Kamis, 08 September 2016

Pneumatologi



I.          Pendahuluan
Pada dasarnya kata roh sering sekali digunakan dalam gereja dan bahkan kata ini terpelihara hingga saat ini dalam gereja. Kata roh sebagai Pernyataan istilah ke Tritunggalan Allah yang menjelaskan tentang keilahian dari ketiga pribadi dalam Allah Tritunggal. Pada dasarnya pemahaman manusia tentang roh berangkat dari ungkapan Yesus Sendiri yang mengatakan bahwa roh Allah akan turun untuk membantu manusia dalam melakukan segala pekerjaannya. Penyataan diri Yesus Kristus akan ada dalam diri roh sehingga akan tinggal di dalam batin manusia itu dan akan menuntun manusia itu untuk menjalankan kehidupannya.
Pada umumnya Alkitab dan gereja mengakui hal ini, yaitu bahwa Roh Kudus (Pneumatologi) otoritas ilahi. Keilahian Roh Kudus (Pneumatologi) secara umum diterima oleh gereja, dan keilahian Roh Kudus tidak terlalu diperdebatkan. Tetapi, sekitar abad ke-4 muncul beberapa pembahasan mengenai Roh Kudus (Pneumatologi) yang diinspirasikan dari pendapat beberapa uskup yang akhirnya dibawa ke dalam konsili-konsili yang terjadi pada saat itu. Bahkan pemahaman ini telah mengganggu konsep Allah dan pemahaman manusia tentang Allah yang Tunggal. Bahkan Hingga saat ini pun, pemahaman akan Roh Kudus ini selalu tetap dibicarakan dan diperdebatkan oleh para teolog dan juga pertanyaan-pertanyaan dari luar gereja yang pada hakekatnya mereka ingin mengetahui konsep ketritunggalan Allah itu sendiri. Oleh karena itu, dalam sajian ini, kelompok akan membahas tentang Roh Kudus (Pneumatologi) serta fungsi atau peranan Roh Kudus, Proses menerima Roh Kudus dan awal pemahaman Roh Kudus yang dimulai dari Perjanjian Lama, Kekristenan dan hingga penggunaannya sampai saat ini. Pembuatan makalah ini dimulai dengan penelitian literer dari beberapa buku dogmatika, yang pada akhirnya nanti dapat membentu kita untuk memahami apa sebenarnya Roh Kudus itu, mengapa gereja mengajarkan hal itu dan bagaimana seseorang yang menerimanya.

