Sabtu, 10 September 2016

Lirik lagu Panombosan Oleh Molly Moore


Hasian dang nahuorai ho
Dang na hugugai ho
Ala salahku do makkaholongi ho

Hasian huida ma siborui
Hundul diabinganmi
Rap mekkel ma hamu na dua
Di jolo mataki

Boasa ma didokkon ho tu au cinta hasian
Boasa ma didokkon ho tu au sayang

Holan gabus holan gabus hatami hape
Holan hata holan hata do hape

Sanga tarpangan au ito rap hita nadua
Sanga taronjar rohakki muli dohot ho

Alai dung ro si borui muse
Mandapothon ho
Laos lupa ho adong au di lambungmu

Alai dung ro siboru i muse
Mandapothon ho

Huboto ma panombosan do au  hape

Jumat, 09 September 2016

Daftar Riwayat Hidup Saut Hamonangan Sirait


1. Nama : Saut Hamonangan Sirait

2. Tempat/tanggal lahir : Porsea, 24 April 1962
3. Pekerjaan : Pendeta
4. Status : Menikah
4.1. Nama Istri : Agustina Veronica Silalahi
4.2. Nama Anak : 1. Saulina Hariarani Tabitha Sirait (6 th)
2. Sampurna Kevin Timothya Sirait (4 th)

5. Pendidikan : 1. SD Dahlia Pontianak, lulus thn 1974
2. SD Amkur Sambas, Kalbar, lulus thn 1977
3. SMA Xaverius, Lampung lulus thn 1981
4. S1, STT Jakarta lulus thn 1986
5. S2, STT Jakarta lulus thn 1999

6. Pelatihan/kursus (training course)

Latihan kepemimpinan level nasional (GMKI) tahun 1986
Kursus Jurnalistik (GMKI) Jakarta1985
Latihan Community Development/Community organization (CD Bethesda), Salatiga 1982
P4, untuk penatar tingkat nasional, BP7 Pusat, Jakarta 1983
Kursus Singkat Metode Penelitian (STT dan Pemda DKI) 1984
Dalam Bidang Pemilu:
1.1. Election Monitoring (NDI) Bangkok, Thailand 1996
1.2. Training for Trainer Election Monitoring (KIPP), Jakarta 1996
1.3. Observer Election, Kampuchea 1998

7. Riwayat Pekerjaan

Direktur Departemen Pemuda, Kantor Pusat HKBP (1991-1996)
Tugas belajar S2 STT Jakarta (1996-1999)
Kepala Divisi Taining Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Nasional (1999-2001)
Pendeta Jemaat HKBP Bandung (2001-2003)
Wakil Ketua Panitia Pengawas Pemilu 2004
Trainer di Forum Peduli Daerah 2004 – Sekarang
Aktif menjadi penulis dan Narasumber, khusus Pemilu dan Pilkada
Kurator dan Trainer Pendidikan Politik Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) (2007 - )

8. Karya tulis:

Keyakinan Dalam Pencobaan (Sopo Metmet 1994)
Ujian bagi Iman dan Pengamalan Pancasila (Biro Informasi HKBP 1995)
Politik Kristen di Indonesia (BPK Gunung Mulia, 2000, telah edisi ketiga)
Manual Pelatihan Pemantau Pemilu (KIPP 1998)
Manual Pemantuan dan Pengorganisasian (KIPP 1998)

9. Pengalaman Organisasi

Wakil Ketua Pemuda HKBP Resort Tanjungkarang (1980-1981)
Sekretaris Senat Mahasiswa STT (1982-1983)
Sekretaris I GMKI Jakarta (1984-1986)
Ketua GMKI Jakarta (1986-1988)
Bidang Hubungan Masyarakat DPP PIKI (1989-1993)
Ketua DPP GAMKI (1993-2002)
Pendiri Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) dan Wakil Sekjen Presidium (1997-2000)
Pendiri Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia (Koalisi 13 Ormas Mahasiswa dan Pemuda tingkat Nasional) 1997.
Ketua Umum DPP Partisipasi Kristen Indonesia, (2005-2010).

Profil Pdt Willem Tumpal Pandapotan Simarmata, MA


Nama                                                 : Pdt Willem Tumpal Pandapotan Simarmata, MA
Tempat/Tanggal lahir                         : Samosir/4 Juli 1954
Tempat/Tanggal ditahbiskan              : Padangsidempuan/23 Oktober 1983
Isteri                                                   : H. Lersiany Purba
Tempat/Tanggal lahir                          : Haranggaol/5 Mei 1955
Alamat                                                : STT HKBP, Jalan Sangnaualuh No. 6.
                                                             Pematangsiantar, Sumut
Anak                                                                      :
  • Nenny Ika Putri Simarmata, S.Psi, M.Psi (Candidat Doktor)/Allan V. Pakpahan, ST : Bekerja
  • Amy Dewi Putri Simarmata/ Romian PS Siagian, S.STP, M.Si : Bekerja
  • Rotua Riny Putri Simarmata, SE/Rodolfo Maruli Sihotang, SE : Bekerja
  • Aida Nunut Putri Simarmata, SH : Mahasiswa
  • Joel Rony Putra Simarmata : Mahasiswa
I. RIWAYAT PENDIDIKAN
  • SD Negeri No. 1 Simarmata, Samosir : 1967, Tammat
  • SMP Negeri No. 2 Pangururan, Samosir : 1970, Tammat
  • SMA Campus FKIP Univ HKBP Nommensen Pematangsiantar : 1973, Tammat
  • Theologi/STT HKBP Pematangsiantar, Sumut : 1981, Sarjana Theologi
  • Universitas Silliman, Dumaguete City, Philippines : 1990, Master of Arts in Educational Management
  • Universitas Hanil, Chonju, Korea : 1994, Diploma in Mission and Theology.
II. RIWAYAT PEKERJAAN
  • Vikar di HKBP Simanungkalit Dangsina, Ress Simanungkalit (1981)
  • Vicar dan Pimpinan Jemaat HKBP PTP VI Ajamu, Ressort Aek Nabara (1981 – 1985)
  • Staf Khusus Sekretaris Jenderal HKBP (1985 – 1988)
  • Dosen Sekolah Pendeta HKBP (1990)
  • Direktor Departemen Pendidikan HKBP (1990 – 1997)
  • Pendamping Praeses HKBP Distrik Sumatera Timur dan Pej Praeses HKBP Distrik Dairi (1997 – 1998)
  • Pendeta HKBP Ressort Batam (1998)
  • Sekretaris Jenderal HKBP (1998 – 2008)
  • Dosen STT HKBP (2008-2012)
  • Ephorus HKBP(2012 sd Sekarang)
III. SEMINAR, KONPRENSI, SIDANG RAYA, GENERAL ASSEMBLY, PEMBINAAN
  1. 1978 : Kongres/Konprensi Study Nasional GMKI di Makasar
  2. 1978 : Konprensi Nasional PERSETIA
  3. 1980 : Kongres/Konprensi Study Nasional GMKI di Cibubur
  4. 1994 : Asia Youth Consultatiton diselenggarakan oleh CCA di Seoul, Korea
  5. 1994 : Asia Mission Conference diselenggarakan oleh CCA di Seoul , Korea
  6. 1995 : CCA General Assembly, Sri Lanka
  7. 1995 : Urban Rural Mission (URM) Consultation, CCA, Sri Lanka
  8. 1995 : Asian People Forum diselenggarakan oleh CCA, Sri Lanka
  9. 1995 : Sidang Raya PGI di Jayapura
  10. 1996 : United Evangelical Mission (UEM), Bielefeld, Germany
  11. 1996 : Christian Moslem Consultation, Bielefeld, Germany
  12. 1999 : Partnership Consultation, Singapore
  13. 2000 : Sidang Raya PGI di Palangkaraya
  14. 2002 : Pra Sidang Raya Lutheran World Federation (LWF), Medan
  15. 2002 : Seminar, The Church with the Future, Bielefeld, EKvW, Germany
  16. 2003 : Konsultasi Gereja-Gereja di Indonesia anggota World Council of Churches (WCC), Jakarta
  17. 2004 : Consultation on Mission in Indonesia, Westmi nster Synod, California, USA
  18. 2004 : General Asembly, LWF, Winnipeg, Canada
  19. 2004 : Global Christian Forum, WCC, Hongkong
  20. 2004 : Global Mission Consultation, Lutheran Church of Australia, Adelaide, Australia
  21. 2004 : General Assembly, United Evangelical Mission (UEM), Manila, Philippines
  22. 2004 : Asian Leader International Conference (ALIC), diselenggarakan ole Evangelical Lutheran Church of America- ELCA) Bangkok, Thailand
  23. 2004 : Asian Lutheran Church Leader Conference, diselenggarakan oleh LWF, Kuala Lumpur, Malaysia.
  24. 2005 : General Assembly, CCA, Chiang Mai, Thailand
  25. 2005 : The Planning Monitoring Evaluation Training, Regional Asia, oleh UEM, Salatiga
  26. 2005 : Asia Mission Conference, Regional Asia, UEM, Bogor
  27. 2005 : HKBP – Germany Partnership Consultation, UEM, Ambarita
  28. 2006 : Asian Consultation on Human Rights, CCA, Ambarita
  29. 2006 : Global Consultation Dissaster Management, Action by Church Together (ACT-LWF) Jeneva, wiszerland
  30. 2007 : Simposium Theology, Concordia Seminary di Port Wayner, USA
  31. 2007 : International Workshop on HIV/AIDS, diselenggarakan oleh UEM, Beijing, China
  32. 2007 : Join Workshop on Protecting Human Dignity, oleh LWF, UEM, Denpasar, Bali
  33. 2008 : International Workshop on Human Right, oleh UEM, Batam
IV. PENGALAMAN ORGANISASI/Pekerjaan Paroh Waktu :
  1. 1976 – 1979 : Sekretaris Senat Mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar
  2. 1977 – 1978 : Sekretaris Cabang GMKI Pematangsiantar
  3. 1978 – 1980 : Ketua Cabang GMKI Pematangsiantar
  4. 1979 – 1980 : Assisten Dosen Filsafat Agama Sekolah Tinggi Hukum, YNI Pematangsiantar
  5. 1979 – 1981 : Wakil Ketua DPD KNPI Pematangsiantar
  6. 1981 – 1985 : Guru di SMP Yapendak PTP VI Ajamu
  7. 1989 – 1990 : President Senat Mahasiswa Paska Sarjana Univ. Silliman, Philippines
  8. 1990 – 1992 : Dosen Tidak Tetap LPTK/STAKPN Tarutung
  9. 1992 – 1998 : Dosen Tidak Tetap STT HKBP, Pendidikan Diakones dan Sekolah Bibelvrouw HKBP
  10. 1998 – 1999 : Ketua United in Mission, Batam
  11. 1999 – 2005 : Anggota Badan Pengurus Lembaga Komunikasi Sejahtera (LKS) Pematangsiantar.
  12. 1999 – 2008 : Anggota Majelis Pekerja Lengkap PGI
  13. 2000 – 2010 : Ketua Umum PGI Wilayah Sumatera Utara
  14. 2000 – 2006 : Ketua Yayasan Perguruan Kristen Pematangsiantar
  15. 2000 – 2005 : Anggota Komisi Ecumenical Formation, Justice Gender, and Youth Formation, CCA.
  16. 2004 – 2008 : Sekretaris BPH Sekber UEM Sumut
  17. 2004 – 2008 : Ketua Umum Aliance Religion Conservation, Sumatera Utara
  18. 2004 – Sekarang : Anggota Pembina YTB Indonesia
  19. 2005 – Sekarang : Tim Penatar Kementerian Agama Republik Indonesia Sumatera Utara
  20. 2007 – 2012 : Ketua Umum Forum Komunikasi dan Konsultasi Gereja Gereja
  21. 2009 – Sekarang : Pendiri/Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Cyrillus Advanced School (LP CAS) Pematangsiantar
  22. 2011 – Sekarang : Pembina Yayasan Sinur Gabe, Samosir
  23. 2011 – Sekarang : Ketua Pengurus Lembaga Study Pengembangan Peran Sosial Umat Beragama SUMUT.
  24. 2011 – Sekarang : Anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumut
  25. 2011 – Sekarang : Anggota Dewan Penasehat Kespekri (Kesatuan Pekerja Kristen Republik Indonesia)
  26. 2010 – 2014 : Ketua Rapat Pendeta HKBP
  27. 2010 – 2011 : Kepala Litbang STT HKBP
  28. 2012 – 2017 : Penasehat Yayasan Terang Indonesia DKD Sumatera Utara
  29. 2012             : Pendiri Media Pusuk Buhit
  30. 2012 : Ephorus HKBP
  31. 2012 : Vice-Moderator UEM
  32. 2013 : Central Committee WCC
  33. 2015 : Moderator CCA
  34. 2012 – 2016 Ketua Pemibina Yayasan Universitas HKBP Nommensen
  35. Ketua Pembina Yayasan Kesehatan HKBP

Kamis, 08 September 2016

Pneumatologi



I.          Pendahuluan
Pada dasarnya kata roh sering sekali digunakan dalam gereja dan bahkan kata ini terpelihara hingga saat ini dalam gereja. Kata roh sebagai Pernyataan istilah ke Tritunggalan Allah yang menjelaskan tentang keilahian dari ketiga pribadi dalam Allah Tritunggal. Pada dasarnya pemahaman manusia tentang roh berangkat dari ungkapan Yesus Sendiri yang mengatakan bahwa roh Allah akan turun untuk membantu manusia dalam melakukan segala pekerjaannya. Penyataan diri Yesus Kristus akan ada dalam diri roh sehingga akan tinggal di dalam batin manusia itu dan akan menuntun manusia itu untuk menjalankan kehidupannya.
Pada umumnya Alkitab dan gereja mengakui hal ini, yaitu bahwa Roh Kudus (Pneumatologi) otoritas ilahi. Keilahian Roh Kudus (Pneumatologi) secara umum diterima oleh gereja, dan keilahian Roh Kudus tidak terlalu diperdebatkan. Tetapi, sekitar abad ke-4 muncul beberapa pembahasan mengenai Roh Kudus (Pneumatologi) yang diinspirasikan dari pendapat beberapa uskup yang akhirnya dibawa ke dalam konsili-konsili yang terjadi pada saat itu. Bahkan pemahaman ini telah mengganggu konsep Allah dan pemahaman manusia tentang Allah yang Tunggal. Bahkan Hingga saat ini pun, pemahaman akan Roh Kudus ini selalu tetap dibicarakan dan diperdebatkan oleh para teolog dan juga pertanyaan-pertanyaan dari luar gereja yang pada hakekatnya mereka ingin mengetahui konsep ketritunggalan Allah itu sendiri. Oleh karena itu, dalam sajian ini, kelompok akan membahas tentang Roh Kudus (Pneumatologi) serta fungsi atau peranan Roh Kudus, Proses menerima Roh Kudus dan awal pemahaman Roh Kudus yang dimulai dari Perjanjian Lama, Kekristenan dan hingga penggunaannya sampai saat ini. Pembuatan makalah ini dimulai dengan penelitian literer dari beberapa buku dogmatika, yang pada akhirnya nanti dapat membentu kita untuk memahami apa sebenarnya Roh Kudus itu, mengapa gereja mengajarkan hal itu dan bagaimana seseorang yang menerimanya.

II.       ISI
2.1.Etimologi
Dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru Kata Roh Di kenal ke dalam dua Istilah yang mempunyai arti yang sama Yaitu Ruach dan Pneuma. Pertama, kedua kata ini berarti gerakan udara yang disebabkan oleh nafas. Karena itu, ruach dan pneuma dapat diterjemahkan dengan nafas. Atau dengan arti kiasan nyawa dan semangat (yang artinya sama dengan prinsip atau kodrat yang memberikan kehidupan kepada tubuh). Kedua, kata ruach dan pneuma berarti gerakan udara yang disebabkan oleh angin. Karena itu kedua kata itu dapat diterjemahkan dengan angin: angin sepoi-sepoi, angin kencang, angin ribut, badai, topan, dan lain-lain.[1] Roh dapat juga diterjemahkan sebagai istilah yang umumnya digunakan untuk orang yang luar biasa (biasanya tak kelihatan). Roh juga disamakan dengan nafas atau angin yang tak kelihatan, mengandung kekuatan dan pemberi hidup, dan kesadaran.[2]
Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani pneuma mempunyai arti luas. Roh itu datang dalam api dan penghukuman (Mat.3:11), roh datang atas murid-murid pada hari Pentakosta menyerupai api (Kis.2:3), tetapi kedengaran seperti angin. Dalam gabungan dengan kata sifat Kudus (Roh Kudus), yang dimaksud adalah Roh Allah.[3] Dalam hai ini ingin memaparkan bahwa pada mulanya kata Roh hanya berdiri saja, tetapi Alkitab mengembangkannya dengan menambahkan kata sifat Kudus, dan oleh sebab itulah sampai saat ini dalam Alkitab dikenal dengan Istilah Roh Kudus.
Dalam arti harafiah, kata Yunani pneuma berarti hembusan atau angin. Hembusan pernafasan manusia,  hidup manusia, berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah bila manusia menghembuskan nafasnya terakhir.  Tetapi Allah dapat mengembalikannya kepada manusia, untuk keselamatan manusia.[4] Roh orang beriman didiami oleh Roh Allah yang bersatu dengan manusia, agar ia mampu menyatakan doa sebagai putra Allah, agar ia bersatu dengan Tuhan sedemikian rupa sehingga menyatu menjadi roh.  Dengan demikian manusia sungguh-sungguh diperbaharui hidupnya. [5] Perjanjian Baru bicara tentang kegiatan Roh Allah dalam segi karismatik, peralihan, yang menjadi ciri khas PL. Roh datang kepada manusia, mengangkatnya, dan menjadikannya mampu menjalankan tindakan-tindakan luar biasa: untuk bicara sebagai nabi, untuk melakukan hal-hal ajaib. Maka kadang-kadang dikatakan bahwa orang-orang tertentu dipenuhi oleh Roh Kudus, dan disebut pula kebijaksanaan orang-orang rohani dan karisma-karisma yang dikaruniakan oleh Roh.[6]
Roh Kudus dalam Perjanjian Baru sulit untuk dibedakan, karena pada Injil-Injil Sinoptik dan kisah para rasul serta surat-surat Paulus sering sekali mengambarkannya dengan pneuma agion  dan dengan kata pneuma saja. Di dalam surat Matius dan Lukas mereka ini menggunakan kata to pneuma agion yang pada dasarnya menunjuk kepada diri Yesus Kristus (Mat 1:18-20, Lk. 1:35) seperti terang dari pneuma (roh). Meskipun kata pneuma lebih penting peranannya dalam cerita pembabtisan (Mat 3:11) dan menurut Injil Sinoptik yang tua, konsep dari Mesias adalah dibabtis en pneuma agion (di dalam roh Kudus) Bd Kis 1:5 dan yang diberikan pada hari pentakosta. Pada waktu pembabtisanlah Yesus Kristus dipenuhi dengan Roh kudus ( Mat 3:13). Seperti cerita Noah setelah Air bah yang memulai zaman Baru (Gn 8:8) dan demikian juga lah indikasi dari sebuah zaman baru yang muncul setelah pembabtisan Yesus dengan Air (Bd. 1 Pet. 3:19). Secara langsung Roh Allah akan dinyatakan di dalam diri Yesus Kristus, Allah akan menjadi Roh dan diterima melalui Yesus Kristus (Jn. 20:22, Kis. 2:1) serta akan datang berupa Roh dalam hari Pentakosta, seperti yang dijanjikan Yesus, bahwa dia akan datang dalam wujud yang lain yaitu Roh.[7]
Dalam Matius 12:32 dikatakan, barang siapa yang menghujat Roh Kudus dosanya tidak akan bisa diampuni di dunia ini dan di dunia yang akan datang. Untuk kepentingan manusia itu Tuhan menyatakan diri-Nya dalam beberapa bentuk. Roh Kudus yang datang pada waktu pentakosta adalah manifestasi dari diri Yesus sendiri, tetapi kekuatan dan tujuannya sama yaitu untuk menyelamatkan manusia itu dari dosa. Sehingga pada hari pentakosta akan disebutkan dalam babtisan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dalam Injil kata pneuma agion sama dengan Ruakh khadosy dalam Perjanjian lama, yang nantinya digunakan pada hari pentakosta, meskipun Yesus sendiri sering sekali berbicara tentang Roh itu.
Kemudian lama kelamaan kata Roh dalam dunia Kristen berkembang dan dikenal dengan Istilah Pneumatology. Kata pneumatology berasal dari bahasa Yunani Yaitu Pneuma yang artinya adalah roh. Teology lebih mengenalnya dengan nama “Roh Kudus”. Roh kudus ini biasanya sangat meng-wahyukan diri Allah, menumbuhkan iman, mendorong doa, tinggal dalam gereja menganungrahi umat dengan berbagai macam anugrah dan berkarya membawa segala sesuatu kepada pemenuhan Kristus (Roma. 8:1-27; 1 kor. 2:10-16 dll.). Seringkali roh kudus tidak dipelajari secara sendiri, melainkan sering dikaitkan dengan ajaran kristen tentang Tritunggal, gereja, rahmat dan sakramen. St Basilius Agung mangatakan bahwa roh akan diam-diam datang kepada manusia untuk menegaskan bagaimana sebenarnya rupa Allah. Roh kudus akan selalu hadir dimana-mana, tapi tidak pada suatu tempat yang khusus, dalam artian bahwa roh kudus dapat ditemukan dimanamana dalam bidang teology , tidak terbatas pada bidang-bidang tertentu.[8]
 Ungkapan tentang Roh kemungkinan adalah berangkat dari pengetahuan orang Kristen tentang Allah Yang memberikan anaknya kepada manusia melalui Roh sebagai missi yang historis.  Dia akan menjadi pencipta segala sesuatu yang ada di bumi yang menggantikan peran pekerjaan Allah sebelumnya. Jadi pneumatology adalah  roh yang konsisten tinggal di dalam diri manusia dengan tujuan memberikan keselamatan kepada manusia. Roh ini tidak akan pernah diam atau tidak mau tahu dengan kehidupan manusia, tetapi Roh ini akan ikut campur terhadap segala sesuatu tindakan manusia secara batiniah dan rohaniah. Roh ini akan kenciptakan manusia kedalam situasi kehidupan yang baru yang dekat dengan rencana keselamatan Allah.[9]

