas1.536 m2 yang terdiri dari kantor, ruang CCTV, laboratorium, ruang pelayanan dan ruang utilitas. Lantai 2 berada di area seluas 1.340 m2 dengan fasilitas ruang pamer indoor tetap, ruang pamer temporer, ruang pamer benda khusus, ruang audio visual, dan ruang edukasi. Di lantai 3 merupakan atap museum sebagai mini kafe dan viewing peck. Di bagian depan gedung, terdapat diorama 6 puak Batak yakni, Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Pakpak Dairi, dan Angkola.
Museum Jejak Langkah dan Sejarah TB Silalahi dibagi menjadi dua, yaitu taman perjuangan dengan luas sekitar 1100 m2 yang sekaligus menjadi halaman depan kompleks TB Silalahi Center dan Museum Indoor dengan luas 400 m2.
Di Taman Perjuangan ini terpajang Kendaraan Tank AMX yang merupakan Tank Komando Batalyon Kavaleri 8/Kostrad. Mayor TB Silalahi adalah Komandan Batalyon ini pada kurun waktu 1972-1975. Disamping itu terdapat juga Helikopter Serbu BO-105 yang sering dipakai oleh TB Silalahi selama bertugas secara aktif di tni ad.
Ditengah taman terdapat Patung TB Silalahi beserta patung harimau (macan) yang merupakan simbol dari kesatuan-kesatuan yang pernah beliau lewati. Kesatuan tersebut adalah Kodam Siliwangi dan juga Batalyon Kavaleri 8/Kostrad.Sekaligus juga merupakan shio dari tanggal lahirnya, yang dalam ilmu perbintangan Cina merupakan salah satu Shio terbaik karena membawa keberuntungan.
Masuk kedalam museum indoor, pengunjung dapat melihat foto 6 presiden RI mulai dari Presiden Soekarno sampai dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal ini menunjukkan keterlibatan beliau dalam sejarah
panjang perjuangan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Secara sistematis foto demi foto disusun, banner demi banner diletakkan sehingga para pengunjung bisa
memahami dengan jelas perjalanan hidup beliau mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, saat mengabdi sebagai prajurit TNI AD, saat menjadi anggota kabinet sebagai menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, dan saat menjadi Tokoh masyarakat yang terlibat dalam bidang kemanusiaan, keagamaan, dan sosial budaya.
Didalam museum disimpan berbagai berbagai Pakaian Dinas TNI-AD. Mulai dari pakaian siswa taruna Akmil
TNI, pakaian dinas upacara, pakaian dinas lapangan, dan pakaian dinas harian yang digunakan selama aktif di TNI AD. Juga dipajang pakaian dinas kontingen garuda untuk PBB, Toga waktumendapatkan gelar DR (HC) dari Universitas Gregorio Araneta Filipina, pakaian dinner party Asrena
KASAD (1985-1988) dan juga pakaian dinner party Menteri Kabinet Pembangunan VI (1993-1998). Disamping pakaian kedinasan juga dipanjang pakaian daerah suku Bugis Makasar dan juga pakaian suku Melayu yang diberikan oleh Kesultanan Deli (2007), dimana kedua suku itu telah mengangkat beliau menjadi warga kehormatan. Suatu bukti betapa pengaruh dan keberadaannya melintasi rasa kesukuan, rasa kedaerahan, dan rasa keagamaan.
Pataka MABESAD, KODAM Siliwangi, KODAM Hasanuddin, dan KODAM Diponegoro, dan KOSTRAD digantung dengan rapi di dinding ruangan sebagai bentuk dari perjalanan beliau melewati berbagai kesatuan sampai penugasan terakhir sebagai prajurit TNI.
Ditengah ruangan terdapat sebuah mobil dinas PBB, jeep M-16 yang merupakan mobil yang digunakan oleh Mayor Kavaleri TB Silalahi untuk melakukan inspeksi pasukan perdamaian PBB (UNEF) di gurun Sinai pada musim gugur 1974. Beliau menjabat sebagai Camp Commandant di Markas UNEF di Kairo Mesir yang bertugas menjaga perdamaian akibat perang antara Mesir dan Israel. Bendera yang tergantung di
plafond ruangan yang meliputi PBB, Indonesia, Mesir, Israel, Suriah, dan Jordania merupakan negara dan organisasi yang terlibat dalam misi perdamaian.
Bintang-bintang dan tanda kehormatan termasuk Bintang Mahaputra sebagai salah satu putra terbaik Indonesia juga disimpan didalam museum ini. Koleksi juga meliputi banyak
kenang-kenangan dari berbagai pejabat pemerintah negara asing seperti dari Presiden Bill Clinton, Presiden Fidel Ramos dll. Dalam kapasitas sebagai seorang pengajar, dimuseum ini juga disimpan banyak kenang-kenangan karena menjadi keynote speaker dalam berbagai seminar nasional.

Koleksi belumlah berhenti sampai disitu, masih banyak lembaran sejarah yang harus dilewati. Museum ini adalah motivasi bagi generasi muda bahwa kunci sukses adalah kombinasi antara belajar keras dan bekerja
keras. Kemiskinan tidak pernah menjadi halangan untuk mencapai masa depan yang cerah...



