I.
PENDAHULUAN
Setiap manusia dalam dirinya selalu ada perasaan atau
keinginan untuk mencintai maupun untuk dicintai, serta keinginan untuk menjalin
sebuah hubungan dengan lawan jenisnya. Oleh karena itu cinta, seks dan pacaran
tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Seks juga memegang peranan dalam
perjalanan cinta manusia. Akan tetapi peranan seks bukanlah hal yang boleh
dilakukan pada saat laki-laki dan perempuan masih dalam status pacaran. Seks
hanya dapat dilakukan setelah laki-laki dan perempuan yang berpacaran melewati
jenjang pernikahan.
Lalu, bagaimana pandangan Alkitab
sendiri mengenai cinta, seks, dan pacaran?. Alkitab sendiri menyaksikan bahwa
manusia tidak dilarang untuk menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Seks juga
berasal dari Allah yang diberikan kepada manusia dengan tanggung-jawab. Dan
seks boleh dilakukan bagi mereka yang telah terikat suatu hubungan pernikahan.
II. TERMINOLOGI
2.1
Cinta
Dalam bahasa Yunani, cinta dapat diartikan dengan berbagai macam yaitu
storge, eros, phileo, dan agape. Akan tetapi cinta yang dibahas dalam tulisan
ini adalah cinta eros yang artinya cinta terhadap lawan jenis. Dalam hal ini,
eros tidak selalu bersifat kedagingan tetapi mencakup sebuah gagasan akan
kerinduan untuk bersatu dan hasrat untuk memiliki seseorang yang dicintai.Kamus
besar bahasa Indonesia mengartikan kata cinta dengan suka sekali, sayang benar,
kasih terpikat (antara laki-laki dan perempuan), ingin sekali, berharap sekali,
rindu, dan susah hati (khawatir).
Dalam bahasa Inggris cinta disebut dengan “love” dapat berarti rasa tertarik
atau rasa sayang terhadap orang yang membangkitkan minat, ketertarikan yang
sangat, yang hangat, rasa tertarik yang berdasar pada nafsu seks.
Menurut John Powell cinta berarti bersedia melepaskan kesenangan kita,
mengabdikan waktu kita dan bahkan ketenteraman kita demi peningkatan kepuasan,
ketenteraman dan perkembangan orang lain.
2.2
Seks
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia seks diartikan sebagai jenis kelamin,
hal yang berhubungan dengan alat kelamin, seperti sanggama, berahi.
Dalam hal ini juga dijelaskan pengertian seksualitas dan seksual. Seksualitas
artinya ciri, sifat, atau peranan seks, dorongan seks, kehidupan seks. Seksual
artinya berkenaan dengan seks (jenis kelamin), berkenaan dengan perkara
persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.
2.3
Pacaran
Pacaran berasal dari kata dasar pacar yang artinya punya teman lawan
jenis yang tetap (kekasih) dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih.
Menurut Gilbert dan Reinda Lumoindong, pacaran adalah persiapan menuju
pernikahan (Amos 3:3) “Berjalankah dua orang bersama-sama jika mereka belum
berjanji”?.
Pengertian berikutnya tentang pacaran adalah suatu proses dimana laki-laki
atau perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan di antara mereka berdua
yang dapat dilanjutkan ke dalam perkawinan.
Agus M. Hardjana dalam bukunya yang berjudul “Kiat Berpacaran” mengartikan
pacaran adalah suatu proses penyesuaian antara dua pribadi yang berbeda yang
membutuhkan usaha keras untuk bisa sampai kearah sana (pernikahan).
III. LANDASAN TEOLOGIS
3.1
Perjanjian Lama
Di dalam Perjanjian Lama, kisah percintaan Yakub dan Rahel dapat dijadikan
sebagai landasan teologi cinta. Di dalam Perjanjian Lama cerita Yakub dan Rahel
tertulis dalam Kej. 29:15-30. Di dalam Kej 29:15-30 diterangkan secara jelas
bagaimana cintanya Yakub kepada Rahel sehingga rela melakukan apa saja demi
mendapatkan Rahel.