2.2.Pemahaman tentang Pneumatologi
2.2.1.       Perjanjian Lama
Definisi kata Roh dalam Perjanjian Lama berasal dari kata Ibrani ruach. Roh mempunyai beberapa arti, yang mana semuanya menunjuk kepada apa yang tidak terlihat oleh mata manusia dan yang membuktikan adanya daya atau tenaga aktif bekerja. Kata Ibrani dan Yunaninya digunakan untuk menyatakan angin, daya hidup yang aktif dalam makhluk-makhluk di bumi, desakan dari hati nurani yang menentukan cara orang berbicara dan berprilaku, serta ucapan terilham yang berasal dari sumber yang tidak kelihatan.[10] Selanjutnya, ruach juga menjadi sama artinya dengan nefesh, yakni jiwa dan nyawa, dan akhirnya berarti pula pusat kemauan dan tindakan manusia sehingga ruach menunjukkan juga ‘roh’ dalam arti berada dalam manusia sebagai ‘makhluk rohani’, yakni berakal budi. Dalam Perjanjian Lama, tidak ada ditemukan pertentangan roh dan daging seperti yang terdapat dalam Perjanjian Baru.[11]
Dalam Perjanjian Lama, dapat dilihat beberapa segi pekerjaan Roh, yaitu: [12]

a. Pekerjaan Roh dalam penciptaan
1. Roh melayang-layang diatas permukaan air (Kejadian 1:2). Ini menandakan bahwa pada awalnya roh telah ada dan bahkan sebelum manusia ada, roh itu telah ada dan telah hidup.
2. Membentuk manusia (Kejadian 2:7). Dalam hal ini menandakan bahwa mansia itu dihidupkan melalui Roh, jadi pada initinya bahwa dalam diri manusia itu selalu ada Roh.
3. Mencerahkan langit (Ayub 26:13). Melalui pergerakan Roh, maka langit juga akan mengalami perubahan.
4. Memelihara kehidupan binatang. Ini menandakan bahwa tidak hanya manusia yang tergantung kepada Roh itu, tetapi segala sesuatu yang ada di bumi.
5. Membaharui permukaan bumi (Mazmur 104:30). Roh akan mengubah dan memperbaharui bumu melalui kekuatannya.



b. Pekerjaan roh dalam melengkapi bagi pelayanan
Roh datang pada orang yang dipilih Allah untuk tugas tertentu dan menganugerahkan kecakapan untuk mengemban tugas itu, misalnya :
1. Keahlian (Keluaran 31:3). Roh akan memberikan keahliah kepada manusia untuk segala pekerjaannya.
2. Kepemimpinan (Hakim-hakim 3:10). Roh itu akan memimpin manusia untuk menjalani kehidupan dan memaknainya.
3. Kekuatan badani (Hakim-hakim 14:6)

c.    Pekerjaan Roh dalam mengilhami pada Nabi.
Ada kalanya sekelompok orang yang fanatik mengatakan diri digerakkan oleh Roh untuk melakukan hal-hal bagi orang-orang lain dengan sesuatu yang berlebihan. Dilain-pihak ada sekelompok orang lain yang sangat berhati-hati dan lebih mengerti perihal rohani. Akibatnya kelompok ini cenderung memisahkan diri dari kelompok fanatik itu, dan tidak begitu gampang menyebut diri didiami oleh Roh. Sementara itu ada nabi yang sungguh-sungguh menyadari peranan dan pengaruh Roh. Karya Roh dipandang tinggi bobotnya dalam wujud moral, sedangkan kemungkinan bergerak secara spontan dalam hal-hal rohani dan kebebasan melampaui kebiasaan diakui.

