Sabtu, 23 Juli 2016

HKBP Memerlukan Ephorus yang Pastoral

Pdt Dr Robinson Butarbutar & Pdt Dr Darwin Lumbantobing & Pdt David Sibuea MMin
HKBP merupakan gereja terbesar di Indonesia, bahkan di Asia. Jemaatnya bukan hanya di Tanah Batak saja, tetapi menyebar ke seluruh penjuru Nusantara. Gerejanya juga memiliki beberapa cabang luar negeri yang berdiri atas permintaan jemaat bermukim di sana.

Walau menyandang nama Batak, yang menjadi anggota jemaatnya terbuka terhadap suku-suku lain. Harus diakui etnis Batak Toba sangat mendominasi. Mungkin itu sebabnya HKBP terkenal sangat dinamis. Sejarah mencatat pernah terjadi konflik akibat dualisme kepemimpinan.

Konsekwensi gereja besar dengan berbagai dinamika dan potensi konflik yang tinggi, membuat tidak mudah menjadi seorang pemimpin di HKBP. Berbagai persoalan masih kerap muncul, antara lain konflik akibat pemutasian pendeta. Beberapa putusan pimpinan untuk memutasi pendeta mendapat perlawanan.

Ini masalah serius, sebab menyangkut wibawa pimpinan. Meski akhirnya ada yang bisa diselesaikan, tetap menyisakan pertanyaan. Mengapa masalah serupa selalu terulang? Sebab bukan hanya periode ini saja. Apakah ada kaitannya dengan gaya kepemimpinan?

Dalam usia yang 155 tahun, HKBP dalam enam bulan mendatang akan menggelar sinode godang. Salah satu agenda utamanya adalah memilih pimpinan HKBP. Dalam aturan ada lima pimpinan, yakni ephorus, sekretaris jenderal, kepala departemen koinonia, kepala departemen marturia dan kepala departemen diakonia.

Meski tidak menganut sistem papal, seperti gereja Roma Katolik, yang menjadikan Paus sebagai pemimpin tertinggi, arah pelayanan dan pengembangan organisasi HKBP ternyata sangat dipengaruhi gaya kepemimpinan ephorusnya. Posisinya sebagai 'Ompu i' berperan menentukan ke mana HKBP mau dibawa. Lalu pemimpin yang bagaimana dibutuhkan HKBP di abad 21 ini?

PERUBAHAN TAK TERELAKKAN
Mengikuti perkembangan zaman, jemaat HKBP juga berubah. Sekarang zamannya generasi Y, yang sangat akrab dengan internet, gadget (gawai) dan lebih mandiri. Tentu ini perlu mendapat penanganan khusus. Jumlahnya juga sangat signifikan. Salah urus, mereka bisa lari ke gereja lain yang dianggap sesuai dengan kebutuhannya.

Kondisi jemaat sangat beragam, baik yang di pedesaan maupun perkotaan. Tekanan ekonomi akibat krisis global, ikut memengaruhi kepedulian jemaat terhadap gereja. HKBP harus mampu menjawab persoalan jemaat secara holistik. Bukan hanya hal yang berbau rohani saja, tetapi masalah keseharian jemaat, termasuk soal ekonomi, keluarga dan lain-lain.

Tingkat pendidikan juga semakin tinggi. Sudah banyak anggota jemaat yang sudah sarjana bahkan master dan doktor. Tentu saja makin tinggi tingkat pendidikannya, maka tuntutannya semakin tinggi pula. HKBP mesti mempersiapkan pelayannya bisa menyesuaikan diri dengan dinamika ini.

Terus terang, kerap terdengar keluhan terhadap kualitas pelayanan pendeta HKBP. Bukan hanya mutu khotbah, tetapi pelayanannya secara holistik. Bagaimana menjangkau, melayani dan menggembalakan jemaat sehingga imannya bisa bertumbuh. Kehadiran gereja nyata dalam kehidupan jemaatnya.