Untuk mendapatkan Rahel, Yakub harus bekerja tujuh tahun pada Laban ayah
Rahel. Yakub memenuhi persyaratan Laban dan akhirnya Yakub bekerja tujuh tahun
lamanya tetapi karena cintanya kepada Rahel tujuh tahun itu dianggapnya seperti
beberapa hari saja. Namun, pada kenyataannya Yakub belum juga mendapatkan Rahel
meskipun Yakub sudah bekerja tujuh tahun kepada Laban. Alasannya, karena di
dalam tradisi tempat Laban tinggal tidak biasa mengawinkan adiknya terlebih
dahulu baru kakaknya. Akhirnya Laban mengajukan persyaratan lagi kepada Yakub
yaitu menggenapi tujuh hari perkawinannya dengan Lea dan Yakub harus bekerja
tujuh tahun lagi pada Laban. Yakub akhirnya memenuhi persyaratan Laban lagi dan
dia menggenapi tujuh hari perkawinannya dengan Lea sehingga akhirnya yakub
mendapatkan Rahel dan bekerja tujuh tahun lagi pada Laban.
Dari kisah ini maka Alkitab tidak
pernah meniadakan cinta atau mengharamkan cinta. Cinta Yakub terhadap Rahel
dapat dijadikan sebagai landasan teologis untuk cinta khususnya bagi muda/I
Kristen yang berpacaran. Cerita Yakub dan Rahel hendak mengatakan bahwa di
dalam cinta harus ada pengorbanan.
Di Kej 1:27 dikatakan bahwa “Allah
menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya
dia, lai-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Dari ayat tersebut
kelihatanlah bahwa ternyata seksualitas yang ada dalam diri manusia adalah dari
Allah asalnya. Akan tetapi seksualitas manusia berbeda dari seksualitas
makhluk-makhluk yang lain. Maksud (tujuan) seksualias manusia bukan saja untuk
meneruskan jenisnya di dalam dunia seperti umumnya dilakukan oleh
makhluk-makhluk lain. Fungsi seksualitas manusia lebih tinggi dan lebih suci.
Di Kej 2:18 dituliskan pernyataan
Allah yang mengatakan bahwa “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja.
Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. Dari pernyataan
Allah itu ternyata Allah tidak menginginkan manusia hidup seorang diri saja di
dunia ini. Allah menginginkan umat-Nya agar dapat menjalin suatu hubungan
dengan lawan jenis. Jadi, hubungan antara laki-laki dan perempuan tidak pernah
bertentangan dengan kehendak Allah. Allah tidak pernah melarang laki-laki dan
perempuan mempunyai hubungan kasih (pacaran) bahkan Allah menyetujui sampai
bersatu sampai pernikahan.
3.2 Perjanjian Baru
Di dalam PB cinta Yusuf dan Maria
dapat dijadikan sebagai landasan teologi untuk cinta, seks, dan pacaran. Dari
cerita Yusuf dan Maria yang tertulis di Mat 1:18-25 dapat diambil suatu makna
bahwa ternyata cinta itu harus dapat menerima orang yang dicintai apa adanya,
dengan segala kekurangannya. Cinta tidak pernah mempermalukan orang yang
dicintai meskipun kesalahan yang diperbuat sudah begitu menyakitkan. Dengan
kata lain, cinta harus memaafkan kesalahan orang yang dicintainya dan tidak
pernah mempermalukan yang dicintainya.
Dari cerita Yusuf dan Maria yang
bertunangan juga digambarkan bahwa meskipun mereka sudah bertunangan mereka
tidak pernah melakukan hubungan intim seperti layaknya suami-isteri. Hal ini
terbuktinya dengan terkejutnya Maria sewaktu dikatakan bahwa dia mengandung
begitu juga dengan Yusuf yang terkejut mendengar berita itu bawah Maria
mengandung. Oleh karena itu, di dalam hubungan yang masih menjalani tahap
pacaran dan bertunangan seksualitas tidak boleh memainkan peranannya. Tuhan
tidak pernah menghendaki umat-Nya untuk menggunakan seksnya dengan
sewenang-wenang dan tidak pada tempatnya. Setiap laki-laki dan perempuan yang
berpacaran dan bertunangan harus dapat mengendalikan diri demi masa depan
nantinya.
IV. CINTA, SEKS, DAN PACARAN
DILIHAT DARI SUDUT PANDANG KE-KRISTEN-AN
4. 1 Cinta
Di dalam hubungan antara laki-laki
dan perempuan yang berpacaran memang wajar kalau ada ketertarikan fisik. Tetapi
cinta (kasih) lebih dari daya tarik fisik saja. Kasih melibatkan keseluruhan
orangnya: tubuh, nyawa dan roh. Kasih
mencakup kepercayaan, persekutuan, kesabaran, pengorbanan diri, saling
melayani. Kasih tidak mencari keuntungan atau kepuasan diri (1 Kor 13). Cinta
kasih yang murni tetap mengikat dua kekasih, meskipun tubuh yang indah dan
wajah yang tampan sudah menjadi kenangan masa lalu.
4.2 Seks
“Maka Allah menciptakan manusia itu
menurut gambar-Nya…laki-laki perempuan diciptakan mereka…” (Kej. 1:27). Dari
ayat ini berarti perbedaan jenis kelamin (seks) termasuk dalam rencana
penciptaan Allah. Allah menyebut hasil ciptaan-Nya “baik”. Manusia harus
menerima dengan senang tubuh serta seksualitasnya. Orang Kristen tidak perlu
malu, menolak atau pura-pura tidak mempunyai dorongan seksual. Orang Kristen
harus menerima seksualitasnya sebagai pemberian Bapa Surgawi. Tetapi dalam
penggunaan seks ini dapat disalahgunakan. Allah memberikan seksualitas kepada
manusia disertai tanggungjawab untuk mempergunakannya sesuai dengan
kehendak-Nya, bukan dipakai sewenang-wenang. Mengagung-agungkan seks dan
menomorsatukannya adalah sikap yang dikutuk Allah (Roma 1:24-27).
Hubungan seksual yang dikehendaki
oleh Tuhan adalah hubungan seksual yang langsung (persetubuhan) dari suami
istri karena hubungan itu suci. Tetapi manusia yang berdosa menyalahgunakannya
untuk kepentingannya sendiri. Dan dengan itu manusia merendahkannya menjadi
“alat pemuasan nafsu”
Dalam 1 Tim. 5:22 Paulus berkata
“jagalah kemurnian dirimu”. Nats ini perlu diterapkan dalam kehidupan kaum
muda. Kaum muda yang perhatian utamanya hanya tertuju kepada seks dalam
berkencan adalah orang yang bingung,
tidak dewasa, mungkin tidak yakin akan dirinya sendiri dan boleh jadi sakit
secara emosi. Hubungan seks bukan dimaksudkan untuk menghasilkan cinta kasih,
tetapi sebagai cara untuk menyatakan cinta yang telah ada cinta kasih antara
suami istri. Percobaan hubungan seks tanpa cinta, nilainya murah dan
menghancurkan suatu hubungan di antara pemuda dan pemudi.
Di dalam 1 Tes 4:7 dikatakan bahwa Allah memanggil kita bukan untuk
melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Ayat ini sangat penting dan
berlaku bukan hanya bagi laki-laki dan perempuan yang masih belum diikat oleh
pernikahan dan bagi mereka yang sudah menikah. Berikut ini pernyataan/pandangan
Alkitab tentang seks:
- Hubungan seks hanya diizinkan bagi
yang sudah menikah serta diberkati Allah (Kej. 2:24, Kid. 2:7). Melalui pernikahan suami dan istri jadi
satu daging menurut kehendak Allah. Kesenangan jasmaniah dan emosional
dalam pernikahan yang setia telah ditetapkan dan Allah menghormatinya.
- Yang berhak untuk melakukan hubungan
seksual hanya yang sudah menikah. Ajaran kontemporer yang mengatakan bahwa
hubungan seksual di antara kaum
muda dan orang dewasa yang belum menikah tetapi sudah bertunangan
dapat diterima. Hal ini benar-benar bertentangan dengan kekudusan Allah
dan norma-norma kekudusan. Allah
secara tegas melarang setiap bentuk “hubungan seksual dengan” siapa saja
yang bukan suami atau isteri yang sah (Im
18:6-30; 20:11,17).
- Orang percaya harus bisa menguasai
diri dalam kaitannya dengan semua hal yang mengarah kepada perbuatan
seksual pranikah. Alkitab menyebutkan penguasaan diri sebagai salah satu
aspek buah roh (Gal.5:22-24).
4. 3 Pacaran
Pacaran adalah suatu proses di mana
seorang laki-laki atau seorang perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan di antara mereka
berdua yang dapat dilanjutkan ke dalam jenjang pernikahan.
Tahap-tahap Pacaran. Ada 3 tahap pacaran yaitu:
1.
Tahap
Perkenalan
Sebelum
menjalin hubungan yang disebut dengan pacaran, tahap perkenalan merupakan tahap di mana seorang laki-laki dan
perempuan berusaha saling mengenal dengan mencari kesamaan persepsi, pandangan
dan tujuan hidup, dan juga melihat hal-hal yang tidak sama di antara keduanya.
Biasanya orang jatuh cinta karena ada kesamaan, bukan hanya karena perempuan
itu cantik atau laki-laki itu tampan (ganteng).
2.
Tahap
Penjajakan
Pada
tahap ini akan menentukan apakah hubungan akan terus berlanjut atau sebaliknya
akan berhenti. Tahap ini adalah tahap observasi dan pengenalan yang masih terus
berlangsung, berusaha untuk mengenal kepribadiannya lebih dalam lagi. Dengan
kata lain, tahap ini sering disebut dengan tahap uji cinta.
Walter Trobisch, seorang pendeta dari Kamerun menuliskan
beberapa batu uji cinta. Menurut dia dalam melakukan tahap uji cinta, ada 3 hal
yang dilakukan :
Amsal 19:22: Sifat yang diinginkan pada seseorang
adalah kesetiaannya. Dalam pacaran, kesetiaan perlu diperhatikan. Orang yang
tidak setia selama pacaran, biasanya juga orang yang tidak setia ketika sudah
menikah.
Setiap muda-mudi yang berpacaran selalu mengalami yang namanya pertengkaran
baik itu karena beda pendapat, karena cemburu atau karena masalah lainnya.
Setiap pertengkaran yang terjadi bertujuan untuk melihat apakah pasangan muda/i
dapat menyelesaikan masalah tersebut atau sebaliknya lari dari masalah yang
berakibat putusnya hubungan.
Dalam ujian waktu dapat menentukan apakah kita
benar-benar jatuh cinta pada si dia atau hanya terpikat kecantikan atau
kegantengannya saja. Di dalam ujian waktu segala bentuk sentuhan fisik harus
dihindari kalau tidak akan berakibat buruk atau fatal.
3.
Tahap
Pengambilan Keputusan
Di
dalam pengambilan keputusan untuk pacaran harus benar-benar melalui tahap
penjajakan di atas dengan baik. Pengambilan keputusan haruslah menyerahkannya
kepada Tuhan. Dalam hal mengambil keputusan faktor yang terpenting bukan “aku”
tetapi Tuhan. Setelah benar-benar pacaran, Tuhan juga harus senantiasa
dilibatkan dalam pacaran.
V. TUJUAN PACARAN
Pacaran adalah usaha untuk
memadukan dua pribadi yang berbeda
dengan tujuan agar terjadi saling kesesuaian,
keterpaduan hati, pikiran, kehendak, cita-cita, perilaku, kerja, dan keseluruhan hidup. Dengan modal saling
sesuai dan cocok itu, pasangan pacar dapat saling memahami, menerima,
mendukung, dan membantu dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan bersama, serata
mengatasi kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah yang dijumpai.
Dalam berpacaran, dua manusia saling memberikan kepenuhan pribadinya satu
terhadap yang lain atas dasar cinta kasih. Cinta menjadi dasar hubungan dalam
pacaran dalam lingkup usaha untuk memberi
dan tidak hanya menerima (tampak
pengorbanan).