2.2.2.      Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru hal ini dapat dilihat dari awal Kesaksian Yohanes yang terjadi pada waktu dia sendiri melakukan peristiwa pembabtisan itu. Hal ini ingin menjelaskan bahwa Yohanes sendiri ingin memulai pengakuan tentang datang Roh Kudus atau yang disebut dengan Istilah Pentakosta.  Dalam Injil sinoptik, Roh itu tampak seperti merpati yang turun dari langit, singgah di atas Yesus setelah dia selesai di babtis (Mt. 3:16, Mk. 1:10, lk.3:22). Yohanes sama sekali tidak mengenal Yesus sebagai Mesias sebelum Roh Allah turun di atas Dia. Hal ini sama dengan apa yang dinubuatkan dalam Perjanjian lama yaitu Roh Tuhan ada padanya, Roh hikmat dan pengertian roh nasihat dan keperkasaan Roh pengenalan dan takut akan Tuhan (Yes. 11:2, Yes. 42:1 dan Yes. 66:1). Kesaksian Yohanes di sini menyatakan bahwa Dia yang akan membabtis dengan Roh itu akan datang.
Dalam hal ini Yohanes  menggunakan bahasa yang mengingatkan kepada keadaan mengenai respon  kepada ke-Tuhanan Yesus pada waktu pembabtisan: Roh akan datang dan turun dari sorga dan tetap tinggal bersama dengan Yesus Kristus, sebagaimana yang dikatakan dalam Perjanjian Lama. Suara dari sorga mengumandangkan bahwa Yesus akan dipenuhi Roh Kudus dan Dia akan membabtis manusia dengan Roh. Kesaksian Yohanes menunjuk kepada suatu moment yang pasti. Kesaksian Yohanes itu dapat dilihat dalam tempat pembabtisan dan pada turunnya merpati sebagai terang atas Yesus pada saat pembabtisan-Nya. Pembabtisan Yohanes menceritakan bagian yang perlu dari kesaksiannya dan Dia sebelumnya tidak mengetahui apa dan siapa Yesus sebelum Roh Kudus yang turun dari langit naik ke atasnya, serta dia mengakui Yesus, hanya kerena Yohanes telah melihat tanda itu turun dari langit. Yohanes yakin bahwa banyak kesempatan untuk melihat spritualitas Yesus pada masa kehidupan-Nya dan hubungan pembabtisan Yesus telah  dijanjikan sebelumnya, dia telah melihat sesuatu yang ada dalam diri Yesus, ketika Yesus dibabtis. Tetapi cerita ini bukan berarti bahwa pembabtisan dan turunnya Roh Kudus ke atas-Nya itu merupakan akhir ke-Mesiasan-Nya. dia mengatakan bahwa turunnya Roh Kudus ke atasnya sudah cukup sebagai tanda kepadanya untuk mengakui ke-Mesiasan Yesus. Roh Kudus akan turun di atas Yesus dan tinggal bersama Dia, artinya bahwa pembabtisan Yesus sebagai awal kebesaran-Nya. [13]  



[1] Bnd. J. L. Ch. Abineno, Roh Kudus dan Pekerjaan-Nya, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 5-7.
[2] Bnd.John R.Hinnels (ed.), A New Dictionary of Religions, Blackwell Publishers Ltd, USA 1995: hlm. 492.
[3] Bnd. W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 386.
[4] Bnd. Xavier Leon-Du Four, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta 1990: hlm. 470.
[5] Bnd. Xavier Leon-Du Four, Ensiklopedi Perjanjian Baru, hlm. 471.
[6] Bnd. Xavier Leon-Du Four, Ensiklopedi Perjanjian Baru, hlm. 472.
[7] Lih. Gerhard Kittel, to pneuma agion dalam, TDNT Vol 1, Grand Rapids, Michigan 1992: hlm. 103-105.
[8] Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teology, Kanisius, Yogyakarta 19961: hlm. 258.
[9] Philip J. Rosato, The wetsminster Dictionary Of Christian Teology,  The Westminster Press, Philaelpia1983: hlm. 262.
[10] Bnd. Harun Hadiwijono, Iman Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1984: hlm. 131
[11] Bnd. Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 1, Kanisius, Yogyakarta 2004: hlm. 246-247
[12] Bnd.“Roh Kudus” dalam J.D. Douglas (peny.), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, Yayasan  Komunikasi Bina Kasih, Jakarta 2008: hlm. 318-319
[13] Lih. Dave Hegelberg, Tafsiran Injil Yohanes (pasal 1-5), ANDI, Yogyakarta 1999: hlm. 69-70.

KEPEMIMPINAN TEORI DAN PENGEMBANGANNYA

Bab. 1 KEPEMIMPINAN
            Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.
Tugas Kepemimpinan
             Tugas ini meliputi dua bidang utama yaitu:
  1. berhubungan dengan pekerjaan (task function)
  2. berhubungan dengan kekompakan kelompok (relationship function)
Tugas kepemimpinan yang berhubungan dengan kerja kelompok antara lain:
  1. memulai (initiating), misalnya mengajukan masalah kepada kelompok dan mengajak anggota mulai memikirkn dan mencari jalan pemecahannya.
  2. Mengatur (regulating)
  3. Memberitahu (informing)
  4. Mendukung (supporting)
  5. Menilai (evaluating)
  6. Menyimpulkan (summarizing)
Tugas kepemimpinan yang berhubungan dengan kekompakan kelompok antara lain:
  1. mendorong (encouraging): bersikap hangat, bersahabat dan menerima
  2. mengungkapkan perasaan : menyatakan perasaan terhadap kerja dan kekompakan kelompok seperti puas, senang.
  3. Mendamaikan: mempertemukan dan mendamaikan pendapat-pendapat yang berbeda.
  4. Mengalah : kemauan untuk mengubah dan menyesuaikan pendapat dan perasaan sendiri dengan pendapat dan perasaan orang yang dipimpinnya.
  5. Memperlancar : kesediaan membantu mempermudah dan keikutsertaaan para anggota sehingga semua rela menyumbangkan gagasan-gagasan.
  6. Memasang aturan permainan: menyampaikan aturan dan tata tertib yang membantu kehidupan kelompok.
Gaya Kepemimpinan
Dari dua bidang tugas kepemimpinan itu, dikembangkan teori 4 gaya kepemimpinan dasar, yaitu:
  1. kekompakan tinggi dan kerja rendah. Gaya ini berusaha menjaga hubungan baik, keakraban dan kekompakan  kelompok tetapi kurang memperhatikan unsur tercapainya tujuan bersama.
  2. kerja tinggi dan kekompakan rendah. Gaya ini menekankan segi penyelesaian  tugas dan tercapainya tujuan kelompok. Gaya ini menampilkan gaya kepemimpinan yang amat direktik, dan baik untuk kelompok yang baru dibentuk.
  3. kerja tinggi dan kekompakan tinggi. Gaya ini cocok digunakan untuk membentuk kelompok.
  4. kerja rendah dan kekompakan rendah. Gaya ini kurang menekankan penyelesaian tugas dan kekompakan kelompok, cocok untuk kelompok yang sudah jelas akan tujuan dan sasarannya.
Namun dari keempat gaya itu tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk dibandingkan satu sama lain. Hal ini tergantung dari macam kelompok yang dipimpin. Kepemimpinan yang baik tergantung dari kemampuan untuk menilai keadaan kelompok dan memberikan kepemimpinan yang dibutuhkan sesuai tingkat perkembangan kelompok yang ada.
Cara Mempengaruhi Kelompok
            Sehubungan dengan proses mempengaruhi kelompok itu, teori Warren Schmidt dan Robert Tannenbaum dari California mengatakan ada 5 cara pemimpin , yaitu: pemimpin menyuruh kelompok manakala dia sendiri memikirkan perkara, mengambil keputusan dan memberitahukannya kepada kelompok. Pemimpin menjual kepada kelompok, manakala dia memikirkan, memutuskan dan menjelaskan untung-rugi dan segala konsekuensinya. Pemimpin minta nasihat, dia menerima usul-usul dari mereka, lalu membuat keputusan sendiri. Pemimpin bergabung dengan kelompok jika dia menyajikan masalah dan hal-hal yang menjadi batas pemecahan masalah itu. Terakhir adalah pemimpin memberi kekuasaan kepada kelompok, dia menyajikan masalah, memberitahu dan menyerahkan kepada mereka cara pemecahannya.
Pematangan Kelompok
            Kelompok yang matang adalah kelompok yang mampu menyusun struktur kerja untuk mencapai tujuan dan mampu menjaga kekompakan dalam hubungan antar pribadi. Itu berarti kelompok sudah mengetahui apa yang dilakukan dan alas an mengapa itu dilakukan. Untuk mencapainya, maka pemimpin dapat menggunakan kelima cara mempengaruhi kelompok di atas.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
            Ada faktor-faktor yang mempengaruhi pemimpin untuk mempengaruhi kelompok antara lain:
  • yang berasal dari kita sendiri yaitu pengertian kita tentang kepemimpinan, nilai yang kita kejar, cara dan pengalaman kita.
  • Pandangan kita tentang manusia, di sini ada dua pandangan yaitu teori X yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu tidak menyukai pekerjaan dan sedapat mungkin menghindari pekerjaan. Sedangkan teori Y mengatakan bahwa bagi manusia, bekerja adalah hal yang alamiah seperti halnya bermain atau istirahat.
Selain itu keadaan kelompok orang yang kita pimpin juga mempengaruhi kepemimpinan kita. Kelompok yang matang cenderung membuat kita rela menyerahkan kepercayaan dan kekuasaan kepada anggota, sedangkan kelompok yang belum matang membuat kita cenderung bertindak otoriter dan terlalu direktif.