Profil TB. Silalahi
2008-12-01
Oleh ramces

kandunganultahTiopan Bernhard Silalahi dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 17 April 1938, ditengah-tengah keluarga yang berkecukupan pada saat itu karena Ayahnya adalah seorang supir pibadi seorang Belanda yang menjabat sebagai kepala perkebunan di daerah Sidamanik dan Tiga balata.

Pada umur tiga tahun, keluarga TB Silalahi pindah ke kampung halaman mereka Pagarbatu Balige. Sebagai orang yang berkecukupan, ayahnya mampu membeli bis yang digunakan untuk mencari nafkah. Akan tetapi kebahagiaan itu memudar seiring dengan kedatangan penjajahan Jepang. Disamping itu ayahanda beliau jatuh sakit yang akhirnya meninggal dunia pada saat TB Silalahi berumur 5 tahun.
Selama ayahanda beliau dalam perawatan sampai meninggal, kehidupan TB. Silalahi kecil hidup dalam serba kekurangan karena seluruh harta terpaksa harus dijual untuk membiayai pengobatan ayahanda tercinta ditengah-tengah sulitnya kehidupan pada saat itu. Ibunda tercinta yang sedang mengandung adik bungsunya terpaksa menjadi buruh pemecah batu bagi perintah Jepang yang sedang membuka jalan.
Penderitaan TB. Silalahi kecil berlanjut hingga beliau masuk ke sekolah rakyat yang membuatnya berbeda dengan anak-anak yang lain pada saat itu, beliau terpaksa harus menahan lapar saat menggembalakan kerbau dan memakan harimonting dan serangga untuk sekedar mengganjal perut, tetapi seiring dengan menyerahnya Jepang terhadap Sekutu dan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, kehidupan keluarga TB. Silalahi kecil sedikit membaik karena ibunda tercinta mempunyai kesempatan berdagang beras ke Sumatera Timur khususnya ke Medan, dan sebaliknya membawa barang-barang kelontong dari Medan untuk dijual di Balige. Keluarga TB. Silalahi kecil kembali mengalami penderitaan ketika Ibunda tercinta dirampok oleh pasukan liar di Batu Lubang, seluruh barang dagangannya dirampas berikut uang yang merupakan modal usaha.
http://www.tbsilalahicenter.com/tinymce/uploaded/Profil/sma.jpgKondisi ini memaksa TB. Silalahi kecil untuk berjuang bersama orangtua dengan membantu berjualan di pasar setiap hari Jumat. Karena tidak mau merepotkan sang ibu TB. Silalahi kecil juga bekerja sebagai penjual es cendol, mencuci mobil, menjadi kacung tenis, mencap kertas rokok untuk sekedar membiayai sekolah dan hidup mandiri, hal itu berlanjut hingga beliau duduk di bangku SMA yang membentuknya menjadi manusia yang berjiwa besar dan mandiri. TB. Silalahi kecil juga dikenal sebagai anak yang hadal atau lebih tepatnya adalah anak yang hiperaktif, berani, dan selalu tampil sebagai pemimpin, beliau tidak takut memasuki daerah-daerah yang diyakini sangat angker oleh penduduk kampungnya.