VI. MEMELIHARA HUBUNGAN DENGAN PACAR
Demi kebaikan pasangan pacar dan proses perjalanan menuju ke jenjang
perkawinan, selama berpacaran pasangan pacar sebaiknya menjaga hal-hal sebagai
berikut:
- Pasangan pacar bertindak bijak dengan
tidak melakukan hal-hal yang membawa dampak panjang yang belum siap, yaitu
berbuat seolah-olah sudah menjadi suami-istri. Perbuatan seperti itu belum
tentu merupakan ungkapan cinta, melainkan sekedar pelampiasan nafsu seks,
terbakar oleh panasnya dorongan naluri, sekedar memenuhi keingintahuan
atau iseng belaka. Terutama dari pihak pacar perempuan, tindakan itu
dilakukan dengan harapan bahwa pacar laki-laki mau menjadikannya isteri.
Terbius oleh harapan sepihak itu, pacar perempuan merelakan diri dengan
dalih untuk membuktikan cintanya. Entah siapa yang memanfaatkan,
dimanfaatkan, atau saling memanfaatkan. Perbuatan itu dapat membawa derita
panjang karena perbuatan itu dilakukan tanpa ikatan apa-apa kecuali ikatan
pribadi yang hanya diketahui secara pribadi dan tidak resmi. Karena belum
ada ikatan formal, hubungan pacar dapat putus entah oleh satu atau kedua
belah pihak. Jika pemutusan itu terjadi, terutama pihak perempuan akan
merasa dirugikan. Maka, dalam masa
pacaran sebaiknya pasangan pacar dapat menjaga diri.
- Pasangan pacar sebaiknya tidak
terlalu sibuk dan tenggelam dalam urusan-urusan rasa dan ungkapan cinta
saja. Selama pacaran, pasangan pacar sebaiknya membicarakana masa depan
secara sungguh-sungguh, misalnya perumahan, pengaturan ekonomi, keuangan
dan seluk beluk keluarga, pengarahan dan pendidikan anak, peningkatan dan
pengembangan diri, cara yang diambil jika kelak terjadi ketegangan dan
konflik, hubungan dengan keluarga masing-masing serta sanak saudara.
Membahas bersama hal seperti diatas merupakan antisipasi yang baik untuk
menempuh hidup keluarga. Jika pada kenyatannya masalah-masalah muncul dari
hal-hal itu, pasangan pacar yang sudah menjadi suami-isteri sudah siap.
- Pada dasarnya muda/i yang berpacaran
selalu menganggap dunia ini serasa milik berdua. Meskipun demikian selama
pacaran pasangan pacar perlu menjaga perilaku agar tidak mengganggu
masyarakat. Harus ada penyesuaian perilaku dengan tempat dan waktu. Jangan
misalnya, pasangan pacar saling bertindak tidak pada tempatnya dan
melampaui batas. Pasangan pacar juga harus
menjaga perasaan masyarakat di mana mereka berada.
- Selama pacaran pasangan pacar
sebaiknya terus berusaha saling mengenal pribadi masing-masing. Jika ada
sifat-sifat pada salah satu pihak yang dalam keluarga nantinya dapat
mengganggu, sebaiknya dibicarakan. Jangan pernah berandai-andai
sifat-sifat itu akan hilang. Ini sikap menipu diri. Sifat-sifat buruk yang
sudah terbina bertahun-tahun tidak mungkin hilang dalam sekejap bahkan di
dalam keluarga yang penuh cinta sekalipun.
- Selama berpacaran, pasangan pacar
sebaiknya tetap menjaga dan memelihara hubungan dengan teman, sahabat, dan
orang-orang dekat lainnya seperti saudara dan sanak saudara. Jangan sampai
bersikap mentang-mentang sudah mempunyai pacar, lalu setiap detik, menit, jam, hari, atau
setiap saat selalu berdua saja dengan pacar, tidak pernah berkumpul dan
berinteraksi dengan orang lain. Berpacaran itu mengandung banyak masalah
dan bisa saja putus. Jika selama berpacaran tidak pernah berhubungan,
berkumpul, dan berinteraksi dengan teman-teman, sahabat-sahabat, dan
orang-orang dekat lainnya, maka pada waktu menjumpai masalah dalam
berpacaran, orang yang berpacaran itu tidak mempunyai orang lain untuk
berbagi atau membantu memecahkan masalah.