Bab.2 MEMBACA KELOMPOK
            Setiap kumpulan orang yang tumbuh menjadi kelompok, berkembang lewat tahap-tahap yang kurang lebih sama. Ada teori yang melukiskan tahap-tahap ini, yang disebut Tangga Cog, yang menggunakan lima tangga yaitu:
  1. tingkat sopan santun, merupakan saat perkenalan dan saling bertanya serta memberitahu tentang hal-hal yang diminati bersama.
  2. tingkat mengapa kita ada di sini, merupakan saat untuk merumuskan tujuan dan sasaran kelompok. Di sini identitas kelompok masih rendah, belum terjadi.
  3. Tingkat usaha mendapat kekuasaan, di sini para anggota akan berusaha untuk mempengaruhi kehidupan kelompok, dan kelompok-kelompok kecil akan muncul untuk menggunakan kelompok besar itu demi kepentingan mereka.
  4. tingkat konstruktif, ditandai oleh perubahan-perubahan sikap dalam diir anggota. Mereka mampu untuk saling mendengarkan dengan sungguh-sungguh, terbuka dan saling menerima.
  5. tingkat kompak, dimana para anggota  punya semangat yang tinggi dan kesetiaan yang mendalam kepada kelompok.
Peranan Kita Sebagai Pemimpin
            Semakin dewasa kelompok berkembang, maka peranan sebagai pemimpin makin berkurang. Pada tingkat sopan-santun, pemimpin melihat dulu tempat pertemuan, keadaan dan perlengkapannya. Pemimpin juga mengatur tempat duduk, menyambut kedatangan para anggota. Atau secara singkat, pemimpin harus menciptakan suasana keamanan psikologis anggota. Pada tingkat kedua, pemimpin menekankan unsur penyelesaian tugas bersama, sikapnya lebih berpegang pada perkara dan bersikap businesslike artinya memberikan informasi dan penjelasan kepada anggota mengapa ada di sini, apa dan bagaimana pekerjaan dilakukan.

            Pada tingkat Usaha Mendapatkan Kekuasaan, pemimpin perlu membantu kelompok dengan lebih memperhatikan hubungan antar mereka. Pemimpin juga harus menyediakan harapan-harapan kita dengan keadaan dan perkembangan kelompok. Dan pada tingkat konstruktif, pemimpin mempengaruhi kelompok dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang konstruktif, merumuskan, dan mengembangkan seluruh bakat dan kemampuan para anggota. Dan pada tingkat yang terakhir (tingkat kompak), pemimpin sudah mulai merasa bangga atas kesuksesan dan persahabatan, namun kita masih harus tetap menjaga kepekaan terhadap gejala-gejala kemunduran kelompok.

Kelompok Yang Sudah Ada
            Kepemimpinan dalam kelompok yang sudah lama berdiri adalah tambah rumit karena jumlah para anggota dalam kelompok, kebutuhan komunikasi dan informasi antara mereka, dan bertambahnya kekuasaan dan tanggung jawab kelompok-kelompok sendiri. Teori Larry E. Greiner menjelaskan perkembangan organisasi ini dalam 5 tahap, yaitu: pada tahap awal, kelompok itu biasanya lahir berkat munculnya seorang pemimpin yang kharismatis. Di sini peranan pemimpin lebih inspiratif daripada direktif dan lebih memberi jiwa daripada mengatur. Tahap ini berakhir pada waktu kelompok mulai kacau, tanggung jawab tidak dilaksanakan sepenuhnya. Sehingga untuk menghadapi krisis ini dibutuhkan kepemimpinan direktif. Kepemimpinan ini akan menciptakan prosedur dan saluran dan menuntut pertanggung jawaban yang teratur.

            Namun ada kelemahannya, yaitu semakin kelompok berkembang, para anggota mulai merasa terbelenggu oleh tata tertib dan peraturan yang ada. Ada kejenuhan akibat kegiatan yang itu-itu saja. Maka kelompok memerlukan pemimpin yang mampu dan tidak terganggu dengan pemberian delegasi yang wajar. Komunikasi masih tetap dari atas tetapi pemimpin bukan lagi bersifat mengatur melulu. Tetapi jika pertumbuhan ini tidak terkendali dimana pemimpin tidak lagi menguasai keadaan, pemborosan tenaga dan keuangan, dan pengeluaran yang tidak pentingpun menumpuk. Di sini kelompok membutuhkan pemimpin yang koordinatif, yang dapat merumuskan keseluruhan kerja kelompok dan pengaturan usahanya. Dan kepemimpinan yang kelima adalah kolaboratif, maksudnya lebih bersandar pada hubungan antar pribadi dan kerja sama (kerja tim).

Bab. 3 MENGATASI KEADAAN
            Dalam kehidupan berkelompok, ketegangan kerap kali terjadi. Namun ketegangan itu dapat diarahkan menuju ke kebaikan, tetapi dapat juga menuju konflik. Hal ini adalah tergantung pada kecakapan pemimpin umtuk menanganinya. Ketegangan ini umumnya akibat adanya perbedaan pendapat. Pemimpin harus menyadari bahwa perbedaan yang dimiliki oleh kelompok dapat diolah menjadi penambahan energi kelompok mengatasi masalah dan juga meningkatkan kreativitas kelompok. Seni untuk itu adalah mengolah perbedaan dan ketegangan yang muncul dari perbedaan itu.