http://www.tbsilalahicenter.com/tinymce/uploaded/Profil/ITB.jpgSetelah menyelesaikan pendidikan SMA, TB. Silalahi berhasil lulus seleksi dan akhirnya mengecap perkuliahan di ITB jurusan Arsitektur, sebuah perguruan tinggi yang sangat terkenal hingga saat ini, beliau terinspirasi oleh Presiden Soekarno yang juga alumni dari Teknik Sipil ITB. Tetapi tersendatnya biaya kuliah karena sulitnya kehidupan di kampung halaman memaksa TB. Silalahi untuk mengubur impiannya menjadi seorang arsitek, tetapi hingga saat ini jiwa arsitek beliau selalu mencul dengan ide-ide yang luar biasa.
http://www.tbsilalahicenter.com/tinymce/uploaded/image/taruna.jpgAkhirnya ditengah-tengah kesulitan biaya kuliah, Akademi Militer Nasional ( AMN ) di Magelang membuka kesempatan untuk pemuda-pemuda Indonesia untuk mengikuti pendidikan militer, dan TB. Silalahi berhasil lolos seleksi dan menjadi Taruna Militer selama 3 tahun ( 1958 – 1961 ). Sesungguhnya menjadi prajurit adalah cita-cita beliau sejak kecil tetapi pihak keluarga tidak pernah merestui cita-cita tersebut. Setelah menjalani pendidikan di AMN, penugasan demi penugasan dijalani TB. Silalahi. Pengabdian di bidang militer diawali sebagi Danton Yonkav 4 Siliwangi dalam operasi Kamdagri di Jawa Barat (1962),http://www.tbsilalahicenter.com/tinymce/uploaded/Profil/PBB2.jpgWadanki dalam operasi Kamdagri di Sulawesi Selatan (1963-1965) bersamaan dengan operasi Dwikora. Danyonkav 8 Tank Kostrad (1972), ke Timur Tengah sebagai pasukan PBB pada perang Oktober 1973 antara Israel dan Mesir sebagai Camp Commandant UNEF Middle East di Kairo. Dosen Sesko AD (1974), Asops Kasdam XVI Hasanuddin di Ujung Pandang (1978), Kasdam IV Diponegoro (1984) dan Asisten Perencanaan dan Anggaran KASAD (1986) dengan pangkat Mayor Jenderal TNI.
http://www.tbsilalahicenter.com/tinymce/uploaded/Profil/letjen.jpgSejalan dengan penugasannya, TB Silalahi memanfaatkan waktunya dengan mengikuti pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung sampai sarjana muda (1968) dan mendapatkan S1 pada Sekolah tinggi Hukum Militer dengan predikat Cumlaude (1995). Atas prestasinya dalam bidang pemerintahan dan sosial, ia beroleh gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gregorio Araneta, 8 agustus 1996 di Manila, Filipina. Karir militernya dilanjutkan dengan tugas karya sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Pertambangan dan Energi (1988). Pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto (1993), Kabinet pembangunan VI, Ia mendapat kepercayaan menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan pangkatnya dinaikkan menjadi Letnan Jenderal TNI. Tahun 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkat TB Silalahi menjadi penasehat presiden yang kemudian pada tahun 2006 menjadi Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan pada tahun 2007 diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dalam bidang pertahanan dan keamanan.
http://www.tbsilalahicenter.com/tinymce/uploaded/Profil/sulawesi.jpgKenangan indah yang selalu membekas didalam hatinya adalah persaudaraan yang tulus dan tidak pernah putus dengan masyarakat Kabere, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Sewaktu TB Silalahi sebagai Wadanki bersama anak buahnya datang ke desa Kabere, penyambutan seluruh warga sangat hangat. Ia beserta seluruh anak buahnya bertugas selama setahun didesa tersebut dan tinggal di rumah-rumah penduduk. Selama setahun itu pula, mereka diberi makan sehari-hari oleh penduduk sebagai ungkapan rasa terima kasih karena kehadiran tentara menimbulkan rasa aman di desa mereka. Hal yang paling patut dicatat dari hubungan persaudaraan ini adalah pada saat TB Silalahi diangkat menjadi Menteri Pendayagunaan Negara olehPresiden Soeharto. Secara spontan lebih kurang 10o0 orang masyarakat Kabere melakukan sholat syukur untuk pengangkatan tersebut. Acara ini dimuat dalam sebuah koran lokal di Ujung Pandang sehingga diketahui masyarakat umum di Sulawesi Selatan. Oleh masyarakat kabere, TB Silalahi adalah seorang anak sekaligus saudara. Oleh karena itu, TB Silalahi diangkat menjadi warga kehormatan Bugis oleh Masyarakat Kabere.
Menurunnya mutu pendidikan di Bonapasogit, menggerakkan hati TB. Silalahi untuk turut serta bertanggungjawab, bersama teman-teman masa kecilnya (Alumni SMA Soposurung) beliau mendirikan Yayasan Soposurung, berupa sebuah asrama yang menampung siswa/i lulusan SMP yang terpilih melalui seleksi yang ketat untuk melanjutkan pendidikan di jenjang SMA, setiap tahun 40 orang putra-putri terbaik bonapasogit (sejak 2008 menjadi 80 orang) digembleng mental dan karakternya disamping mengikuti pendidikan formal di sekolah (SMAN 2 Balige). Konsep ini dikenal dengan istilah SMA Plus yang kemudian ditetapkan oleh Presiden Soeharto sebagai sekolah percontohan di seluruh Indonesia. Pekerjaan tidak sia-sia, saat ini ratusan alumni sedang menempuh kuliah diberbagiai perguaruan tinggi terbaik di Indonesia. Juga ratusan alumni sudah bekerja diberbagai bidang pekerjaan, swasta maupun negeri. Dalam maupun luar negeri.

Profil TB. Silalahi dapat dibaca dengan lengkap dalam buku autobiografi yang ditulis beliau sendiri dengan judul "TB. Silalahi, Anak Hadal" dan " TB. Silalahi Bercerita tentang Pengalamannya".
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
:
DR. TB Silalahi, SH
Tempat/Tgl Lahir
:
Pematang Siantar, 17 April 1938
Pendidikan
:
  1. Militer
    1. Akademi Militer Nasional (1958 – 1961)
    2. Kupaltu Kav (setingkat Kursus Dan Ki), lulus terbaik (1965)
    3. Kursus Guru Perang Nuklir Biologi dan Kimia, lulus terbaik (1966)
    4. Suslapa Kav ( Kursus Dan Yon), lulus terbaik
    5. Seskoad (1971-1972)
    6. Defence Management Course, Monterey (USA) (1976)
    7. Sesko ABRI, lulus terbaik (1977)
    8. International Peace Keeping Training, Wina, Austria (1979)
  2. Kepemimpinan Nasional 
    Lemhannas KRA XVI, lulus terbaik, Bintang Seroja/Garuda (1983)
  3. Umum
    1. Sarjana Muda Hukum Univ. Padjajaran, Bandung (1966 – 1969)
    2. Executive Program, Stanford University USA, National University of Singapore (1992)
    3. Sarjana Hukum STHM, Jakarta, Cum Laude (1996 - 1997)
    4. Doctor HC, Gregorious ArenataUniversity, Manila dalam bidang Administrasi Negara (1997)
  4. Riwayat Jabatan, antara lain
    1. Dan Yonkav 8/Kostrad (1972)
    2. Camp Commandant UNEF/HQ, Cairo/Mesir (1974)
    3. Dosen Seskoad (1975)
    4. Kasdam VII/Diponegoro (1985)
    5. Asrena Kasad (1986)
    6. Sekjen Departemen Pertambangan dan Energi (1988)
    7. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (1993 – 1998)
    8. Dosen Senior Lemhannas (2000 – sekarang)
    9. Dosen Tamu SESKO ABRI, SESKOAD, SESKOAL, SESKOAU, SESPIM POLRI (2000-sekarang )
    10. Komisaris Utama di berbagai perusahaan Nasional dan Internasional (1990 – sekarang )
    11. Ketua Dewan Pembina Yayasan Soposurung (1990 – sekarang)
    12. Ketua Dewan Kehormatan Yayasan Pondok Pesantren Tradisional Indonesia dan Yayasan Pengembangan Pondok Pesantren Tradisional Indonesia di Bandung (2004 – sekarang)
    13. Penasehat Khusus Presiden RI (2004 – 2006)
    14. Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah (2006-sekarang)
    15. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden bidang Hankam (2006 – sekarang)


Orang Batak memiliki pemukiman yang khas berupa desa-desa yang tertutup dan membentuk masyarakat kelompok kecil. Biasanya kelompok ini adalah kumpulan marga/clan atau masih memiliki hubungan kekerabatan. Desa-desa tertutup ini disebut huta.  Huta dulunya dikelilingi oleh tembok batu/tanah (parik) yang ditanami oleh pohon bambu yang sangat rapat. Jalan masuk ke huta tersebut hanya ada satu atau maksimal dua gerbang (bahal), depan (jolo) dan belakang (pudi). Dekat dengan bahal biasanya terdapat pohon beringin(baringin) dan atau hariara.Ada dua jenis rumah adat yang ada didalam huta Batak, yaitu ruma dan sopo yang saling berhadapan. Diantara kedua deretan bangunan tersebut terdapat halaman yang luas (alaman)yang menjadi tempat kegiatan orangtua maupun anak-anak. Kedua bangunan ini, meskipun secara sekilas kelihatan sama, sebenarnya berbeda dari sisi konstruksi dan fungsi.
Huta Batak hasil di tempat TB Center ini terdiri dari tiga buah ruma dan tiga buah sopo. Ke-6 bangunan ini adalah sumbangan dari keluarga-keluarga yang sangat peduli dengan pelestarian budaya Batak. Berdasarkan informasi dari pemilik diketahui bahwa umur bangunan sudah mencapai 120-150 tahun, dan sudah dilakukan beberapa perbaikan dibeberapa bagian bangunan. Huta Batak dibuat sedemikian rupa mengikuti bentuk sebenarnya dengan modifikasi dalam bentuk bahalparik dan alaman.
Sigale-gale adalah sebuah mitos kisah sedih dalam kehidupan masa lalu masyarakat Batak, dan berkaitan erat dengan upacara kematian. Ada beberapa versi cerita yang diyakini oleh masyarakat sebagai asal-usul legenda patung sigale-gale. Dalam adat Batak jaman dahulu, kesedihan terbesar bagi seorang orang Batak adalah jika ia meninggal tanpa menghasilkan keturunan terutama laki-laki sebagai penerus marga. Mereka percaya bahwa roh (begu) mendiang akan menjadi gangguan bagi masyarakat satu desa atau satu marga tersebut.
Untuk menghibur hati orang yang telah meninggal, maka dibuatlah sebuah patung kayu berbentuk manusia laki-laki yang akan ditampilkan dalam upacara kematian yang secara khusus diselenggarakan dan disebut papurpur sapata. Dalam upacara ini patung tersebut akan menari seperti layaknya manusia normal dengan bantuan dari para dukun.Melalui acara ini diharapkan kekecewaan mendiang akan dapat terobati, sehingga bisa beristirahat dengan tenang dan tidak mengganggu masyarakat desa.
Replika kuburan/makam batu ini mengikuti bentuk kuburan/keranda batu kepala-kepala suku/marga ratusan tahun yang lalu. Pembuatan replika ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa banyak peninggalan Batak yang berasal dari jaman batu besar (Megalithikum).Merupakan kehormatan jika seseorang dikuburkan didalam batu. Keranda dari batu ini berbeda dengan keranda yang terbuat dari kayu dimana keranda kayu ditanam didalam tanah sedangkan keranda batu diletakkan diatas tanah. Keranda batu dibuat dari sebuah batu yang besar dan utuh.Dalam perkembangannya, sejak masuknya teknologi campuran semen ke tanah Batak, pembuatan keranda batu ini tidak lagi menggunakan batu besar, akan tetapi menggunakan campuran semen yang dibentuk menyerupai keranda batu jaman dulu dan namanya disebut simin.
Museum:Berada pada salah satu ruangan di Gedung Utama TB. Silalahi Center dengan luas 180 m2, museum ini mengkoleksi replika benda-benda peninggalan nenek moyang suku Batak yang merupakan petunjuk perkembangan peradaban suku Batak.

Masuk kedalam ruangan ini, pengunjung akan disambut dengan patung yang menyerupai datu (dukun)suku Batak membawa semua kelengkapannya berupa pakaian adat, tunggal panaluan, sahan tempat obat serta tas yang berasal dari kulit hewan atau kulit kayu.
Secara teratur melalui panel-panel yang tertempel di tembok, dijelaskan perjalanan sejarah panjang peradaban Batak. Hal ini akan membuat pengunjung semakin memahami suku Batak.
Benda-benda replika yang ada didalam museum ini meliputi perlengkapan yang digunakan dalam bidang kesenian, perlengkapan rumah tangga, sistem religi dan kepercayaan maupun perlengkapan dalam sistem kemasyarakatan/adat. Benda-benda ini ada yang terbuat dari logam maupun kayu.
Selalu diupayakan agar koleksi bertambah melalui pembuatan replika. Disamping itu diharapkan peran serta masyarakat untuk berkenan menitipkan barang-barang peninggalan keluarga didalam museum ini. Hal ini tentu akan bermanfaat bagi banyak orang dibandingkan hanya disimpan didalam lemari tanpa ada yang mengetahuinya.









Penginjilan di Tanah Batak Oleh Pdt. A. Mohri


 
             I.       Pendahuluan
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat. 28:19). Ayat ini adalah merupakan Amanat Agung dari Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya ketika hendak terangkat ke Sorga. Para murid-murid melaksanakan Amanat Agung itu pada zaman-Nya dan kemudian dilanjutkan oleh orang-orang yang percaya kepada pemberitaan itu.
Missioner adalah seorang yang telah percaya dan menerima Injil di dalam kehidupannya. Salah seorang Missioner yang telah percaya dan menerima Injil adalah Pdt. A Mohri. Beliau bukan hanya sebagai pendengar Firman saja, melainkan juga bertindak sebagai pelaku Firman. Bersama dengan Pdt. I.L Nommensen, beliau melakukan Pekabaran Injil di Indonesia, secara khusus di Tanah Batak. Pdt. A Mohri bukanlah seorang yang pintar, akan tetapi dia memiliki banyak keahlian yang kemudian dapat membantunya di dalam Usaha Pekabaran Injil. Apa dan Bagaimana peranan Pdt. A Mohri di dalam perkembangan misi Pekabaran Injil di Tanah Batak?
Di dalam tulisan ini akan dipaparkan bagaimana perananan Pdt. A Mohri dalam perkembangan misi Pekabaran Injil di Tanah Batak  dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
I.       Pendahuluan
II.    Isi
2. 1 Sejarah Kekristenan di Tanah Batak
2. 2 Penginjilan oleh Pdt. A. Mohri bersama Pdt. I. L Nommensen
2. 2. 1 Sejarah ringkas Pdt. Ingwer Ludwig Nommensen
2. 2. 2 Partisipasi Pdt. A. Mohri dalam Perkembangan Misi di Tanah Batak 
III. Kesimpulan
Daftar Pustaka
          II.       Isi
2. 1 Sejarah Kekristenan di Tanah Batak
Di Pulau Sumatera, agama Islam sudah tersebar sejak abad ke-13. Dari Aceh, agama itu meluas ke seluruh pantai Timur (abad ke-15), ke pantai Barat (abad ke-16) dan ke pedalaman Minangkabau serta Bangkahulu (abad ke-17). Hanya daerah orang Batak di sebelah Utara dan beberapa daerah terpencil lainnya yang tetap berpegang pada agama nenek moyang. Orang Portugis, lalu VOC, tidak berani menyerang kesultanan Aceh yang kuat dan kerajaan-kerajaan Sumatera yang lain.[1]
Sementara daerah-daerah pantai Timur, pantai Barat dan daerah pedalaman Minangkabau serta Bangkahulu pada abad 13-16 menjadi suatu wilayah Batak Islam, dalam dasawarsa 1860-an (abad ke-19) beberapa penginjil bangsa Eropa berhasil memulai kegiatannya di wilayah Tapanuli Utara (Batak Toba). Salah satu badan penginjil bangsa Eropa yang berhasil melakukan penginjilan di tanah Batak adalah Rheinische Mission Gesselschaft (RMG) yang berkantor di Wuppertal-Barmen, Jerman.[2] Pada tahun 1861, daerah tanah Batak dijadikan oleh RMG menjadi lapangan kerja misi penginjilan.[3] Tahun kehadiran lembaga ini di tanah Batak ditandai dengan pertemuan 4 (empat) orang missionaris di Parau Sorat, Tapanuli Selatan, pada tanggal 7 Oktober 1861. Keempat orang missionaris itu adalah Heine, Klammer, Betz, dan Van Asselt. Sebelum empat orang ini, telah ada Usaha Pekabaran Injil (UPI) di tanah Batak oleh Nathaniel Ward dan Richard Burton dari Gereja Baptis Inggris. Akan tetapi, usaha itu gagal karena orang Batak memberikan pernyataan kepada mereka bahwa orang Batak tidak sudi mengubah adat istiadat mereka. Usaha PI ke tanah Batak kemudian dilakukan oleh Henry Lyman dan Samuel Munson dari gereja Kongregasionalis Amerika yang diutus pada tanggal 10 Juni 1833 oleh The American Board of Commissioners for Foreign Missions (ABCFM), di Boston. Namun keduanya dibunuh di Lobu Pining oleh penduduk setempat pada tanggal 28 Juni 1834.[4]


