Sabtu, 29 Juli 2017

Selamat Ulang Tahun SOLA FIDE, Selamat Tumbuh Untuk Kita Semua


Di ulang tahun yang ke lima ini saya sebagai penulis akan menceritakan sejarah Sola Fide team di STT HKBP. Bagi teman-teman jika ada yang kurang boleh di tambahin kok atau yang mau di kurangi. 
 
         Tanggal 29 Juli 2012, Genap 5 tahun sudah usia kami stambuk 2012 Sola Fide Team. Sola Fide adalah Sebuah wadah yang mempertemukan orang-orang yang mempunyai mimpi terkhusus di dunia pelayanan. Wadah untuk orang-orang belajar melalui proses mewujudkan mimpi. Wadah berkumpulnya orang-orang hebat yang pada akhirnya akan menjadi garam dan terang di tengah dunia.  

Flashback sebentar tentang kehadiran Stambuk Sola Fide di STT-HKBP. Pada 29 Juli 2012 mahasiswa stambuk 2012 berkumpul di ruang ester untuk merumuskan nama stambuk 2012 berdasarkan pengalaman selama PST (Persiapan Studi Theologi), ada beberapa nama yang diusulkan seperti Alfa dan Omega, Unbreakable namun pada akhirnya setelah merumuskan begitu lama di cetuskan lah nama Sola Fide menjadi nama stambuk 2012. Adapun alasan nama Sola Fide berdasarkan pengalaman yang di alami selama SPMB dan PST. Pada masa itu Sola Fide benar benar diuji dan diterpa berbagai cobaan. Seperti dikeluarkannya salah satu calon mahasiswa dari asrama pada saat SPMB, dikeluarkannya dua orng mahasiswa pada saat PST dikarenakan dalam keadaan sakit. Namun dua orang cadangan masuk menggantikan mereka. Serta beberapa pengalaman yang menguji iman stambuk 2012 selama melaksanakan PST. Berdasarkan pengalaman diatas maka di pertimbangkan  Sola Fide mampu bertahan melewati PST hanya oleh karena iman.  Nama ini tidak hanya berlaku pada saat PST saja namun diharapkan mampu menjadi penguat anggota Sola Fide untuk berkuliah di STT HKBP.

Tepat di malam itu juga terpilih lah saudara [1]Samuel Mangasi Hutabarat menjadi ketua stambuk 2012 periode 2012-2013. Kepemimpinan beliau hanya bertahan hanya satu semester saja. Dan beliau digantikan oleh saudara [2]Calvin Yosep Ompusunggu sebagai ketua Stambuk periode semester genap tahun ajaran 2012-2013 dan juga mengemban tugas sebagai Sekretaris Cabang GMKI-PSS. Periode 2013-2015. Pada tahun pertama Sola Fide sudah kehilangan 4 orang anggotanya yakni Frans Boy Simaremare yang kini menjadi tentara, saudara David Hutahaean, abang kami Edward Sagala yang kini menjadi istri dosen di Papua (mantab bang) yang terakhir Yolilita Anastasya Barus, S.Th S.Kom yang berpindah kuliah ke STT Abdi Sabda karna alasan yang tidak bisa di jelaskan ditulisan  ini (rahasia co)

Pada tahun ajaran 2013/14 Sola Fide memasuki evaluasi pertama di tahun ini terpilihlah saudara [3]Tommy Jakobus Lubis sebagai ketua stambuk 2012. Beliau memikul beban yang sangat berat karena tidak hanya mempertanggung jawabkan stambuk dan anggotanya namun juga berjuang dan memberikan yang terbaik buat Sola Fide yang sedang menempuh tahap evaluasi. 

Walaupun Sola Fide berjuang dalam tahap ini namun kami tetap ingin berkarya dan melayani jemaat. Sehingga pada saat semester genap berjalan kami melakukan penjemaatan di gereja HKBP Gambir Baru Resort Kisaran Dua selama 3 hari di bawah bimbingan Pdt. Apeliften Sihombing, D.Th. kami di sambut baik oleh jemaat HKBP Gambir Baru dan kami bersyukur karena mampu hidup bersama jemaaat dan ini lah modal yang penting bagi kami ketika sudah menjadi pendeta kelak. 

Di tahap evaluasi ini semuanya tidak berjalan mulus dan tidak sesuai dengan harapan, pada saat evaluasi yang pertama ini 4 orang dari Sola Fide team harus meninggalkan kami karena mereka gagal dalam evaluasi. Mereka adalah Panahatan Uliando Sirait yang kini kuliah di STT Abdi  Sabda, Bilardo Silitonga yang kini Kuliah di Fakultas Teologi UKSW, Rame marintan sianturi juga berkuliah di UKSW namun di fakultas yang berbeda dan yang terakhir Togi Julius Simamora memilih untuk meneruskan usaha orang tua di Aek Kanopan. Sehingga tahun kedua jumlah Sola Fide sebanyak 77 orang. 

Dengan kurikulum yang baru Sola Fide team melaksanakan kuliah semester pendek untuk pertama kalinya yaitu mata kuliah studi lapangan dalam mata kuliah ini mahasiswa dituntut untuk menganalisa kehidupan jemaat di gereja di gereja tempat Sola Fide berjemaat (gereja masing masing coy) suatu tantangan yang baru bagi kami karena Sola Fide harus terjun ke lapangan lebih awal dari pada abang kakak kelas kami terdahulu. Di bulan itu juga terpilihlah 16 orang anggota Sola Fide mengikuti latihan kepemimipinan di bawah naungan ANCILA DOMINI dan mereka di namai dengan nama The Sixteen. Mereka di harapkan mampu menjadi pelopor kepemimpinan kepada orang lain dan juga diri sendiri. 

Pada tahun ketiga tahun ajaran 2014/2015 Sola Fide mengikuti perkuliahan di STT HKBP rasa khawatir akan evaluasi sudah berlalu dan Sola Fide patut mengucap suukur karena kelulusan kami walaupun ada beberapa teman diantara kami yang gagal namun kami percaya itu semua adalah rencana Tuhan. Di tahun ini juga terpilihlah saudara [4]Alef Milision Natanael Hutasoit sebagai ketua Stambuk 2012 meneruskan tongkat estafet kepempinan sebelumnya. Meskipun beliau tergolong muda diantara kami namun beliau mampu memimpin Sola Fide dengan baik. Beberapa program berjalan dengan baik sala satu nya adalah penjemaat yang kedua di HKBP Parsoburan di resort parsoburan di pimpin oleh saudara Gian Doras Tampubolon sebagai ketua panitia di bawah bimbingan Ibu Pdt. Jojor Silalahi, M.Th. Di tahun ini juga kami berbangga hati sebab salah satu dari anggota Sola Fide mengemban tugas menjadi bendahara umum Badan Koordinasi Mahasiswa (BKM) STT-HKBP periode 2015. Beliau adalah Derismauli Sormin dan beliau terpilih menjadi utusan STT HKBP dalam KNMTI di salatiga bersama abang kami Judika SM Simaremare. Pada awalnya kami mengira bahwa  anggota Sola Fide yang tersisa dapat melewati tahun ketiga ini bersama-sama. Namun itu tidak terwujud karena salah satu dari kami kembali ke pangkuan bapa di sorga di karenakan sakit. Beliau adalah alm Josua Silaban. Kami sangat terpukul dengan kejadian ini sebab kami tidak mengira kepergian teman kami ini (terlalu cepat dan tak di duga duga coyy). Dan di tahun ini Sola Fide berjumlah 76 orang lagi. 

Tahun berganti iman kami tetap di uji untuk berkuliah di STT HKBP  hingga pada akhirnya kami memasuki tahap evluasi yang kedua di tahun ajaran 2015/2016. Di tahun ini saudara [5]Dennis Janti Situmorang di percayakan sebagai ketua stambuk 2012 sama halnya dengan evaluasi yang pertama beliau harus mengemban tugas yang lebih berat demi kelulusan anggota Sola Fide melewati tahap evaluasi yang kedua. Di awal kepemipinan beliau 11 anggota Sola Fide harus menjalani hukuman skorsing selama satu semester, 2 orang menjalani hukuman selama satu tahun dan 1 diantaranya memilih untuk resign dan melanjutkn perkuliahan di fakultas teologi UKSW serta 1 orang harus Drop Out dan sekarang melanjutkan kuliah di Fakultas Teologi UKSW. Hal ini sangat membuat Sola Fide terpukul sebab ini adalah hukuman dengan anggota terbanyak selama kuliah di STT-HKBP J. Dengan alasan yang tidak bisa dijelaskan di tulisan ini (rahasia). Di tahun ini Sola Fide di percayakan untuk mengemban tugas sebagai ketua, sekretaris dan bendahara BKM-STT HKBP periode 2016-2017 serta beberapa anggota menjadi koordinatornya. Mereka adalah saudara Deris mauli Sormin (Ketua BKM Perempuan pertama), Maruli Galingging sebagai sekretaris dan Theresia tiodora Sitorus sebagai bendahara. Pada saat kepemimpinan mereka dua orang dari anggota Sola Fide Team mengikuti KNMTI di STT GKE mereka adalah Bryan Manullang (Kabid 1 BKM STT HKBP) dan Theresia T. Sitorus.

Di tahun ini juga kami patut berbahagia sebab 5 diantara kami memperoleh gelar M.Div mereka adalah Cpdt. Christian Nainggolan,M.Div, Cpdt. Reynold Hutabarat, M.Div, CPdt. Charles Pasaribu M.Div, CPdt. Etjen Lumbangaol, M.Div dan yang terakhir CPdt. Asima Rohana Gurning,M.Div. mereka sudah diwisuda pada tahun 2016. Di tahap evaluasi yang kedua ini kami juga bersyukur sebab kami mampu melewati bersama evaluasi ini dan melangkah bersama tahun kelima. 

Kini sampailah di akhri cerita di kisah Sola Fide STT-HKBP tahun 2016/2017. Tahun ini saya selaku penulis [6]Shandy S. Andreas Sihaloho terpilih sebagai ketua stambuk 2012. Di tahun ini dapat di katakan yang tidak terlalu berat bagi kami selama berkuliah di stt-hkbp. Kekompakan kami semakin di perkuat di kampus ini dan hasilnya adalah kami mampu menjadi juara umum kegiatan olahraga dan seni mahasiswa (korswa) STT HKBP ke 33 bersama dengan abang kami stambuk 2011 SOL Team. Di tahun juga kami harus melepaskan 54 anggota kami. Ini bukan sebuah kesedihan melainkan sebuah kebahagiaan bagi kami sebab mereka sudah menyelesaikan perkulihan di STT HKBP dengan baik memperoleh gelar sarjana teologi. Saudari tria rotua margareth sihombing adalah mahasiswa terbaik dari stambuk Sola Fide (selamat yaa).. 

Kini tinggallah 15 orang anggota Sola Fide yang masih bertahan (cowok semua yaa) di tahun ke 6. 12 di antaranya akan mengerjakan skripisi sebagai syarat memperolah gelar sarjana teologi. Kami berharap pada tanggal 8-10 agustus nanti, kami mampu melewati tahap seminar proposal skripsi. Diantaranya 5 (lima) orang di bidang Biblika, 6 (enam) orang di bidang pengajaran dan 1 (satu) orang di bidang Praktika. Jika berjalan dengan mulus kami akan menyelesaikan perkuliahan di bulan desember tahun 2017 ini. Buat 3 (tiga) orang teman kami, kami tetap berdoa agar kalian tetap semangat dan bisa menyusun skripsi tahun depan.

Demikianlah kisah kasih Stambuk 2012 Sola Fide team selama di STT HKBP. 

Happy Birthday yaaahhhhh….