Persaingan dan Kerjasama.
            Persaingan meningkatkan ketegangan karena semua pihak melihat tujuan mereka saling bertentangan dan tak tersatukan. Pihak yang satu memandang kelompok lain secara negatif.  Sementara kerjasama adalah keadaan dimana orang0orang memandang bahwa tujuan mereka tidak saling bertentangan dan eksklusif, dan perbedaan pendapat tidak berarti orang tidak mengejar tujuan yang sama. Nah, pemimpin perlu berusaha untuk selalu menciptakan suasana kerjasama dan siap menghalangi muncul dan berkembangnya semangat persaingan.

            Persaingan maupun kerjasama bukanlah persoalan baik atau buruk tetapi tepat atau tidak tepat. Di sini pemimpin perlu memberi kesempatan orang yang keliru untuk mengubah pikiran pikiran mereka tanpa direndahkan. Ini agar ketegangan tidak berkembang dan merusak produktivitas kelompok.

 Strategi Mengatasi Ketegangan
            Mengatasi ketegangan dapat berhasil  dengan menghindarinya jika masalahnya muncul dari kepentingan pribadi yang dapat ditangkap batangnya. Tetapi kalau masalahnya serius, cara itu tidak tepat. Ketegangan dapat diredakan dengan memberi waktu dan membiarkan suasana reda menunggu kesempatan untuk memecahkan masalah dengan tenang dan rasional. Selain itu, ketegangan juga dapat dirukunkan, dan dalam hal ini diperlukan 4 kecakapan:
  1. diagnosis mencari macam ketegangan yang muncul: apa pokok ketegangan, bagaimana informasi, kebiasaan, ajaran dan hukum yang berhubungan dengan persoalan itu.
  2. inisiatif, yaitu kecakapan untuk mengambil langkah pertama untuk kerukunan: kapan dan bagaimana mendekati orang yang terlibat.
  3. mendengarkan, yaitu kecakapan melihat sudut pandangan orang lain, mengerti apa yang dikatakan secara verbal dan non-verbal.
  4. pemecahan masalah adalah proses untuk mencapai kerukunan, mempunyai 3 langkah yaitu: merumuskan, mengumpulkan cara-cara untuk memecahkan masalah, dan pengambilan keputusan.
Konfrontasi
            Konfrontasi maksudnya adalah dimana seseorang yang sengaja atau tidak, melakukan sesuatu secara langsung memaksa orang lain berpikir, memeriksa, mempertanyakan dan mengubah beberapa kelakuannya.  Agar konfrontasi berhasil, maka harus memenuhi syarat-syarat berikut:
  1. mempnuyani hubungan baik dengan orang yang dikonfrontasi, paling sedikit sadar mengenai macam hubungan antara dirinya dan orang tersebut.
  2. menerima dan bersedia terlibat dengan orang yang dikonfrontasi
  3. mengutarakan konfrontasinya lebih sebagai saran daripada sebagai tuntutan
  4. mengarahkan konfrontasi kepada perilaku yang dapat diingat oleh orang yang dikonfrontasi
  5. membuat konfrontasi bersifat positif dan konstrktif
  6. menyatakan konfrontasinya singkat
  7. menyampaikan fakta sebagai fakta, perasaan sebagai perasaan, tafsiran sebagai tafsiran.

Bab. 4 MENYEMPURNAKAN GAYA KEPEMIMPINAN
            Kepemimpinan tidak dapat diajarkan, tetapi dilatih. Kepemimpinan baru merupakan kepemimpinan, jika dirasakan sebagai kepemimpinan oleh orang-orang yang dipimpin. Ada istilah yang perlu diketahui oleh pemimpin dalam proses mempelajari cara pandang orang tentang dirinya, yaitu umpan balik. Teori yang menunjukkan nilai umpan balik adalah teori “Jendela Johari” oleh Joseph Luft dan Harry Ingham. Jendela itu terdiri dari 4 kaca. Kaca pertama disebut Arena atau kaca terang, sehingga kita dapat melihat diri kita sendiri dan orang lain juga dapat melihat kita.
            Kaca kedua disebut Blind Spot, artinya kaca satu sisi dari luar, karena orang lain dapat melihat hal-ha yang ada pada kita tetapi kita sendiri tidak melihatnya. Kaca ketiga adalah Façade, yaitu kaca satu sisi dari dalam. Maksudnya, kita dapat melihat hal-hal yang sehubungan dengan diri kita tetapi orang lain tidak melihatnya. Dan kaca yang keempat adalah Unknown atau kaca gelap tertutup es. Artinya adalah ada hal-hal yang kita sendiri dan orang lain tidak dapat melihatnya.
            Adapun manfaat Jendela Johari ini adalah:
Ø  memberitahu kepada pemimpin alasan rasional tentang manfaat umpan balik dan penghargaan orang mengenai nilainya.
Ø  Membantu pemimpin menemukan gejala dari perilaku yang tidak tepat yang agak permanen pada anggota.

Mutu Umpan Balik
            Umpan balik yang mempunyai nilai mendidik, harus mempunyai sifat:
  • Selalu berpusat pada perilaku. Umpan balik yang baik selalu diberikan agar dapat didengar oleh orang lain, dimengerti dan digunakan.
  • Umpan balik yang paling baik adalah umpan balik yang khusus. Jauh akan lebih membantu jika dalam umpan balik itu ditunjukkan contoh-contoh konkret, dimana kita tidak membagi tanggung jawab dan tugas secukupnya.
  • Tidak bersifat evaluatif, maksudnya umpan balik itu sekedar merupakan pemberitahuan tentang akibat perilaku orang tertentu pada dirinya dan mengajak untuk mempertimbangkan kembali.
  • Umpan balik dalam kelompok. Dalam kelompok, anggota dapat saling menanyakan apakah tindakannya sudah baik atau belum.
  • Umpan balik efektif jika langsung disampaikan, tanpa ditunda.
  • Penerima umpan balik ikut bertanggung jawab atas efektivitasnya.
Harapan Tersembunyi
            Dalam kelompok, setiap anggota mempunyai sikap dan nilai yang tidak harus diungkapkan dan disharingkan. Itulah yang dinamakan harapan tersembunyi, dan tentu ada alasannya. Kita dapat memperlancar pemunculan dan pengolahan harapan-harapan tersebut dengan memberi kesempatan kepada anggota untuk mengungkapkan segala keinginan mereka pada waktu menyusun acara pertemuan dan cara kelompok mengolah acara-acara itu selanjutnya.

Bab. 5 MEMBUAT KEPUTUSAN
      Cara-cara Keputusan Diambil
  1. satu orang membuat keputusan bagi kelompok. Jika keputusan itu diterima, maka orang itu merasa ‘dipakai’ dan bermanfaat bagi kelompok.
  2. satu orang yang merasa mempunyai hak untuk membuat keputusan. Ini karena  dia merasa tidak menghargai pandangan orang lain.
  3. cara dalam membuat keputusan adalah dengan bergandeng tangan. Dalam satu kelompok, ada anggota yang mengusulkan satu usul yang bagus, kemudian dua atau beberapa orang mendukungnya sehingga ada kesan seolah-olah semua anggota mendukungnya.
  4. kelompok minoritas membuat keputusan bagi kelompok.
  5. pengambilan keputusan lewat voting. Ini dilakukan jika persetujuan bersama tidak nampak dalam kelompok.
  6. keputusan terjadi akibat persetujuan bersama. Inilah cara yang paling sehat bagi kelompok.
Keputusan Yang Baik dan Benar
            Pemimpin diharapkan mampu membuat keputusan yang baik yaitu yang bermutu dan diterima oleh orang yang terlibat. Namun tidaklah mudah untuk selalu mendapat keputusan demikian tetapi kita dapat mendapatkan keputusan yang tidak ideal dan mampu membawa kita ke tujuan.

Proses Membuat Keputusan
            Pada awal acara pembuatan keputusan, pemimpin harus menyampaikan informasi sebanyak mungkin dan kelompok diberi waktu untuk membicarakan bagaimana melakukannya. Untuk membuat keputusan sendiri berguna kalau kita mengusulkan caranya terlebih dahulu. Ada 6 langkah dalam pembuatan keputusan ini, yaitu:
Langkah I: merumuskan sasaran
Langkah II: merumuskan halangan dan hambatan untuk mencapai sasaran
Langkah III: memilih masalah yang bila dipecahkan, memungkinkan kelompok bergerak menuju ke tujuan.
Langkah IV: melahirkan dan mengumpulkan berbagai keputusan yang mungkin.
Langkah V: menilai segala keputusan yang mungkin dihasilkan oleh kelompok lewat teknik pengumpulan gagasan.
Langkah VI: memilih satu keputusan dan perencanaan untuk melaksanakannya.

Bab.6 MENYUSUN RENCANA
            Perencanaan merupakan pekerjaan yang berat dan menuntut kesabaran. Dalam perencanaan, kita jangan langsung bekerja mencapai sasaran sebelum langkah-langkah untuk mencapai sasaran itu ditentukan dengan teliti.
Proses Perencanaan
            Adapun langkah-langkah dalam proses perencanaan adalah:
  • langkah I: merumuskan kebutuhan. Kita harus mengetahui apakah kebutuhan-kebutuhan yang dirumuskan itu ada dalam lingkup tanggung jawab kita, maksud tujuan kelompok dan tujuan lembaga didirikan.
  • Langkah II: menganalisis kebutuhan. Jika sudah dianalisis, kita dapat mengetahui kesamaan dan kecenderungan yang dimiliki oleh kelompok sehingga kita dapat memutuskan kebutuhan yang perlu dipenuhi.
  • Langkah III: merumuskan sasaran. Setelah kebutuhan dirumuskan, maka semua anggota kelompok diberi waktu untuk merenung dan mendoakannya sebelum memilih kebutuhan mana yang lebih disetujui.
  • Langkah IV: memancangkan sasaran. Sebuah tujuan dapat mempunyai satu sasaran atau biasanya lebih. Dan inti sari perencanaan mulai pada waktu sasaran disetujui bersama oleh kelompok. untuk setiap sasaran tersebut, setiap anggota diberikan tanggung jawab.
Perencaan Untuk Perubahan
            Perencanaan selalu menyangkut perubahan. Lewat perencanaan, kita hendak bergerak meninggalkan titik A menuju titik B. Dalam proses ini kita harus mencatat semua faktor yang mendukung usaha kita.

Mengapa Rencana Tidak Dilaksanakan
            Salah satu alasan umum mengapa rencana tidak dilaksanakan adalah bahwa sebenarnya kebutuhan untuk membuat rencana itu tidak terasa dibutuhkan, dan banyak lagi. Namun kita harus ingat bahwa menyusun rencana itu sulit, sebab kita harus berpikir.

Bab 7. PENGELOLAAN
            Antara kepemimpinan dengan pengelolaan berbeda satu sama lain. Pengelolaan merupakan kepemimpinan yang khusus. Kunci perbedaan antara kepemimpinan dengan pengelolaan adalah ‘organisasi’. Dengan latar belakang pembedaan itu, pengelolaan didefinisikan sebagai “bekerja dengan dan lewat orang-orang secara pribadi dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasional lembaga, sementara dalam kepemimpinan, pemimpin dapat mencapai tujuan pribadinya sendiri atau membantu orang lain mencapai tujuan pribadi mereka. Selain itu, pengelolaan juga mempunyai dimensi lain yaitu tanggung jawab social. Di sini, dalam pengelolaan, yang dikelola adalah dampak dan tanggung jawab social atas usaha yang dijalankan.

Yang Dilakukan Oleh Pengelola.
            Adapun fungsi atau tugas seorang pengelola (manager) adalah:
  • Merencanakan, ini menyangkut cara-cara untuk memotivasi untuk mencapai tujuan dan sasaran, terutama untuk melibatkan semua anggota.
  • Mengorganisasi, menyangkut penggunaan segala sumber tenaga, dana, bahan material yang ada, sesuai yang telah direncanakan.
  • Memotivasi, mendorong diri sendiri dan orang lain untuk mengejar tujuan dan sasaran. Memang motivasi itu perasaan yang muncul ketika ada kebutuhan yang amat penting dirasakan. Namun jika kita mengingat bahwa pemimpin yang memiliki visi dan kemampuan untuk membantu orang lain mengembangkan visi mereka, dalam visi itu pasti ditemukan kebutuhan-kebutuhan yang belum terasa. Oleh karena itulah kita dapat memotivasi mereka untuk kebutuhan itu timbul, dirasa, dan diterima.
  • Mengawasi, maksudnya adalah menjaga pelaksanaan segala tugas demi tercapainya tujuan dengan baik.
Gaya Pengelolaan
1.      gaya tradisional. Di sini pengelola mempunyai ciri keterlibatan kuat pada lembaga dan enggan untuk mengambil resiko. Pengelola suka memandang ke belakang dan melakukan hal yang dulu telah dilakukan.
2.      gaya pengusaha. Pengelola dengan gaya ini tampil sebagai pengelola yang memiliki keterlibata kecil pada lembaga dan sangat suka mengambil resiko dan memandangnya sebagai tantangan. Pengelola ini adalah pengelola yang selalu goyah dan mudah berganti.
3.      gaya bertujuan. Di sini pengelola tampil denga keterlibatan kuat kepada lembaga dan mau membuat eksperimen juga mengambil resiko. Pengelola di sini adalah pengelola yang terarah lurus.
4.      gaya krisis. Pengelola dengan gaya ini tidak memiliki keterlibatan kuat pada lembaga, juga tidak mau mengambil resiko. Dia tidak mau berkomunikasi selain dengan cara melarikan diri atau berkelahi.

Bab.8 DELEGASI
            Delegasi dapat didefinisikan sebagai pemberian sebagian tanggung jawab dan wibawa kepada orang lain. Akan tetapi delegasi ini dapat menjadi masalah bagi orang yang memegang teori X tentang manusia seperti yang dilukiskan dalam bab I yaitu tidak suka bekerja.