Dari sekian banyak missionaris yang telah diutus oleh lembaga Pekabaran Injil RMG, usaha PI di tanah Batak yang paling sukses dilakukan oleh missionaris Ingwer Ludwig Nommensen. Setelah melalui berbagai kesulitan, akhirnya I.L Nommensen berhasil masuk ke wilayah tanah Batak, yakni ke wilayah Silindung pada tahun 1863. Di wilayah ini, I.L Nommensen berhasil melakukan berbagai pendekatan kepada masyarakat Batak, antara lain: melalui musik, obat, persahabatan dengan lapisan masyarakat bawah dan mendidik mereka menjadi jemaat Kristen.[5] Keberhasilan para missionaris Eropa, khususnya I.L Nommensen dalam melakukan Pekabaran Injil di tanah Batak juga berkembang hingga pada masa kini. Hal itu dapat dilihat dari banyak gereja-gereja yang telah berdiri di tanah Batak pada masa kini sebagai hasil dari Usaha Pekabaran Injil yang dilakukan oleh para missionaris-missionaris terdahulu. Tanah Batak tidak lagi dihuni oleh masyarakat yang percaya kepada roh nenek moyang, animisme, dan dinamisme. Akan tetapi, darah kekristenan telah mengalir di dalam diri setiap orang Batak melalui Injil yang telah diterima orang-orang Batak terdahulu yang kemudian mengalir secara turun-temurun kepada setiap keturunannya hingga pada masa sekarang.           

2. 2 Penginjilan oleh Pdt. A. Mohri bersama I. L Nommensen
2. 2. 1 Sejarah ringkas Ingwer Ludwig Nommensen[6]
Dr. Ingwer Ludwig Nommensen dilahirkan di pulau Nordstrand pada tanggal 6 Februari 1834. Dia berikrar untuk menjadi misionaris ketika dia mengalami sakit keras. Setelah mendapat kesembuhan, maka I.L Nommensen menepati janji/ikrar yang telah dia katakan kepada Tuhan Allah. Setelah dididik oleh badan Rheinische Mission Gesselschaft (RMG), kemudian I.L Nommensen ditahbiskan pada bulan Oktober 1861. setelah itu, I.L Nommensen berangkat dan diutus oleh RMG ke Sumatera untuk melakukan Pekabaran Injil. I.L Nommensen tiba di Padang pada tanggal 14 mei 1862. Rencananya adalah bekerja di kalangan orang Batak. Kesulitan yang dihadapi pada awalnya yaitu adanya larangan untuk bekerja di daerah pedalaman dan adanya komitmen sesama misionaris untuk memusatkan perhatian pada daerah Tapanuli Selatan. Setelah berusaha keras, I.L Nommensen akhirnya diizinkan untuk bekerja di daerah Barus. Ingwer Ludwig Nommensen tinggal di daerah Barus, mempelajari bahasa dan adat Batak dan Melayu. Pada waktu itu, daerah bagian selatan Tanah Batak telah dikuasai oleh agama Islam.[7] Oleh karena itu, I.L Nommensen melakukan perjalanannya ke daerah pedalaman pada tanggal 25 oktober 1862. Perjalanan tersebut dianggap sangat berhasil. Lalu beliau pindah ke Sipirok dan di sana bertugas untuk mendirikan sebuah sekolah. Pada bulan Nopember 1863, dia mengunjungi daerah Silindung. Di daerah ini, dia menghadapi masalah sifat permusuhan dari raja-raja di daerah tersebut. Namun dia sudah bertekad untuk dapat tinggal di sana, mengenal sifat orang Batak dan melayani mereka. Di daerah Silindung, I.L Nommensen mendapat dukungan dari seorang kepala suku Batak, yaitu: Raja Pontas Lumbantobing, sehingga I.L Nommensen berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan dan bahaya-bahaya yang dihadapinya berkat bantuan Raja Pontas Lumbantobing.[8] Keteguhan hatinya untuk hidup sederhana yang bersifat penyangkalan diri, ketekunan dan kepandaiannya dibidang pengobatan menyebabkan dia dapat tinggal dengan orang Batak dan melayani mereka, jasmani maupun rohani. Rencananya adalah untuk hidup jauh dari kehidupan perekonomian setempat dan akhirnya mendirikan suatu koloni Kristen yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
Dalam sepucuk surat yang dikirimkannya ke Barmen, dia berbicara tentang suatu penglihatan yang dia perolah tentang hari depan masyarakat yang dilayani ini : “Dalam roh saya melihat dimana-mana jemaat-jemaat Kristen, sekolah-sekolah dan gereja-gereja kelompok orang Batak tua dan muda yang berjalan ke gereja-gereja ini. Di setiap penjuru saya mendengar bunyi lonceng gereja yang memanggil orang-orang beriman datang ke rumah Alah. Saya melihat dimana-mana sawah-sawah dan kebun-kebun yang telah diusahakan, padang-padang penggembalaan dan hutan-hutan yang hijau, kampung-kampung dan kediaman-kediaman yang teratur disalamnya terdapat keturunan-keturunan yang berpakaian pantas. Selanjutnya, saya melihat pendeta-pendeta dan guru-guru orang pribumi Sumatera berdiri di panggung-panggung dan di atas mimbar-mimbar, menunjukkan cara hidup Kristen kepada yang muda maupun yang tua. Anda mengatakan bahwa saya seorang pemimpin, tetapi saya berkata : tidak, saya tidak. Saya tidak bermimpi. Iman saya melihat ini semua; hal ini akan terjadi, karena seluruh kerajaan akan menjadi milikNya dan setiap lidah akan mengetahuibahwa Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa. Karena itu, saya merasa gembira, walaupun rakyat mungkin menentang firman Allah, yang mereka lakukan tepat seperti mudahnya mereka mencegah firman Allah dari hati mereka. Suatu aliran berkat pastilah akan mengalir atas mereka. Hari sudah mulai terbit. Segera cahaya terang akan menembus, kemudian Matahari Kebenaran dalam segala kemulianNya akan bersinar atas seluruh tepi-langit tanah Batak dari Selatan bahkan sampai ke pantai-pantai Laut Toba”. Menurut berbagai sumber, penglihatan tersebut diperolehnya ketika beliau berdoa di Siatas Barita, Tarutung. Ketika I.L Nommensen meninggal pada tanggal 23 Mei 1918, Gereja telah bertumbuh dan mencakup kurang lebih 180.000 orang anggota jemaat yang dibaptis, telah berdiri sekolah-sekolah yang berjumlah 510 gedung yang mempunyai 32.700 orang murid yang terdaftar dan gereja yang dipimpin oleh 34 orang Batak yang ditahbiskan, 788 orang guru Injil dan 2.200 orang Penatua.