[1] Ketua Stambuk Pertama di Solafide Team Periode 2012-2013
[2] Ketua Stambuk menggantikan Samuel Mangasi Hutabarat
[3] Ketua Stambuk Kedua di Solafide periode 2013-2014
[4] Ketua Stambuk Ketiga Periode 2014-2015
[5] Ketua Stambuk Keempat Periode 2015-2016
[6] Ketua Stambuk Kelima  Periode 2016-2017

Sabtu, 10 Juni 2017

Gereja dan Politik


"Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu (Yeremia 29:7)

Bolehkah gereja mencampuri urusan politik? Pemimpin Jerman, Adolf Hitler (1889-1945) pernah berkata kepada Pendeta Niemoller: “Saya mengurusi politik, Anda mengurusi agama. Saya tidak akan mencampuri urusan Anda, dan saya minta Anda tidak akan mencampuri urusan saya!” Meskipun Pendeta Niemoller tidak bersependapat, pada waktu itu, banyak orang Kristen (gereja) bersetuju dengan Hitler: gereja dilarang mencampuri urusan politik! Akibat kebijakan politik   Hitler, sekitar  enam juta orang Yahudi tewas dibantai   demi   ambisinya mendirikan Jerman Raya.
Menurut Pendeta Dr Eka Darmaputera, dalam buku Iman dalam Kehidupan, kalau pertanyaan yang sama diajukan kepada orang-orang Kristen (gereja) di Indonesia, sebagian besar dipastikan menjawab, gereja sebaiknya tidak boleh mencampuri politik. Namun, kenapa demikian? Apakah ada yang salah dengan politik?
Tidak bisa dipungkiri, istilah “politik” (politics)   sering dikonotasikan secara negatif: politik itu kotor; politik itu boleh menghalalkan segala cara; dan bidang politik sebaiknya tidak dimasuki oleh orang baik-baik, karena kalau tidak ikut  arus, cepat atau  lambat  akan  tersingkir.   Ya,    dalam sejarah politik, sejak mulai dikenal dari Yunani kuno, politik memang sering diwarnai kecurangan dan kekerasan. Kita lihat saja perjalanan politik Pakistan terkini. Tokoh kharismatis, ketua partai Pakistan Peoples Party, Benazir Bhutto, tewas mengenaskan pada 27 Desember 2007 (diduga dibunuh oleh lawan-lawan politiknya), sebelum dia sempat mengubah citra buruk politik negerinya. Dan bukankah peribahasa politik menyatakan, “Tidak ada kawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi?” Kita ingat pula, pernyataan klasik sejarawan Inggris, Lord Acton (1834-1902) yang sering dikutip: “Power tends to corrupt….” (Kekuasaan cenderung menyimpang). Maka, jangankan rakyat awam, kalangan tertentu yang seharusnya paham tentang politik pun menjadi ragu.   Pakar   politik,   Dr  Sutradara  Gintings, dalam suatu ceramah yang diadakan oleh Moderamen GBKP mengatakan, acap kali dia enggan berbicara tentang politik di hadapan kaum rohaniawan. Sebab politik sering dipahami dalam arti sempit, yakni suksesi. “Kalau bicara politik di hadapan mereka, saya sering berpikir, jangan-jangan nanti saya dicurigai untuk mendukung seseorang,” ujarnya.
Tentu saja, politik memiliki arti luas. Prof Miriam Budiardjo dalam buku Dasar-dasar Ilmu Politik menulis, “Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan dan melaksanakan tujuan-tujuan dari sistem itu.” Roger F Soltau dalam buku Introduction to Politics menulis, “Ilmu politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu; hubungan antara negara dan warga negaranya serta dengan negara-negara lain.” J Barents dalam Ilmu Politika menulis, “Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara… yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat; ilmu politik mempelajari negara itu melakukan tugas-tugasnya.”   
Jadi, politik pada hakikatnya menawarkan berbagai pilihan kebijakan untuk mengurus negara dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya. Bahwa terdapat banyak penyimpangan dalam pelaksanaannya, tidak bisa kita pungkiri, tapi yang jelas politik bertujuan agar pemerintahan suatu negara terselenggara dengan baik. Dengan definisi tersebut, maka warga gereja seharusnya tidak perlu merasa “tabu” berbicara tentang politik, atau mengatakan bahwa politik itu bukan urusan gereja dengan alasan dapat mencemarkan kekudusan gereja. Ketika tinggal di bumi, Yesus sendiri tidak menghindar dari kegiatan politik. Ia pernah ditanya oleh orang-orang Farisi dan Herodian tentang  pajak, “Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” (Matius 22:17). Apa tanggapan-Nya? “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Matius 22:21). Bukankah membayar pajak kepada negara merupakan bagian dari aktivitas politik?
   Kita bisa pula mengambil pengalaman Nabi Yeremia pada masa Perjanjian Lama tentang kegiatan politik. Allah berpesan melalui Yeremia agar disampaikan kepada orang-orang Israel yang tinggal di pengasingan: “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yeremia 29:7). Bukankah kegiatan politik begitu jelas terbaca dalam pernyataan itu?

Gereja harus turut bertanggung jawab terhadap kegiatan politik. Gereja tidak bisa berpangku tangan terhadap keputusan politik yang menindas rakyat. Sejarah mencatat, gereja berperan besar atas tumbangnya kediktatoran Marcos di Filipina (1986). Namun, dicatat pula, tewasnya jutaan orang di Jerman akibat membisunya gereja terhadap kebijakan penjahat perang Adolf Hitler.
Suksesi atau pemilihan kepemimpinan adalah salah satu bagian penting dari kegiatan politik. Sebagai warga negara, terlebih warga gereja, kita harus ikut bertanggung jawab untuk mensukseskannya. Ketiadaan pemimpin atau memilih pemimpin yang buruk akan membuat negeri di mana kita tinggal, (semakin) tidak sejahtera. Bukankah Allah meminta orang-orang Israel yang tinggal di pengasingan agar turut mengambil bagian dalam menyejahterakan negeri musuh (Babel) sekali pun? Adalah suatu keharusan kalau kita pun berdoa dan ikut ambil bagian dalam menyejahterakan negeri sendiri.
Patut kita perhatikan, biasanya sebelum pemilihan diadakan, sejumlah calon  akan mengunjungi rumah-rumah ibadah secara intensif. Menebar pesona. Membuat sejumlah janji. Tentu saja tidak ada yang salah dengan kegiatan-kegiatan itu. Semakin mereka mendekatkan diri kepada kita (calon konstituen), bukankah merupakan suatu kesempatan bagi kita untuk lebih jauh mengenal karakter mereka? Namun, pertanyaan kita adalah di antara calon-calon, siapakah yang kelak akan kita pilih? Sebagai warga yang takut akan Tuhan, tentu saja kita memilih calon pemimpin bukan karena diiming-imingi oleh uang (money politics) atau faktor lain (suku, agama, hubungan keluarga). Namun, ingatlah, ketika kita memilih pasangan calon setelah menerima sesuatu dan mengabaikan karakter kepemimpinan, maka kita turut membuat bangsa ini selalu kerdil dalam berpolitik.