VII. PRINSIP DASAR TENTANG CINTA, SEKS, DAN
PACARAN
Berikut ini beberapa prinsip dasar tentang
cinta, seks dan pacaran:
- Seks adalah ciptaan Tuhan, suatu ide
dari Tuhan, jadi sesuatu yang baik dan murni. Tuhan merencanakan dan
menganugerahkan manusia dengan dorongan-dorongan yang merupakan daya tarik
alamiah terhadap manusia dari kelamin lain.
- Karena Tuhan menciptakan
dorongan-dorongan seks dalam diri manusia, maka seharusnyalah manusia
memperlakukan dorongan-dorongan itu dengan tujuan penciptaan Allah
sendiri. Sama halnya juga dengan hal-hal baik lainnya yang dapat
disalahgunakan secara berlebih-lebihan sehingga akhirnya menjadi dosa.
Apabila Tuhan melarang seorang pemuda membina hubungan yang sangat intim
dengan seorang pemudi sebelum perkawinan, hal ini bukan berarti bahwa
Tuhan tidak menghendaki manusia merasa senang. Justru, Tuhan telah
memberikan manusia petunjuk sehingga manusia dapat memperlakukan anugerah
itu sesuai tujuan penciptaan-Nya tanpa menghilangkan kebahagiaan manusia.
- Berciuman, berpelukan dan bermesraan
diciptakan oleh Allah sebagai langkah-langkah yang dengan sendirinya
menuju ke arah keintiman. Karena itulah perasaan kecewa akan dialami oleh
kedua belah pihak apabila langkah-langkah tersebut (ciuman, pelukan, dan
sebagainya itu) terhenti sebelum mencapai keintiman. Karena memang semua
ini diciptakan oleh Allah sebagai permulaan ke arah persetubuhan.
- Dari hasil persetubuhan akan dapat
menghasilkan anak. Itulah sebabnya keintiman semacam ini hanya dapat
dibenarkan di dalam suatu perkawinan di mana kedua muda-mudi telah
berjanji untuk sehidup-semati hingga dapat bersama-sama bertanggung jawab
pada anak-anak sebagai hasil keintiman.
- Suatu perhubungan intim di luar
perkawinan mengakibatkan perasaan bersalah dan kecewa. Di luar perkawinan
perhubungan cinta tidak wajar dan harus sembunyi-sembunyi, diliputi
suasana ketakutan jangan sampai perbuatan itu diketahui oleh orang lain.
Bagi si gadis berkecamuk perasaan tidak aman kalau-kalau jadi hamil dan
tidak ada pertanggungjawaban dari si pria. Dengan demikian, perasaan
bersalah ketakutan dan perasaan tidak aman hampir-hampir merusak seluruh
keindahan seks di luar perkawinan.
VIII. MOTIVASI PACARAN
Sebenarnya apa sich motivasi berpacaran? Kebutuhan atau gengsi?
- Pacaran hanya untuk bergaul yang
dipengaruhi oleh lingkungan, teman.
- Pacaran yang dipengaruhi karena
menonton sinetron, baca majalah atau novel yang membuat kita terhanyut
untuk berpacaran.
- Pacaran hanya karena kasihan.
- Pacaran karena pengaruh ekonomi, ada
sebutan cowok/cewek matrek.
- Pacaran karena merasa suatu kebutuhan
akan masa depan.
- Pacaran karena adanya cinta sejati
yang timbul dalam hati.
So, coba tanya kepacar kamu sekarang, dia mau jalan bareng karena merasa
itu demi gengsi atau sebab memang butuh?
IX. PACARAN MENUJU TEMAN HIDUP
Berpacaran hendaknya berorientasi kepada masa depan. Pacaran adalah tahap
yang ingin ditempuh untuk saling mengenal lebih dalam dan jenjang persiapan
menuju teman hidup. Memilih teman hidup adalah tugas yang sulit karena harus
melalui banyak pertimbangan untuk tercapainya kesesuaian.
Memilih teman
hidup yang dengan pemikiran dan pertimbangan yang bijaksana berarti pilihan
harus benar-benar melalui proses pertimbangan bukan berdasarkan cinta yang
berorientasi pada nafsu atau pandangan fisik/jasmani. Cinta karena nafsu
merupakan cinta yang tidak benar kerena lebih memperhatikan keadaan luar atau
fisik, maka cinta yang seperti ini akan cepat berubah dan menimbulkan
kebosanan. Maka bedakanlah :
“aku mencintaimu karena aku membutuhkanmu”
“aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu”
X. HAL-HAL YANG BISA DAN
YANG TIDAK BISA DILAKUKAN DALAM BERPACARAN
Perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma kesopanan dan kesusilaan
dilarang keras dalam berpacaran. Untuk itu, mengenai apa yang bisa dan apa yang
tidak bisa dilakukan dalam berpacaran akan dibagi dalam 3 zona, yaitu :
- Zona putih
Berjalan bersama, berpegangan tangan, saling bertatapan, belajar bersama,
dan segala sesuatu yang berada dalam sikap yang wajar dan yang positif.
- Zona abu-abu
Cium pipi, kening. Hal ini dimasukkan ke dalam daerah abu-abu adalah karena
cium pipi atau kening dapat mengakibatkan dosa apabila disertai dengan nafsu,
dan tidak akan mengakibatkan dosa apabila tidak disertai nafsu/ keinginan
daging.
- Zona hitam
Berciuman bibir yang melanjut pada perlakuan yang dimaksudkan dalam
hubungan suami-istri. Tertarik pada seseorang secara fisik adalah kewajaran.
Tetapi yang pasti adalah bahwa kasih jauh lebih dari daya tarik fisik. Kasih
yang dimaksud mencakup kepercayaan, pesekutuan, kesabaran, pengorbanan diri,
dan tidak mencari keuntungan sendiri. Cinta kasih yang murnilah yang mengikat
dua kekasih dalam terang Kristus.
Sebagai pemuda dan pemudi Kristen, yakinlah bahwa Allah menyediakan yang
terbaik bagi anak-anakNya, tetapi manusia sering ingin lebih tahu mengenai
siapa yang akan menjadi teman hidupnya kelak. Oleh karena itu, serahkanlah masa
depanmu kepada Tuhan karena jika kita telah berdoa maka Allah akan memberi dan
menjawab doa kita.
Percayalah
kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Dia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)
Sebuah Ilustrasi CINTA = BUS
Sebuah
bus datang, dan kamu bilang “wah….bus ini terlalu penuh, gak bisa duduk nih!
Aku nunggu bus berikutnya saja”. Kemudian bus berikutnya pun datang. Kamu
melihatnya dan berkata, “aduh……busnya sudah tampak tua dan jelek begini….gak
mau ah….”. bus selanjutnya datang, tetapi dia seakan-akan tidak melihatmu dan
melawatimu saja. Bus keempat berhenti di depan kamu. Bus itu kosong, kondisinya
masih bagus, tapi kamu bilang, “nggak ada AC nih, aku bisa kepanasan”, maka
kamu membiarkan busnya pergi. Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu
bisa terlambat pergi kuliah. Ketika bus kelima datang, kamu langsung saja melompat
masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar bahwa kamu salah
menaiki bus. Karena bus tersebut jurusannya bukan menuju kampusmu!!!!!!
Begitu halnya
dengan mencari pasangan. Jangan sampai pasangan yang kamu pilih karena telah dipaksa
oleh umur yang semakin tua bukan karena
cinta.
Salah memilih Tuhan akan binasa selama-lamanya
Salah memilih teman hidup, menderita seumur hidup.
Inilah dua hal terpenting dalam kehidupan kita
Selamat mencari bersama dengan Tuhan