2. 2. 2 Partisipasi Pdt. A. Mohri dalam Perkembangan Misi di Tanah Batak 
Kedatangan para missionaris ke daerah tanah Batak telah berhasil membawa perubahan besar bagi orang Batak. Salah satu missionaris yang berhasil melakukan Usaha Pekabaran Injil di tanah Batak adalah I.L Nommensen. Salah satu daerah tempat Pekabaran Injil oleh I.L Nommensen yang dijadikan sebagai pusat pelayanan adalah daerah Silindung. Ingwer Ludwig Nommensen telah banyak membuat perubahan di dalam kehidupan orang-orang Batak pada masa itu, bukan hanya perubahan dalam bidang kerohanian, melainkan juga perubahan dalam bidang sosial-ekonomi, bidang kesehatan, dan bidang pendidikan. Perubahan-perubahan itu terjadi disebabkan karena keberhasilan misi yang dilakukan oleh I.L Nommensen yang disebut dengan metode misi empat dimensi, meliputi: Pendidikan, Kesehatan, Kerohanian, dan Sosial-Ekonomi.[9]   
Setelah RMG (Rheinische Mission Gesselschaft) melihat perkembangan misi yang sangat pesat di tanah Batak, maka badan ini mengutus para missionaris lainnya untuk membantu pekerjaan misi di tanah Batak. Dua orang missionaris yang diutus oleh badan RMG itu adalah: Pdt. P.H Johansen dan Pdt. A. Mohri yang bertugas membantu Ingwer Ludwig Nommensen di wilayah Silindung. Mereka berdua membantu I.L Nommensen dalam bidang pendidikan.
Pada tahun 1874, hampir 10 tahun sejak pembukaan perkampungan warga Kristen Huta Dame, I.L Nommensen bersama dengan dua orang missionaris yang diutus oleh badan RMG (P.H Johansen dan A. Mohri), memutuskan akan menyelenggarakan kelas sekolah permanent sebagai peningkatan dari model kelas yang belajar katekisasi. Para murid pemula adalah anak-anak dan remaja dalam batas usia yang masih cocok untuk mengikuti Sekolah Dasar.[10]
Meskipun Sekolah Dasar zending telah dibuka secara resmi oleh I.L Nommensen, masih cukup besar kendala yang dihadapi yakni soal pengadaan bangunan sekolah dan pengadaan pengajar. Pengadaan bangunan sebagai sarana untuk belajar masih belum memadai dibandingkan dengan jumlah anak-anak yang bersekolah pada masa itu. Oleh karena itu, I.L Nommensen, P.H. Johansen, dan A. Mohri selaku tim pengajar mendirikan sekolah yang disebut dengan “Sekolah Mardalan-dalan” yang dibagi dalam tiga tempat, yaitu: Huta Dame, Pansur Napitu dan Sipoholon. Ketiga Missionaris itu berpisah dalam tiga pos pelayanan penginjilan itu, yaitu: I.L Nommensen berada di Huta Dame, P.H Johansen di Pansur Napitu, dan A. Mohri di Sipoholon. Para siswa harus datang mengunjungi mereka secara bergiliran ke tempat pelayanan mereka masing-masing. Para murid harus melewati pematang-pematang sawah dan lumpur sejauh 8 Km untuk dapat sampai di tempat guru-guru mereka. Adapun pendidikan yang akan diperoleh oleh para murid dari ketiga penginjil ini, yaitu: pada hari senin dan selasa, para murid belajar kepada I.L Nommensen di Huta Dame. Pada hari rabu dan kamis, para murid belajar kepada P.H Johansen di Pansur Napitu, dan pada hari jum’at para murid belajar kepada A. Mohri di Sipoholon. Penempatannya di Sipoholon menjadikan A. Mohri menjadi seorang guru (pengajar). Pdt. A. Mohri mengajar para murid untuk mempelajari bahasa Melayu, Agama Islam, musik, bernyanyi, bermain orgel, dan mengajarkan tentang ikhwal penataan jemaat.[11] Pada hari sabtu, para murid berlatih dan belajar sendiri di rumah zending, atau di kampung sendiri bagi yang tidak tinggal di Huta Dame. Kemudian pada hari Minggu, murid-murid diajak oleh ketiga guru secara bergiliran untuk mengunjungi kampung-kampung di wilayah Silindung untuk melakukan evangelisasi dengan iringan lagu-lagu koor yang sangat merdu.[12] Demikianlah tugas dari Pdt. A Mohri dalam pelaksanaan misi Pekabaran Injil di Tanah Batak. Pdt. A Mohri adalah rekan kerja dari I.L Nommensen dalam bidang pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat Batak sehingga terhindar dari kemiskinan dan kebodohan. 

       III.       Kesimpulan
Keberhasilan misi di Tanah Batak yang dilakukan oleh para missioner adalah ditentukan oleh cara pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Usaha Pekabaran Injil itu. Seorang yang termasuk missioner yang bernama Pdt A Mohri bersama dengan Pdt. I.L Nommensen telah berhasil memberitakan kabar sukacita (Injil) di tengah-tengah kehidupan orang Batak. Keberhasilan mereka adalah bukan hanya sekedar berhasil dalam menyampaikan Injil, melainkan juga berhasil dalam mengentaskan kebodohan pada masa itu melalui pendidikan. Ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh Pdt. A Mohri dengan senang hati diajarkan kepada orang-orang Batak pada masa itu, sehingga melaluinya banyak melahirkan tokoh-tokoh pemikir yang tidak berpikir Naif dan Radikal.     



















DAFTAR PUSTAKA

End, Th. van den
2007                            Harta Dalam Bejana (Sejarah Gereja Ringkas), Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Hutauruk, J.R
1993                            Kemandirian Gereja,
Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Lempp, W.
1976                                                  Benih Yang Tumbuh (Gereja-Gereja Sumatera   
                                    Utara),
      Jakarta: Lembaga Penelitian dan Studi DGI

Lumbantobing, Andar
1996                                                 Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak,  
Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Lumbantobing, K.M
1996                                                        Missionaris Lokal,
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OFM
M.S.E Simorangkir,
2008                            Ajaran Dua Kerajaan Luther,
Pematangsiantar: Kolportase Pusat GKPI

S, J,  Th. Van den End dan J. Weitjens.
2008                            Ragi Carita 2, Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Sihombing, S.
2008/2009                   Diktat: Mata Kuliah Sejarah Gereja Batak, Pematangsiantar: STT-HKBP


Sihombing, P.T.D
2004                            Benih Yang Disemai Dan Buah Yang Menyebar, Jakarta: Albert-Orem Ministry

Sumber dari Internet:
Chandra Hutabarat, Sejarah Ringkas Pelayanan Pdt. Dr. I.L Nommensen di Tanah Batak (http://gindagelo.blog.friendster.com/tag/hkbp/), diambil tgl. 12 Mei 2009



[1] Th. Van den End dan J. Weitjens. S. J, Ragi Carita 2 (Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an-sekarang), (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008), hlm. 181
[2] M.S.E Simorangkir, Ajaran Dua Kerajaan Luther, (Pematangsiantar: Kolportase Pusat GKPI, 2008), hlm. 249-250
[3] J.R Hutauruk, Kemandirian Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1993), hlm. 36
[4] W. Lempp, Benih Yang Tumbuh  12 – Gereja-Gereja Sumatera Utara, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Studi DGI, 1976), hlm. 111
[5]  M.S.E Simorangkir, Op. Cit., hlm. 250
[6] Chandra Hutabarat, Sejarah Ringkas Pelayanan Pdt. Dr. I.L Nommensen di Tanah Batak (http://gindagelo.blog.friendster.com/tag/hkbp/), diambil tgl. 12 Mei 2009
[7] Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1996), hlm. 69
[8] Th. van den End, Harta Dalam Bejana (Sejarah Gereja Ringkas), (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2007),  hlm. 269
[9] S. Sihombing, Diktat: Mata Kuliah Sejarah Gereja Batak, (Pematangsiantar: STT-HKBP, 2008/2009), hlm. 39
[10] P. T .D Sihombing, Benih Yang Disemai Dan Buah Yang Menyebar, (Jakarta: Albert-Orem Ministry, 2004), hlm. 96
[11] K. M Lumbantobing, Missionaris Lokal, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OFM, 1996), hlm. 17
[12] P. T .D Sihombing, Op. Cit., hlm. 97-98