Cinta, Seks, dan Pacaran Dalam Terang Kristen







I.        PENDAHULUAN
            Setiap manusia  dalam dirinya selalu ada perasaan atau keinginan untuk mencintai maupun untuk dicintai, serta keinginan untuk menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenisnya. Oleh karena itu cinta, seks dan pacaran tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Seks juga memegang peranan dalam perjalanan cinta manusia. Akan tetapi peranan seks bukanlah hal yang boleh dilakukan pada saat laki-laki dan perempuan masih dalam status pacaran. Seks hanya dapat dilakukan setelah laki-laki dan perempuan yang berpacaran melewati jenjang pernikahan.
            Lalu, bagaimana pandangan Alkitab sendiri mengenai cinta, seks, dan pacaran?. Alkitab sendiri menyaksikan bahwa manusia tidak dilarang untuk menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Seks juga berasal dari Allah yang diberikan kepada manusia dengan tanggung-jawab. Dan seks boleh dilakukan bagi mereka yang telah terikat suatu hubungan pernikahan.

II.     TERMINOLOGI
2.1  Cinta
Dalam bahasa Yunani, cinta dapat diartikan dengan berbagai macam yaitu storge, eros, phileo, dan agape. Akan tetapi cinta yang dibahas dalam tulisan ini adalah cinta eros yang artinya cinta terhadap lawan jenis. Dalam hal ini, eros tidak selalu bersifat kedagingan tetapi mencakup sebuah gagasan akan kerinduan untuk bersatu dan hasrat untuk memiliki seseorang yang dicintai.[1]Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan kata cinta dengan suka sekali, sayang benar, kasih terpikat (antara laki-laki dan perempuan), ingin sekali, berharap sekali, rindu, dan susah hati (khawatir).[2] Dalam bahasa Inggris cinta disebut dengan “love” dapat berarti rasa tertarik atau rasa sayang terhadap orang yang membangkitkan minat, ketertarikan yang sangat, yang hangat, rasa tertarik yang berdasar pada nafsu seks.[3]
Menurut John Powell cinta berarti bersedia melepaskan kesenangan kita, mengabdikan waktu kita dan bahkan ketenteraman kita demi peningkatan kepuasan, ketenteraman dan perkembangan orang lain. [4]

2.2  Seks
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia seks diartikan sebagai jenis kelamin, hal yang berhubungan dengan alat kelamin, seperti sanggama, berahi.[5] Dalam hal ini juga dijelaskan pengertian seksualitas dan seksual. Seksualitas artinya ciri, sifat, atau peranan seks, dorongan seks, kehidupan seks. Seksual artinya berkenaan dengan seks (jenis kelamin), berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.[6]

2.3  Pacaran
Pacaran berasal dari kata dasar pacar yang artinya punya teman lawan jenis yang tetap (kekasih) dan mempunyai hubungan berdasarkan  cinta kasih.[7] Menurut Gilbert dan Reinda Lumoindong, pacaran adalah persiapan menuju pernikahan (Amos 3:3) “Berjalankah dua orang bersama-sama jika mereka belum berjanji”?.[8]
Pengertian berikutnya tentang pacaran adalah suatu proses dimana laki-laki atau perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan di antara mereka berdua yang dapat dilanjutkan ke dalam perkawinan.[9] Agus M. Hardjana dalam bukunya yang berjudul “Kiat Berpacaran” mengartikan pacaran adalah suatu proses penyesuaian antara dua pribadi yang berbeda yang membutuhkan usaha keras untuk bisa sampai kearah sana (pernikahan).[10]

III. LANDASAN TEOLOGIS
3.1 Perjanjian Lama
Di dalam Perjanjian Lama, kisah percintaan Yakub dan Rahel dapat dijadikan sebagai landasan teologi cinta. Di dalam Perjanjian Lama cerita Yakub dan Rahel tertulis dalam Kej. 29:15-30. Di dalam Kej 29:15-30 diterangkan secara jelas bagaimana cintanya Yakub kepada Rahel sehingga rela melakukan apa saja demi mendapatkan Rahel.
Untuk mendapatkan Rahel, Yakub harus bekerja tujuh tahun pada Laban ayah Rahel. Yakub memenuhi persyaratan Laban dan akhirnya Yakub bekerja tujuh tahun lamanya tetapi karena cintanya kepada Rahel tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja. Namun, pada kenyataannya Yakub belum juga mendapatkan Rahel meskipun Yakub sudah bekerja tujuh tahun kepada Laban. Alasannya, karena di dalam tradisi tempat Laban tinggal tidak biasa mengawinkan adiknya terlebih dahulu baru kakaknya. Akhirnya Laban mengajukan persyaratan lagi kepada Yakub yaitu menggenapi tujuh hari perkawinannya dengan Lea dan Yakub harus bekerja tujuh tahun lagi pada Laban. Yakub akhirnya memenuhi persyaratan Laban lagi dan dia menggenapi tujuh hari perkawinannya dengan Lea sehingga akhirnya yakub mendapatkan Rahel dan bekerja tujuh tahun lagi pada Laban.
            Dari kisah ini maka Alkitab tidak pernah meniadakan cinta atau mengharamkan cinta. Cinta Yakub terhadap Rahel dapat dijadikan sebagai landasan teologis untuk cinta khususnya bagi muda/I Kristen yang berpacaran. Cerita Yakub dan Rahel hendak mengatakan bahwa di dalam cinta harus ada pengorbanan.
            Di Kej 1:27 dikatakan bahwa “Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, lai-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Dari ayat tersebut kelihatanlah bahwa ternyata seksualitas yang ada dalam diri manusia adalah dari Allah asalnya. Akan tetapi seksualitas manusia berbeda dari seksualitas makhluk-makhluk yang lain. Maksud (tujuan) seksualias manusia bukan saja untuk meneruskan jenisnya di dalam dunia seperti umumnya dilakukan oleh makhluk-makhluk lain. Fungsi seksualitas manusia lebih tinggi dan lebih suci.
            Di Kej 2:18 dituliskan pernyataan Allah yang mengatakan bahwa “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. Dari pernyataan Allah itu ternyata Allah tidak menginginkan manusia hidup seorang diri saja di dunia ini. Allah menginginkan umat-Nya agar dapat menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis. Jadi, hubungan antara laki-laki dan perempuan tidak pernah bertentangan dengan kehendak Allah. Allah tidak pernah melarang laki-laki dan perempuan mempunyai hubungan kasih (pacaran) bahkan Allah menyetujui sampai bersatu sampai pernikahan.
            3.2 Perjanjian Baru
            Di dalam PB cinta Yusuf dan Maria dapat dijadikan sebagai landasan teologi untuk cinta, seks, dan pacaran. Dari cerita Yusuf dan Maria yang tertulis di Mat 1:18-25 dapat diambil suatu makna bahwa ternyata cinta itu harus dapat menerima orang yang dicintai apa adanya, dengan segala kekurangannya. Cinta tidak pernah mempermalukan orang yang dicintai meskipun kesalahan yang diperbuat sudah begitu menyakitkan. Dengan kata lain, cinta harus memaafkan kesalahan orang yang dicintainya dan tidak pernah mempermalukan yang dicintainya.
            Dari cerita Yusuf dan Maria yang bertunangan juga digambarkan bahwa meskipun mereka sudah bertunangan mereka tidak pernah melakukan hubungan intim seperti layaknya suami-isteri. Hal ini terbuktinya dengan terkejutnya Maria sewaktu dikatakan bahwa dia mengandung begitu juga dengan Yusuf yang terkejut mendengar berita itu bawah Maria mengandung. Oleh karena itu, di dalam hubungan yang masih menjalani tahap pacaran dan bertunangan seksualitas tidak boleh memainkan peranannya. Tuhan tidak pernah menghendaki umat-Nya untuk menggunakan seksnya dengan sewenang-wenang dan tidak pada tempatnya. Setiap laki-laki dan perempuan yang berpacaran dan bertunangan harus dapat mengendalikan diri demi masa depan nantinya.

IV. CINTA, SEKS, DAN PACARAN DILIHAT DARI SUDUT PANDANG KE-KRISTEN-AN
4. 1 Cinta
            Di dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan yang berpacaran memang wajar kalau ada ketertarikan fisik. Tetapi cinta (kasih) lebih dari daya tarik fisik saja. Kasih melibatkan keseluruhan orangnya: tubuh, nyawa dan roh. Kasih  mencakup kepercayaan, persekutuan, kesabaran, pengorbanan diri, saling melayani. Kasih tidak mencari keuntungan atau kepuasan diri (1 Kor 13). Cinta kasih yang murni tetap mengikat dua kekasih, meskipun tubuh yang indah dan wajah yang tampan sudah menjadi kenangan masa lalu.[11]

4.2 Seks
            “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya…laki-laki perempuan diciptakan mereka…” (Kej. 1:27). Dari ayat ini berarti perbedaan jenis kelamin (seks) termasuk dalam rencana penciptaan Allah. Allah menyebut hasil ciptaan-Nya “baik”. Manusia harus menerima dengan senang tubuh serta seksualitasnya. Orang Kristen tidak perlu malu, menolak atau pura-pura tidak mempunyai dorongan seksual. Orang Kristen harus menerima seksualitasnya sebagai pemberian Bapa Surgawi. Tetapi dalam penggunaan seks ini dapat disalahgunakan. Allah memberikan seksualitas kepada manusia disertai tanggungjawab untuk mempergunakannya sesuai dengan kehendak-Nya, bukan dipakai sewenang-wenang. Mengagung-agungkan seks dan menomorsatukannya adalah sikap yang dikutuk Allah (Roma 1:24-27).[12]
            Hubungan seksual yang dikehendaki oleh Tuhan adalah hubungan seksual yang langsung (persetubuhan) dari suami istri karena hubungan itu suci. Tetapi manusia yang berdosa menyalahgunakannya untuk kepentingannya sendiri. Dan dengan itu manusia merendahkannya menjadi “alat pemuasan nafsu”[13]
            Dalam 1 Tim. 5:22 Paulus  berkata “jagalah kemurnian dirimu”. Nats ini perlu diterapkan dalam kehidupan kaum muda. Kaum muda yang perhatian utamanya hanya tertuju kepada seks dalam berkencan adalah orang yang  bingung, tidak dewasa, mungkin tidak yakin akan dirinya sendiri dan boleh jadi sakit secara emosi. Hubungan seks bukan dimaksudkan untuk menghasilkan cinta kasih, tetapi sebagai cara untuk menyatakan cinta yang telah ada cinta kasih antara suami istri. Percobaan hubungan seks tanpa cinta, nilainya murah dan menghancurkan suatu hubungan di antara pemuda dan pemudi.[14]
            Di dalam 1 Tes 4:7 dikatakan bahwa Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Ayat ini sangat penting dan berlaku bukan hanya bagi laki-laki dan perempuan yang masih belum diikat oleh pernikahan dan bagi mereka yang sudah menikah. Berikut ini pernyataan/pandangan Alkitab tentang seks:[15]
  1. Hubungan seks hanya diizinkan bagi yang sudah menikah serta diberkati Allah (Kej. 2:24, Kid. 2:7). Melalui pernikahan suami dan istri jadi satu daging menurut kehendak Allah. Kesenangan jasmaniah dan emosional dalam pernikahan yang setia telah ditetapkan dan Allah menghormatinya.
  2. Yang berhak untuk melakukan hubungan seksual hanya yang sudah menikah. Ajaran kontemporer yang mengatakan bahwa hubungan seksual di antara kaum  muda dan orang dewasa yang belum menikah tetapi sudah bertunangan dapat diterima. Hal ini benar-benar bertentangan dengan kekudusan Allah dan  norma-norma kekudusan. Allah secara tegas melarang setiap bentuk “hubungan seksual dengan” siapa saja yang bukan suami atau isteri yang sah (Im 18:6-30; 20:11,17).
  3. Orang percaya harus bisa menguasai diri dalam kaitannya dengan semua hal yang mengarah kepada perbuatan seksual pranikah. Alkitab menyebutkan penguasaan diri sebagai salah satu aspek buah roh (Gal.5:22-24).
4. 3 Pacaran
            Pacaran adalah suatu proses di mana seorang laki-laki atau seorang perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan di antara mereka berdua yang dapat dilanjutkan ke dalam jenjang pernikahan.
Tahap-tahap Pacaran. Ada 3 tahap pacaran yaitu:[16]
1.       Tahap Perkenalan
Sebelum menjalin hubungan yang disebut dengan pacaran, tahap perkenalan merupakan tahap di mana seorang laki-laki dan perempuan berusaha saling mengenal dengan mencari kesamaan persepsi, pandangan dan tujuan hidup, dan juga melihat hal-hal yang tidak sama di antara keduanya. Biasanya orang jatuh cinta karena ada kesamaan, bukan hanya karena perempuan itu cantik atau laki-laki itu tampan (ganteng).
2.      Tahap Penjajakan
Pada tahap ini akan menentukan apakah hubungan akan terus berlanjut atau sebaliknya akan berhenti. Tahap ini adalah tahap observasi dan pengenalan yang masih terus berlangsung, berusaha untuk mengenal kepribadiannya lebih dalam lagi. Dengan kata lain, tahap ini sering disebut dengan tahap uji cinta.
Walter Trobisch, seorang pendeta dari Kamerun menuliskan beberapa batu uji cinta. Menurut dia dalam melakukan tahap uji cinta, ada 3 hal yang dilakukan :
  • Ujian kesetiaan,
Amsal 19:22: Sifat yang diinginkan pada seseorang adalah kesetiaannya. Dalam pacaran, kesetiaan perlu diperhatikan. Orang yang tidak setia selama pacaran, biasanya juga orang yang tidak setia ketika sudah menikah.
  • Ujian pertengkaran
Setiap muda-mudi yang berpacaran selalu mengalami yang namanya pertengkaran baik itu karena beda pendapat, karena cemburu atau karena masalah lainnya. Setiap pertengkaran yang terjadi bertujuan untuk melihat apakah pasangan muda/i dapat menyelesaikan masalah tersebut atau sebaliknya lari dari masalah yang berakibat putusnya hubungan.
  • Ujian waktu,
Dalam ujian waktu dapat menentukan apakah kita benar-benar jatuh cinta pada si dia atau hanya terpikat kecantikan atau kegantengannya saja. Di dalam ujian waktu segala bentuk sentuhan fisik harus dihindari kalau tidak akan berakibat buruk atau fatal.
3.      Tahap Pengambilan Keputusan
Di dalam pengambilan keputusan untuk pacaran harus benar-benar melalui tahap penjajakan di atas dengan baik. Pengambilan keputusan haruslah menyerahkannya kepada Tuhan. Dalam hal mengambil keputusan faktor yang terpenting bukan “aku” tetapi Tuhan. Setelah benar-benar pacaran, Tuhan juga harus senantiasa dilibatkan dalam pacaran.

V. TUJUAN PACARAN
Pacaran adalah usaha untuk memadukan dua pribadi yang berbeda dengan tujuan agar terjadi saling kesesuaian, keterpaduan hati, pikiran, kehendak, cita-cita, perilaku, kerja, dan keseluruhan hidup. Dengan modal saling sesuai dan cocok itu, pasangan pacar dapat saling memahami, menerima, mendukung, dan membantu dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan bersama, serata mengatasi kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah yang dijumpai.[17] Dalam berpacaran, dua manusia saling memberikan kepenuhan pribadinya satu terhadap yang lain atas dasar cinta kasih. Cinta menjadi dasar hubungan dalam pacaran dalam lingkup usaha untuk memberi dan tidak hanya menerima (tampak pengorbanan).

VI. MEMELIHARA HUBUNGAN DENGAN PACAR[18]
Demi kebaikan pasangan pacar dan proses perjalanan menuju ke jenjang perkawinan, selama berpacaran pasangan pacar sebaiknya menjaga hal-hal sebagai berikut:
  1. Pasangan pacar bertindak bijak dengan tidak melakukan hal-hal yang membawa dampak panjang yang belum siap, yaitu berbuat seolah-olah sudah menjadi suami-istri. Perbuatan seperti itu belum tentu merupakan ungkapan cinta, melainkan sekedar pelampiasan nafsu seks, terbakar oleh panasnya dorongan naluri, sekedar memenuhi keingintahuan atau iseng belaka. Terutama dari pihak pacar perempuan, tindakan itu dilakukan dengan harapan bahwa pacar laki-laki mau menjadikannya isteri. Terbius oleh harapan sepihak itu, pacar perempuan merelakan diri dengan dalih untuk membuktikan cintanya. Entah siapa yang memanfaatkan, dimanfaatkan, atau saling memanfaatkan. Perbuatan itu dapat membawa derita panjang karena perbuatan itu dilakukan tanpa ikatan apa-apa kecuali ikatan pribadi yang hanya diketahui secara pribadi dan tidak resmi. Karena belum ada ikatan formal, hubungan pacar dapat putus entah oleh satu atau kedua belah pihak. Jika pemutusan itu terjadi, terutama pihak perempuan akan merasa dirugikan. Maka, dalam  masa pacaran sebaiknya pasangan pacar dapat menjaga diri.
  2. Pasangan pacar sebaiknya tidak terlalu sibuk dan tenggelam dalam urusan-urusan rasa dan ungkapan cinta saja. Selama pacaran, pasangan pacar sebaiknya membicarakana masa depan secara sungguh-sungguh, misalnya perumahan, pengaturan ekonomi, keuangan dan seluk beluk keluarga, pengarahan dan pendidikan anak, peningkatan dan pengembangan diri, cara yang diambil jika kelak terjadi ketegangan dan konflik, hubungan dengan keluarga masing-masing serta sanak saudara. Membahas bersama hal seperti diatas merupakan antisipasi yang baik untuk menempuh hidup keluarga. Jika pada kenyatannya masalah-masalah muncul dari hal-hal itu, pasangan pacar yang sudah menjadi suami-isteri sudah siap.
  3.  Pada dasarnya muda/i yang berpacaran selalu menganggap dunia ini serasa milik berdua. Meskipun demikian selama pacaran pasangan pacar perlu menjaga perilaku agar tidak mengganggu masyarakat. Harus ada penyesuaian perilaku dengan tempat dan waktu. Jangan misalnya, pasangan pacar saling bertindak tidak pada tempatnya dan melampaui batas. Pasangan pacar juga harus  menjaga perasaan masyarakat di mana mereka berada.
  4. Selama pacaran pasangan pacar sebaiknya terus berusaha saling mengenal pribadi masing-masing. Jika ada sifat-sifat pada salah satu pihak yang dalam keluarga nantinya dapat mengganggu, sebaiknya dibicarakan. Jangan pernah berandai-andai sifat-sifat itu akan hilang. Ini sikap menipu diri. Sifat-sifat buruk yang sudah terbina bertahun-tahun tidak mungkin hilang dalam sekejap bahkan di dalam keluarga yang penuh cinta sekalipun.
  5. Selama berpacaran, pasangan pacar sebaiknya tetap menjaga dan memelihara hubungan dengan teman, sahabat, dan orang-orang dekat lainnya seperti saudara dan sanak saudara. Jangan sampai bersikap mentang-mentang sudah mempunyai pacar, lalu  setiap detik, menit, jam, hari, atau setiap saat selalu berdua saja dengan pacar, tidak pernah berkumpul dan berinteraksi dengan orang lain. Berpacaran itu mengandung banyak masalah dan bisa saja putus. Jika selama berpacaran tidak pernah berhubungan, berkumpul, dan berinteraksi dengan teman-teman, sahabat-sahabat, dan orang-orang dekat lainnya, maka pada waktu menjumpai masalah dalam berpacaran, orang yang berpacaran itu tidak mempunyai orang lain untuk berbagi atau membantu memecahkan masalah.

VII. PRINSIP DASAR TENTANG CINTA, SEKS, DAN PACARAN
      Berikut ini beberapa prinsip dasar tentang cinta, seks dan pacaran:[19]
  1. Seks adalah ciptaan Tuhan, suatu ide dari Tuhan, jadi sesuatu yang baik dan murni. Tuhan merencanakan dan menganugerahkan manusia dengan dorongan-dorongan yang merupakan daya tarik alamiah terhadap manusia dari kelamin lain.
  2. Karena Tuhan menciptakan dorongan-dorongan seks dalam diri manusia, maka seharusnyalah manusia memperlakukan dorongan-dorongan itu dengan tujuan penciptaan Allah sendiri. Sama halnya juga dengan hal-hal baik lainnya yang dapat disalahgunakan secara berlebih-lebihan sehingga akhirnya menjadi dosa. Apabila Tuhan melarang seorang pemuda membina hubungan yang sangat intim dengan seorang pemudi sebelum perkawinan, hal ini bukan berarti bahwa Tuhan tidak menghendaki manusia merasa senang. Justru, Tuhan telah memberikan manusia petunjuk sehingga manusia dapat memperlakukan anugerah itu sesuai tujuan penciptaan-Nya tanpa menghilangkan kebahagiaan manusia.
  3. Berciuman, berpelukan dan bermesraan diciptakan oleh Allah sebagai langkah-langkah yang dengan sendirinya menuju ke arah keintiman. Karena itulah perasaan kecewa akan dialami oleh kedua belah pihak apabila langkah-langkah tersebut (ciuman, pelukan, dan sebagainya itu) terhenti sebelum mencapai keintiman. Karena memang semua ini diciptakan oleh Allah sebagai permulaan ke arah persetubuhan.
  4. Dari hasil persetubuhan akan dapat menghasilkan anak. Itulah sebabnya keintiman semacam ini hanya dapat dibenarkan di dalam suatu perkawinan di mana kedua muda-mudi telah berjanji untuk sehidup-semati hingga dapat bersama-sama bertanggung jawab pada anak-anak sebagai hasil keintiman.
  5. Suatu perhubungan intim di luar perkawinan mengakibatkan perasaan bersalah dan kecewa. Di luar perkawinan perhubungan cinta tidak wajar dan harus sembunyi-sembunyi, diliputi suasana ketakutan jangan sampai perbuatan itu diketahui oleh orang lain. Bagi si gadis berkecamuk perasaan tidak aman kalau-kalau jadi hamil dan tidak ada pertanggungjawaban dari si pria. Dengan demikian, perasaan bersalah ketakutan dan perasaan tidak aman hampir-hampir merusak seluruh keindahan seks di luar perkawinan.

VIII. MOTIVASI PACARAN
Sebenarnya apa sich motivasi berpacaran? Kebutuhan atau gengsi?
  1. Pacaran hanya untuk bergaul yang dipengaruhi oleh lingkungan, teman.
  2. Pacaran yang dipengaruhi karena menonton sinetron, baca majalah atau novel yang membuat kita terhanyut untuk berpacaran.
  3. Pacaran hanya karena kasihan.
  4. Pacaran karena pengaruh ekonomi, ada sebutan cowok/cewek matrek.
  5. Pacaran karena merasa suatu kebutuhan akan masa depan.
  6. Pacaran karena adanya cinta sejati yang timbul dalam hati.
So, coba tanya kepacar kamu sekarang, dia mau jalan bareng karena merasa itu demi gengsi atau sebab memang butuh?