EPHORUS YANG PASTORAL
Melihat berbagai kondisi jemaat dan pendeta serta pelayan HKBP saat ini, maka gaya kepemimpinan yang pastoral sangat tepat. Bagaimana rupanya ephorus yang pastoral? Mengapa dianggap relevan dan menjawab berbagai persoalan HKBP.

Berikut ciri ephorus yang pastoral.
Pertama, tidak mengedepankan pendekatan kekuasaan maupun keuangan (duniawi). Dengan keimanannya dia perlu terlepas dari belenggu duniawi dan terus menerus mendekat pada aspek kesucian. Sehingga dia dapat dengan luwes menjadikan semua pelayan, termasuk pendeta yang menjadi bawahannya sebagai mitra pelayan Tuhan yang sejajar.

Dalam kebijakan mutasi, pendekatan SK (Surat Keputusan) tidak akan dilakukan seorang ephorus yang pastoral. Ia akan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait dengan yang dipindah dan akan menggantikan. Pendekatan personal akan ditempuh sebelum SK mutasi diterbitkan.

Kedua, ephorus yang pastoral tidak akan bersifat menghakimi. Dia tidak akan mengambil kebijakan hanya berdasarkan informasi sepihak. Sikap Tuhan Yesus yang tak mau menghakimi menjadi teladan. Semua dirangkulnya dan perbedaan diretasnya dengan kasih.

Ketiga, ephorus yang pastoral menghargai semua potensi yang ada sebagai anugerah Tuhan. Dia tidak akan mengabaikan kemampuan pelayan dan jemaat. Semaksimal mungkin, penempatan personil akan disesuaikan dengan minat, bakat dan talentanya. Bukan berdasarkan kedekatan atau suka tak suka.

Jadi ephorus yang pastoral tidak harus seorang yang jenius, tetapi yang memberdayakan semua potensi yang ada. Dia akan menggembalakan, mengayomi dan tidak akan menggurui. Lalu, siapakah dari nama calon yang muncul yang paling mendekati kriteria ephorus yang pastoral?

Pada perayaan Paskah kemarin, dunia terkesan dengan kerendahan hati Paus mencuci kaki imigran dari agama yang berbeda, bahkan termasuk kaki kaum wanita sekalipun. Hatinya yang tak membeda-bedakan dan melayani semua orang sangat mengesankan. Dia lebih terdorong menonjolkan Gereja pada aspek lembaga pelayanan, bukan politik, apalagi sebagai ajang politik uang.

Saat ini nama-nama yang diunggulkan menjadi ephorus sudah beredar. Ada tiga nama yang disebut-sebut paling berpeluang menang. Apalagi sistem pemilihan kali ini berbeda dari periode sebelumnya. Sekarang nama-nama calon akan resmi dimunculkan di sinode, tak lagi sistem nominasi secara berjenjang dari bawah.

Kandidat pertama, Pdt Dr Robinson Butarbutar yang sekarang menjabat Ketua Sekolah Pendeta HKBP. Kedua, Pdt Dr Darwin Lumbantobing, Ketua Rapat Pendeta (KRP) HKBP. Ketiga, Pdt David Sibuea MMin, yang menjabat Praeses Distrik HKBP Kepulauan Riau.

Lalu kandidat sekretaris jenderal (Sekjen) yang muncul antara lain Praeses Sibolga Pdt Martunas Manullang MTh, Dosen STT HKBP Pdt Dr Martongo Sitinjak, Kalitbang HKBP Pdt Daniel Harahap MTh, Pendeta Resort Jambi Pdt Dr Fridz Sihombing dan Pendeta Resort Tanjungsari Medan Pdt Maulinus Siregar STh. Di luar ini masih ada nama-nama lain yang berminat menjadi kepala departemen yang juga unsur pimpinan.

Kita berharap siapapun yang menjadi ephorus bisa menggunakan gaya kepemimpinan pastoral. Sinodistan dan jemaat diharapkan berdoa agar yang terpilih orang yang cakap menggembalakan dan bersifat pastoral dalam pelayanannya.

HKBP ke depan harus lebih baik dari sebelumnya. Jemaatnya terlayani dengan baik dan pendetanya nyaman dalam melayani. Selamat memilih Ephorus yang pastoral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar