Bab. 1 KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan
merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok
orang untuk mencapai tujuan bersama.
Tugas Kepemimpinan
Tugas ini meliputi dua bidang utama yaitu:
- berhubungan dengan pekerjaan (task
function)
- berhubungan dengan kekompakan
kelompok (relationship function)
Tugas kepemimpinan yang berhubungan dengan kerja kelompok antara
lain:
- memulai (initiating), misalnya
mengajukan masalah kepada kelompok dan mengajak anggota mulai memikirkn
dan mencari jalan pemecahannya.
- Mengatur (regulating)
- Memberitahu (informing)
- Mendukung (supporting)
- Menilai (evaluating)
- Menyimpulkan (summarizing)
Tugas kepemimpinan yang berhubungan dengan kekompakan kelompok
antara lain:
- mendorong (encouraging): bersikap
hangat, bersahabat dan menerima
- mengungkapkan perasaan :
menyatakan perasaan terhadap kerja dan kekompakan kelompok seperti puas,
senang.
- Mendamaikan: mempertemukan dan
mendamaikan pendapat-pendapat yang berbeda.
- Mengalah : kemauan untuk mengubah
dan menyesuaikan pendapat dan perasaan sendiri dengan pendapat dan
perasaan orang yang dipimpinnya.
- Memperlancar : kesediaan membantu
mempermudah dan keikutsertaaan para anggota sehingga semua rela
menyumbangkan gagasan-gagasan.
- Memasang aturan permainan:
menyampaikan aturan dan tata tertib yang membantu kehidupan kelompok.
Gaya Kepemimpinan
Dari dua bidang tugas kepemimpinan itu, dikembangkan
teori 4 gaya
kepemimpinan dasar, yaitu:
- kekompakan tinggi dan kerja
rendah. Gaya
ini berusaha menjaga hubungan baik, keakraban dan kekompakan kelompok tetapi kurang memperhatikan
unsur tercapainya tujuan bersama.
- kerja tinggi dan kekompakan
rendah. Gaya
ini menekankan segi penyelesaian
tugas dan tercapainya tujuan kelompok. Gaya
ini menampilkan gaya
kepemimpinan yang amat direktik, dan baik untuk kelompok yang baru
dibentuk.
- kerja tinggi dan kekompakan
tinggi. Gaya
ini cocok digunakan untuk membentuk kelompok.
- kerja rendah dan kekompakan
rendah. Gaya
ini kurang menekankan penyelesaian tugas dan kekompakan kelompok, cocok
untuk kelompok yang sudah jelas akan tujuan dan sasarannya.
Namun dari keempat gaya
itu tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk dibandingkan satu sama lain. Hal
ini tergantung dari macam kelompok yang dipimpin. Kepemimpinan yang baik
tergantung dari kemampuan untuk menilai keadaan kelompok dan memberikan
kepemimpinan yang dibutuhkan sesuai tingkat perkembangan kelompok yang ada.
Cara Mempengaruhi Kelompok
Sehubungan dengan
proses mempengaruhi kelompok itu, teori Warren Schmidt dan Robert Tannenbaum
dari California
mengatakan ada 5 cara pemimpin , yaitu: pemimpin menyuruh kelompok manakala dia sendiri memikirkan perkara, mengambil
keputusan dan memberitahukannya kepada kelompok. Pemimpin menjual kepada kelompok, manakala dia memikirkan, memutuskan dan
menjelaskan untung-rugi dan segala konsekuensinya. Pemimpin minta nasihat, dia menerima usul-usul
dari mereka, lalu membuat keputusan sendiri. Pemimpin bergabung dengan kelompok jika dia menyajikan masalah dan hal-hal
yang menjadi batas pemecahan masalah itu. Terakhir adalah pemimpin memberi kekuasaan kepada kelompok, dia
menyajikan masalah, memberitahu dan menyerahkan kepada mereka cara
pemecahannya.
Pematangan Kelompok
Kelompok yang
matang adalah kelompok yang mampu menyusun struktur kerja untuk mencapai tujuan
dan mampu menjaga kekompakan dalam hubungan antar pribadi. Itu berarti kelompok
sudah mengetahui apa yang dilakukan dan alas an mengapa itu dilakukan. Untuk
mencapainya, maka pemimpin dapat menggunakan kelima cara mempengaruhi kelompok
di atas.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Ada faktor-faktor yang mempengaruhi pemimpin
untuk mempengaruhi kelompok antara lain:
- yang berasal dari kita sendiri
yaitu pengertian kita tentang kepemimpinan, nilai yang kita kejar, cara
dan pengalaman kita.
- Pandangan kita tentang manusia, di
sini ada dua pandangan yaitu teori X yang mengatakan bahwa pada dasarnya
manusia itu tidak menyukai pekerjaan dan sedapat mungkin menghindari
pekerjaan. Sedangkan teori Y mengatakan bahwa bagi manusia, bekerja adalah
hal yang alamiah seperti halnya bermain atau istirahat.
Selain itu keadaan kelompok orang yang kita pimpin juga
mempengaruhi kepemimpinan kita. Kelompok yang matang cenderung membuat kita
rela menyerahkan kepercayaan dan kekuasaan kepada anggota, sedangkan kelompok
yang belum matang membuat kita cenderung bertindak otoriter dan terlalu
direktif.
Bab.2 MEMBACA KELOMPOK
Setiap kumpulan orang yang tumbuh
menjadi kelompok, berkembang lewat tahap-tahap yang kurang lebih sama. Ada teori yang melukiskan tahap-tahap ini, yang disebut Tangga Cog, yang menggunakan lima tangga yaitu:
- tingkat sopan santun, merupakan
saat perkenalan dan saling bertanya serta memberitahu tentang hal-hal yang
diminati bersama.
- tingkat mengapa kita ada di sini,
merupakan saat untuk merumuskan tujuan dan sasaran kelompok. Di sini
identitas kelompok masih rendah, belum terjadi.
- Tingkat usaha mendapat kekuasaan,
di sini para anggota akan berusaha untuk mempengaruhi kehidupan kelompok,
dan kelompok-kelompok kecil akan muncul untuk menggunakan kelompok besar
itu demi kepentingan mereka.
- tingkat konstruktif, ditandai oleh
perubahan-perubahan sikap dalam diir anggota. Mereka mampu untuk saling
mendengarkan dengan sungguh-sungguh, terbuka dan saling menerima.
- tingkat kompak, dimana para
anggota punya semangat yang tinggi
dan kesetiaan yang mendalam kepada kelompok.
Peranan Kita Sebagai
Pemimpin
Semakin dewasa
kelompok berkembang, maka peranan sebagai pemimpin makin berkurang. Pada
tingkat sopan-santun, pemimpin melihat dulu tempat pertemuan, keadaan dan
perlengkapannya. Pemimpin juga mengatur tempat duduk, menyambut kedatangan para
anggota. Atau secara singkat, pemimpin harus menciptakan suasana keamanan
psikologis anggota. Pada tingkat kedua, pemimpin menekankan unsur penyelesaian
tugas bersama, sikapnya lebih berpegang pada perkara dan bersikap businesslike
artinya memberikan informasi dan penjelasan kepada anggota mengapa ada di sini,
apa dan bagaimana pekerjaan dilakukan.
Pada tingkat Usaha
Mendapatkan Kekuasaan, pemimpin perlu membantu kelompok dengan lebih
memperhatikan hubungan antar mereka. Pemimpin juga harus menyediakan
harapan-harapan kita dengan keadaan dan perkembangan kelompok. Dan pada tingkat
konstruktif, pemimpin mempengaruhi kelompok dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang konstruktif, merumuskan, dan mengembangkan seluruh
bakat dan kemampuan para anggota. Dan pada tingkat yang terakhir (tingkat
kompak), pemimpin sudah mulai merasa bangga atas kesuksesan dan persahabatan,
namun kita masih harus tetap menjaga kepekaan terhadap gejala-gejala kemunduran
kelompok.
Kelompok Yang Sudah Ada
Kepemimpinan dalam
kelompok yang sudah lama berdiri adalah tambah rumit karena jumlah para anggota
dalam kelompok, kebutuhan komunikasi dan informasi antara mereka, dan
bertambahnya kekuasaan dan tanggung jawab kelompok-kelompok sendiri. Teori
Larry E. Greiner menjelaskan perkembangan organisasi ini dalam 5 tahap, yaitu: pada
tahap awal, kelompok itu biasanya lahir berkat munculnya seorang pemimpin yang kharismatis. Di sini peranan pemimpin lebih inspiratif daripada
direktif dan lebih memberi jiwa daripada mengatur. Tahap ini berakhir pada
waktu kelompok mulai kacau, tanggung jawab tidak dilaksanakan sepenuhnya.
Sehingga untuk menghadapi krisis ini dibutuhkan kepemimpinan direktif. Kepemimpinan ini akan menciptakan prosedur
dan saluran dan menuntut pertanggung jawaban yang teratur.
Namun ada
kelemahannya, yaitu semakin kelompok berkembang, para anggota mulai merasa
terbelenggu oleh tata tertib dan peraturan yang ada. Ada kejenuhan akibat kegiatan yang itu-itu
saja. Maka kelompok memerlukan pemimpin yang mampu dan tidak terganggu dengan pemberian delegasi yang wajar.
Komunikasi masih tetap dari atas tetapi pemimpin bukan lagi bersifat mengatur
melulu. Tetapi jika pertumbuhan ini tidak terkendali dimana pemimpin tidak lagi
menguasai keadaan, pemborosan tenaga dan keuangan, dan pengeluaran yang tidak
pentingpun menumpuk. Di sini kelompok membutuhkan pemimpin yang koordinatif,
yang dapat merumuskan keseluruhan kerja kelompok dan pengaturan usahanya. Dan
kepemimpinan yang kelima adalah
kolaboratif, maksudnya lebih bersandar pada hubungan antar pribadi dan
kerja sama (kerja tim).
Bab. 3 MENGATASI KEADAAN
Dalam kehidupan
berkelompok, ketegangan kerap kali terjadi. Namun ketegangan itu dapat
diarahkan menuju ke kebaikan, tetapi dapat juga menuju konflik. Hal ini adalah
tergantung pada kecakapan pemimpin umtuk menanganinya. Ketegangan ini umumnya
akibat adanya perbedaan pendapat. Pemimpin harus menyadari bahwa perbedaan yang
dimiliki oleh kelompok dapat diolah menjadi penambahan energi kelompok
mengatasi masalah dan juga meningkatkan kreativitas kelompok. Seni untuk itu
adalah mengolah perbedaan dan ketegangan yang muncul dari perbedaan itu.
Persaingan dan Kerjasama.
Persaingan
meningkatkan ketegangan karena semua pihak melihat tujuan mereka saling
bertentangan dan tak tersatukan. Pihak yang satu memandang kelompok lain secara
negatif. Sementara kerjasama adalah
keadaan dimana orang0orang memandang bahwa tujuan mereka tidak saling
bertentangan dan eksklusif, dan perbedaan pendapat tidak berarti orang tidak
mengejar tujuan yang sama. Nah, pemimpin perlu berusaha untuk selalu
menciptakan suasana kerjasama dan siap menghalangi muncul dan berkembangnya
semangat persaingan.
Persaingan maupun
kerjasama bukanlah persoalan baik atau buruk tetapi tepat atau tidak tepat. Di
sini pemimpin perlu memberi kesempatan orang yang keliru untuk mengubah pikiran
pikiran mereka tanpa direndahkan. Ini agar ketegangan tidak berkembang dan
merusak produktivitas kelompok.
Strategi Mengatasi
Ketegangan
Mengatasi
ketegangan dapat berhasil dengan
menghindarinya jika masalahnya muncul dari kepentingan pribadi yang dapat ditangkap
batangnya. Tetapi kalau masalahnya serius, cara itu tidak tepat. Ketegangan
dapat diredakan dengan memberi waktu dan membiarkan suasana reda menunggu
kesempatan untuk memecahkan masalah dengan tenang dan rasional. Selain itu,
ketegangan juga dapat dirukunkan, dan dalam hal ini diperlukan 4 kecakapan:
- diagnosis mencari macam ketegangan
yang muncul: apa pokok ketegangan, bagaimana informasi, kebiasaan, ajaran
dan hukum yang berhubungan dengan persoalan itu.
- inisiatif, yaitu kecakapan untuk
mengambil langkah pertama untuk kerukunan: kapan dan bagaimana mendekati
orang yang terlibat.
- mendengarkan, yaitu kecakapan
melihat sudut pandangan orang lain, mengerti apa yang dikatakan secara
verbal dan non-verbal.
- pemecahan masalah adalah proses
untuk mencapai kerukunan, mempunyai 3 langkah yaitu: merumuskan,
mengumpulkan cara-cara untuk memecahkan masalah, dan pengambilan
keputusan.
Konfrontasi
Konfrontasi
maksudnya adalah dimana seseorang yang sengaja atau tidak, melakukan sesuatu
secara langsung memaksa orang lain berpikir, memeriksa, mempertanyakan dan mengubah
beberapa kelakuannya. Agar konfrontasi
berhasil, maka harus memenuhi syarat-syarat berikut:
- mempnuyani hubungan baik dengan
orang yang dikonfrontasi, paling sedikit sadar mengenai macam hubungan
antara dirinya dan orang tersebut.
- menerima dan bersedia terlibat
dengan orang yang dikonfrontasi
- mengutarakan konfrontasinya lebih
sebagai saran daripada sebagai tuntutan
- mengarahkan konfrontasi kepada
perilaku yang dapat diingat oleh orang yang dikonfrontasi
- membuat konfrontasi bersifat
positif dan konstrktif
- menyatakan konfrontasinya singkat
- menyampaikan fakta sebagai fakta,
perasaan sebagai perasaan, tafsiran sebagai tafsiran.
Bab. 4 MENYEMPURNAKAN GAYA KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan tidak
dapat diajarkan, tetapi dilatih. Kepemimpinan baru merupakan kepemimpinan, jika
dirasakan sebagai kepemimpinan oleh orang-orang yang dipimpin. Ada istilah yang perlu
diketahui oleh pemimpin dalam proses mempelajari cara pandang orang tentang
dirinya, yaitu umpan balik. Teori yang
menunjukkan nilai umpan balik adalah teori “Jendela Johari” oleh Joseph Luft
dan Harry Ingham. Jendela itu terdiri dari 4 kaca. Kaca pertama disebut Arena
atau kaca terang, sehingga kita dapat melihat diri kita sendiri dan orang lain
juga dapat melihat kita.
Kaca kedua disebut
Blind Spot, artinya kaca satu sisi dari luar, karena orang lain dapat melihat
hal-ha yang ada pada kita tetapi kita sendiri tidak melihatnya. Kaca ketiga
adalah Façade, yaitu kaca satu sisi dari dalam. Maksudnya, kita dapat melihat
hal-hal yang sehubungan dengan diri kita tetapi orang lain tidak melihatnya.
Dan kaca yang keempat adalah Unknown atau kaca gelap tertutup es. Artinya
adalah ada hal-hal yang kita sendiri dan orang lain tidak dapat melihatnya.
Adapun manfaat
Jendela Johari ini adalah:
Ø memberitahu kepada pemimpin alasan rasional tentang manfaat umpan
balik dan penghargaan orang mengenai nilainya.
Ø Membantu pemimpin menemukan gejala dari perilaku yang tidak tepat
yang agak permanen pada anggota.
Mutu Umpan Balik
Umpan balik yang
mempunyai nilai mendidik, harus mempunyai sifat:
- Selalu berpusat pada perilaku.
Umpan balik yang baik selalu diberikan agar dapat didengar oleh orang
lain, dimengerti dan digunakan.
- Umpan balik yang paling baik
adalah umpan balik yang khusus. Jauh akan lebih membantu jika dalam umpan
balik itu ditunjukkan contoh-contoh konkret, dimana kita tidak membagi
tanggung jawab dan tugas secukupnya.
- Tidak bersifat evaluatif,
maksudnya umpan balik itu sekedar merupakan pemberitahuan tentang akibat
perilaku orang tertentu pada dirinya dan mengajak untuk mempertimbangkan
kembali.
- Umpan balik dalam kelompok. Dalam
kelompok, anggota dapat saling menanyakan apakah tindakannya sudah baik
atau belum.
- Umpan balik efektif jika langsung
disampaikan, tanpa ditunda.
- Penerima umpan balik ikut
bertanggung jawab atas efektivitasnya.
Harapan Tersembunyi
Dalam kelompok,
setiap anggota mempunyai sikap dan nilai yang tidak harus diungkapkan dan disharingkan.
Itulah yang dinamakan harapan tersembunyi, dan tentu ada alasannya. Kita dapat
memperlancar pemunculan dan pengolahan harapan-harapan tersebut dengan memberi
kesempatan kepada anggota untuk mengungkapkan segala keinginan mereka pada
waktu menyusun acara pertemuan dan cara kelompok mengolah acara-acara itu
selanjutnya.
Bab. 5 MEMBUAT KEPUTUSAN
Cara-cara Keputusan Diambil
- satu orang membuat keputusan bagi
kelompok. Jika keputusan itu diterima, maka orang itu merasa ‘dipakai’ dan
bermanfaat bagi kelompok.
- satu orang yang merasa mempunyai
hak untuk membuat keputusan. Ini karena
dia merasa tidak menghargai pandangan orang lain.
- cara dalam membuat keputusan
adalah dengan bergandeng tangan. Dalam satu kelompok, ada anggota yang
mengusulkan satu usul yang bagus, kemudian dua atau beberapa orang
mendukungnya sehingga ada kesan seolah-olah semua anggota mendukungnya.
- kelompok minoritas membuat
keputusan bagi kelompok.
- pengambilan keputusan lewat
voting. Ini dilakukan jika persetujuan bersama tidak nampak dalam
kelompok.
- keputusan terjadi akibat
persetujuan bersama. Inilah cara yang paling sehat bagi kelompok.
Keputusan Yang Baik dan
Benar
Pemimpin diharapkan
mampu membuat keputusan yang baik yaitu yang bermutu dan diterima oleh orang
yang terlibat. Namun tidaklah mudah untuk selalu mendapat keputusan demikian
tetapi kita dapat mendapatkan keputusan yang tidak ideal dan mampu membawa kita
ke tujuan.
Proses Membuat Keputusan
Pada awal acara
pembuatan keputusan, pemimpin harus menyampaikan informasi sebanyak mungkin dan
kelompok diberi waktu untuk membicarakan bagaimana melakukannya. Untuk membuat
keputusan sendiri berguna kalau kita mengusulkan caranya terlebih dahulu. Ada 6 langkah dalam
pembuatan keputusan ini, yaitu:
Langkah I: merumuskan sasaran
Langkah II: merumuskan halangan dan hambatan untuk mencapai sasaran
Langkah III: memilih masalah yang
bila dipecahkan, memungkinkan kelompok bergerak menuju ke tujuan.
Langkah IV: melahirkan dan
mengumpulkan berbagai keputusan yang mungkin.
Langkah V: menilai segala keputusan
yang mungkin dihasilkan oleh kelompok lewat teknik pengumpulan gagasan.
Langkah VI: memilih satu keputusan dan
perencanaan untuk melaksanakannya.
Bab.6 MENYUSUN RENCANA
Perencanaan
merupakan pekerjaan yang berat dan menuntut kesabaran. Dalam perencanaan, kita
jangan langsung bekerja mencapai sasaran sebelum langkah-langkah untuk mencapai
sasaran itu ditentukan dengan teliti.
Proses Perencanaan
Adapun
langkah-langkah dalam proses perencanaan adalah:
- langkah I: merumuskan kebutuhan.
Kita harus mengetahui apakah kebutuhan-kebutuhan yang dirumuskan itu ada
dalam lingkup tanggung jawab kita, maksud tujuan kelompok dan tujuan
lembaga didirikan.
- Langkah II: menganalisis
kebutuhan. Jika sudah dianalisis, kita dapat mengetahui kesamaan dan
kecenderungan yang dimiliki oleh kelompok sehingga kita dapat memutuskan
kebutuhan yang perlu dipenuhi.
- Langkah III: merumuskan sasaran.
Setelah kebutuhan dirumuskan, maka semua anggota kelompok diberi waktu
untuk merenung dan mendoakannya sebelum memilih kebutuhan mana yang lebih
disetujui.
- Langkah IV: memancangkan sasaran.
Sebuah tujuan dapat mempunyai satu sasaran atau biasanya lebih. Dan inti
sari perencanaan mulai pada waktu sasaran disetujui bersama oleh kelompok.
untuk setiap sasaran tersebut, setiap anggota diberikan tanggung jawab.
Perencaan Untuk Perubahan
Perencanaan selalu
menyangkut perubahan. Lewat perencanaan, kita hendak bergerak meninggalkan
titik A menuju titik B. Dalam proses ini kita harus mencatat semua faktor yang
mendukung usaha kita.
Mengapa Rencana Tidak
Dilaksanakan
Salah satu alasan
umum mengapa rencana tidak dilaksanakan adalah bahwa sebenarnya kebutuhan untuk
membuat rencana itu tidak terasa dibutuhkan, dan banyak lagi. Namun kita harus
ingat bahwa menyusun rencana itu sulit, sebab kita harus berpikir.
Bab 7. PENGELOLAAN
Antara kepemimpinan
dengan pengelolaan berbeda satu sama lain. Pengelolaan merupakan kepemimpinan
yang khusus. Kunci perbedaan antara kepemimpinan dengan pengelolaan adalah
‘organisasi’. Dengan latar belakang pembedaan itu, pengelolaan didefinisikan
sebagai “bekerja dengan dan lewat orang-orang secara pribadi dan kelompok untuk
mencapai tujuan organisasional lembaga, sementara dalam kepemimpinan, pemimpin
dapat mencapai tujuan pribadinya sendiri atau membantu orang lain mencapai
tujuan pribadi mereka. Selain itu, pengelolaan juga mempunyai dimensi lain yaitu
tanggung jawab social. Di sini, dalam pengelolaan, yang dikelola adalah dampak
dan tanggung jawab social atas usaha yang dijalankan.
Yang Dilakukan Oleh
Pengelola.
Adapun fungsi atau
tugas seorang pengelola (manager) adalah:
- Merencanakan, ini menyangkut
cara-cara untuk memotivasi untuk mencapai tujuan dan sasaran, terutama
untuk melibatkan semua anggota.
- Mengorganisasi, menyangkut
penggunaan segala sumber tenaga, dana, bahan material yang ada, sesuai
yang telah direncanakan.
- Memotivasi, mendorong diri sendiri
dan orang lain untuk mengejar tujuan dan sasaran. Memang motivasi itu perasaan
yang muncul ketika ada kebutuhan yang amat penting dirasakan. Namun jika
kita mengingat bahwa pemimpin yang memiliki visi dan kemampuan untuk
membantu orang lain mengembangkan visi mereka, dalam visi itu pasti
ditemukan kebutuhan-kebutuhan yang belum terasa. Oleh karena itulah kita
dapat memotivasi mereka untuk kebutuhan itu timbul, dirasa, dan diterima.
- Mengawasi, maksudnya adalah
menjaga pelaksanaan segala tugas demi tercapainya tujuan dengan baik.
Gaya Pengelolaan
1.
gaya tradisional. Di sini pengelola mempunyai ciri keterlibatan kuat pada lembaga
dan enggan untuk mengambil resiko. Pengelola suka memandang ke belakang dan
melakukan hal yang dulu telah dilakukan.
2.
gaya pengusaha. Pengelola dengan gaya
ini tampil sebagai pengelola yang memiliki keterlibata kecil pada lembaga dan
sangat suka mengambil resiko dan memandangnya sebagai tantangan. Pengelola ini
adalah pengelola yang selalu goyah dan mudah berganti.
3.
gaya bertujuan. Di sini pengelola tampil denga keterlibatan kuat kepada lembaga dan
mau membuat eksperimen juga mengambil resiko. Pengelola di sini adalah
pengelola yang terarah lurus.
4.
gaya krisis. Pengelola dengan gaya
ini tidak memiliki keterlibatan kuat pada lembaga, juga tidak mau mengambil
resiko. Dia tidak mau berkomunikasi selain dengan cara melarikan diri atau
berkelahi.
Bab.8 DELEGASI
Delegasi dapat
didefinisikan sebagai pemberian sebagian tanggung jawab dan wibawa kepada orang
lain. Akan tetapi delegasi ini dapat menjadi masalah bagi orang yang memegang
teori X tentang manusia seperti yang dilukiskan dalam bab I yaitu tidak suka
bekerja.