IX. PACARAN MENUJU TEMAN HIDUP
Berpacaran hendaknya berorientasi kepada masa depan. Pacaran adalah tahap yang ingin ditempuh untuk saling mengenal lebih dalam dan jenjang persiapan menuju teman hidup. Memilih teman hidup adalah tugas yang sulit karena harus melalui banyak pertimbangan untuk tercapainya kesesuaian.
Memilih teman hidup yang dengan pemikiran dan pertimbangan yang bijaksana berarti pilihan harus benar-benar melalui proses pertimbangan bukan berdasarkan cinta yang berorientasi pada nafsu atau pandangan fisik/jasmani. Cinta karena nafsu merupakan cinta yang tidak benar kerena lebih memperhatikan keadaan luar atau fisik, maka cinta yang seperti ini akan cepat berubah dan menimbulkan kebosanan. Maka bedakanlah :
 “aku mencintaimu karena aku membutuhkanmu”
 “aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu”

X. HAL-HAL YANG BISA DAN YANG TIDAK BISA DILAKUKAN DALAM BERPACARAN
Perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma kesopanan dan kesusilaan dilarang keras dalam berpacaran. Untuk itu, mengenai apa yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan dalam berpacaran akan dibagi dalam 3 zona, yaitu :
  1. Zona putih
Berjalan bersama, berpegangan tangan, saling bertatapan, belajar bersama, dan segala sesuatu yang berada dalam sikap yang wajar dan yang positif.
  1. Zona abu-abu
Cium pipi, kening. Hal ini dimasukkan ke dalam daerah abu-abu adalah karena cium pipi atau kening dapat mengakibatkan dosa apabila disertai dengan nafsu, dan tidak akan mengakibatkan dosa apabila tidak disertai nafsu/ keinginan daging.
  1. Zona hitam
Berciuman bibir yang melanjut pada perlakuan yang dimaksudkan dalam hubungan suami-istri. Tertarik pada seseorang secara fisik adalah kewajaran. Tetapi yang pasti adalah bahwa kasih jauh lebih dari daya tarik fisik. Kasih yang dimaksud mencakup kepercayaan, pesekutuan, kesabaran, pengorbanan diri, dan tidak mencari keuntungan sendiri. Cinta kasih yang murnilah yang mengikat dua kekasih dalam terang Kristus.
Sebagai pemuda dan pemudi Kristen, yakinlah bahwa Allah menyediakan yang terbaik bagi anak-anakNya, tetapi manusia sering ingin lebih tahu mengenai siapa yang akan menjadi teman hidupnya kelak. Oleh karena itu, serahkanlah masa depanmu kepada Tuhan karena jika kita telah berdoa maka Allah akan memberi dan menjawab doa kita.
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Dia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)

Sebuah Ilustrasi CINTA = BUS
            Sebuah bus datang, dan kamu bilang “wah….bus ini terlalu penuh, gak bisa duduk nih! Aku nunggu bus berikutnya saja”. Kemudian bus berikutnya pun datang. Kamu melihatnya dan berkata, “aduh……busnya sudah tampak tua dan jelek begini….gak mau ah….”. bus selanjutnya datang, tetapi dia seakan-akan tidak melihatmu dan melawatimu saja. Bus keempat berhenti di depan kamu. Bus itu kosong, kondisinya masih bagus, tapi kamu bilang, “nggak ada AC nih, aku bisa kepanasan”, maka kamu membiarkan busnya pergi. Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi kuliah. Ketika bus kelima datang, kamu langsung saja melompat masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar bahwa kamu salah menaiki bus. Karena bus tersebut jurusannya bukan menuju kampusmu!!!!!!   
Begitu halnya dengan mencari pasangan. Jangan sampai pasangan yang kamu pilih karena telah dipaksa oleh umur yang semakin tua  bukan karena cinta.




  Salah memilih Tuhan akan binasa selama-lamanya
Salah memilih teman hidup, menderita seumur hidup.
Inilah dua hal terpenting dalam kehidupan kita



Selamat mencari bersama dengan Tuhan


[1] Samuel W, Pasti Ada Apa-apa dengan Cinta dan Pacaran, (Yogyakarta: PBMR Andi), 2004, hlm.8
[2] Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka), 2005, hlm. 214-215
[3] E. Tzer Wong, Jatuh Cinta, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka), 1987, hlm. 92
[4] John Powell, Rahasia cinta Lestari, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka), 1995, hlm 33-34
[5] Kamus Pusat Bahasa, Op.cit, hlm 1014
[6] Ibid, hlm. 1015
[7] Ibid, hlm. 807
[8] Gilbert & Reinda Lumoindong, Buku Pintar Konseling Pacaran, (PT Betlehem Publisher), 2003, hlm.99
[9] Redaksi PAK-PGI, Suluh Siswa, (Jakarta: Gunung Mulia), 2002, hlm. 17
[10] Agus M. Hardjana, Kiat Berpacaran, (Yogyakarta: Kanisius), 2002, hlm. 88
[11] Lea Santoso & Jimmy Kuswadi, Memulai Hidup Baru, (Jakarta: Perkantas-Divisi Literatur), 2003, hlm. 66
[12] Ibid, hlm. 65
[13] J. L. Ch. Abineno, Seksualitas dan Pendidikan Seksual, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2002, hlm 7
[14] Herbert J. Miles, Sebelum Menikah Fahamilah dulu Seks, (Jakarta: Gunung Mulia), 2000, hlm. 53-54
[15] Samuel W, Op.cit, hlm.. 63-64
[16] Ibid, hlm 30-36
[17] Agus M. Hardjana, Op. cit, hlm. 42
[18] Ibid, hlm. 37-41
[19] Ron Thurman, Pacaran dan Perkawinan, (Malang: Gandum Mas), 1997, hlm. 6-9