II.       ISI
2.1.Etimologi
Dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru Kata Roh Di kenal ke dalam dua Istilah yang mempunyai arti yang sama Yaitu Ruach dan Pneuma. Pertama, kedua kata ini berarti gerakan udara yang disebabkan oleh nafas. Karena itu, ruach dan pneuma dapat diterjemahkan dengan nafas. Atau dengan arti kiasan nyawa dan semangat (yang artinya sama dengan prinsip atau kodrat yang memberikan kehidupan kepada tubuh). Kedua, kata ruach dan pneuma berarti gerakan udara yang disebabkan oleh angin. Karena itu kedua kata itu dapat diterjemahkan dengan angin: angin sepoi-sepoi, angin kencang, angin ribut, badai, topan, dan lain-lain.[1] Roh dapat juga diterjemahkan sebagai istilah yang umumnya digunakan untuk orang yang luar biasa (biasanya tak kelihatan). Roh juga disamakan dengan nafas atau angin yang tak kelihatan, mengandung kekuatan dan pemberi hidup, dan kesadaran.[2]
Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani pneuma mempunyai arti luas. Roh itu datang dalam api dan penghukuman (Mat.3:11), roh datang atas murid-murid pada hari Pentakosta menyerupai api (Kis.2:3), tetapi kedengaran seperti angin. Dalam gabungan dengan kata sifat Kudus (Roh Kudus), yang dimaksud adalah Roh Allah.[3] Dalam hai ini ingin memaparkan bahwa pada mulanya kata Roh hanya berdiri saja, tetapi Alkitab mengembangkannya dengan menambahkan kata sifat Kudus, dan oleh sebab itulah sampai saat ini dalam Alkitab dikenal dengan Istilah Roh Kudus.
Dalam arti harafiah, kata Yunani pneuma berarti hembusan atau angin. Hembusan pernafasan manusia,  hidup manusia, berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah bila manusia menghembuskan nafasnya terakhir.  Tetapi Allah dapat mengembalikannya kepada manusia, untuk keselamatan manusia.[4] Roh orang beriman didiami oleh Roh Allah yang bersatu dengan manusia, agar ia mampu menyatakan doa sebagai putra Allah, agar ia bersatu dengan Tuhan sedemikian rupa sehingga menyatu menjadi roh.  Dengan demikian manusia sungguh-sungguh diperbaharui hidupnya. [5] Perjanjian Baru bicara tentang kegiatan Roh Allah dalam segi karismatik, peralihan, yang menjadi ciri khas PL. Roh datang kepada manusia, mengangkatnya, dan menjadikannya mampu menjalankan tindakan-tindakan luar biasa: untuk bicara sebagai nabi, untuk melakukan hal-hal ajaib. Maka kadang-kadang dikatakan bahwa orang-orang tertentu dipenuhi oleh Roh Kudus, dan disebut pula kebijaksanaan orang-orang rohani dan karisma-karisma yang dikaruniakan oleh Roh.[6]
Roh Kudus dalam Perjanjian Baru sulit untuk dibedakan, karena pada Injil-Injil Sinoptik dan kisah para rasul serta surat-surat Paulus sering sekali mengambarkannya dengan pneuma agion  dan dengan kata pneuma saja. Di dalam surat Matius dan Lukas mereka ini menggunakan kata to pneuma agion yang pada dasarnya menunjuk kepada diri Yesus Kristus (Mat 1:18-20, Lk. 1:35) seperti terang dari pneuma (roh). Meskipun kata pneuma lebih penting peranannya dalam cerita pembabtisan (Mat 3:11) dan menurut Injil Sinoptik yang tua, konsep dari Mesias adalah dibabtis en pneuma agion (di dalam roh Kudus) Bd Kis 1:5 dan yang diberikan pada hari pentakosta. Pada waktu pembabtisanlah Yesus Kristus dipenuhi dengan Roh kudus ( Mat 3:13). Seperti cerita Noah setelah Air bah yang memulai zaman Baru (Gn 8:8) dan demikian juga lah indikasi dari sebuah zaman baru yang muncul setelah pembabtisan Yesus dengan Air (Bd. 1 Pet. 3:19). Secara langsung Roh Allah akan dinyatakan di dalam diri Yesus Kristus, Allah akan menjadi Roh dan diterima melalui Yesus Kristus (Jn. 20:22, Kis. 2:1) serta akan datang berupa Roh dalam hari Pentakosta, seperti yang dijanjikan Yesus, bahwa dia akan datang dalam wujud yang lain yaitu Roh.[7]
Dalam Matius 12:32 dikatakan, barang siapa yang menghujat Roh Kudus dosanya tidak akan bisa diampuni di dunia ini dan di dunia yang akan datang. Untuk kepentingan manusia itu Tuhan menyatakan diri-Nya dalam beberapa bentuk. Roh Kudus yang datang pada waktu pentakosta adalah manifestasi dari diri Yesus sendiri, tetapi kekuatan dan tujuannya sama yaitu untuk menyelamatkan manusia itu dari dosa. Sehingga pada hari pentakosta akan disebutkan dalam babtisan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dalam Injil kata pneuma agion sama dengan Ruakh khadosy dalam Perjanjian lama, yang nantinya digunakan pada hari pentakosta, meskipun Yesus sendiri sering sekali berbicara tentang Roh itu.
Kemudian lama kelamaan kata Roh dalam dunia Kristen berkembang dan dikenal dengan Istilah Pneumatology. Kata pneumatology berasal dari bahasa Yunani Yaitu Pneuma yang artinya adalah roh. Teology lebih mengenalnya dengan nama “Roh Kudus”. Roh kudus ini biasanya sangat meng-wahyukan diri Allah, menumbuhkan iman, mendorong doa, tinggal dalam gereja menganungrahi umat dengan berbagai macam anugrah dan berkarya membawa segala sesuatu kepada pemenuhan Kristus (Roma. 8:1-27; 1 kor. 2:10-16 dll.). Seringkali roh kudus tidak dipelajari secara sendiri, melainkan sering dikaitkan dengan ajaran kristen tentang Tritunggal, gereja, rahmat dan sakramen. St Basilius Agung mangatakan bahwa roh akan diam-diam datang kepada manusia untuk menegaskan bagaimana sebenarnya rupa Allah. Roh kudus akan selalu hadir dimana-mana, tapi tidak pada suatu tempat yang khusus, dalam artian bahwa roh kudus dapat ditemukan dimanamana dalam bidang teology , tidak terbatas pada bidang-bidang tertentu.[8]
 Ungkapan tentang Roh kemungkinan adalah berangkat dari pengetahuan orang Kristen tentang Allah Yang memberikan anaknya kepada manusia melalui Roh sebagai missi yang historis.  Dia akan menjadi pencipta segala sesuatu yang ada di bumi yang menggantikan peran pekerjaan Allah sebelumnya. Jadi pneumatology adalah  roh yang konsisten tinggal di dalam diri manusia dengan tujuan memberikan keselamatan kepada manusia. Roh ini tidak akan pernah diam atau tidak mau tahu dengan kehidupan manusia, tetapi Roh ini akan ikut campur terhadap segala sesuatu tindakan manusia secara batiniah dan rohaniah. Roh ini akan kenciptakan manusia kedalam situasi kehidupan yang baru yang dekat dengan rencana keselamatan Allah.[9]

2.2.Pemahaman tentang Pneumatologi
2.2.1.       Perjanjian Lama
Definisi kata Roh dalam Perjanjian Lama berasal dari kata Ibrani ruach. Roh mempunyai beberapa arti, yang mana semuanya menunjuk kepada apa yang tidak terlihat oleh mata manusia dan yang membuktikan adanya daya atau tenaga aktif bekerja. Kata Ibrani dan Yunaninya digunakan untuk menyatakan angin, daya hidup yang aktif dalam makhluk-makhluk di bumi, desakan dari hati nurani yang menentukan cara orang berbicara dan berprilaku, serta ucapan terilham yang berasal dari sumber yang tidak kelihatan.[10] Selanjutnya, ruach juga menjadi sama artinya dengan nefesh, yakni jiwa dan nyawa, dan akhirnya berarti pula pusat kemauan dan tindakan manusia sehingga ruach menunjukkan juga ‘roh’ dalam arti berada dalam manusia sebagai ‘makhluk rohani’, yakni berakal budi. Dalam Perjanjian Lama, tidak ada ditemukan pertentangan roh dan daging seperti yang terdapat dalam Perjanjian Baru.[11]
Dalam Perjanjian Lama, dapat dilihat beberapa segi pekerjaan Roh, yaitu: [12]

a. Pekerjaan Roh dalam penciptaan
1. Roh melayang-layang diatas permukaan air (Kejadian 1:2). Ini menandakan bahwa pada awalnya roh telah ada dan bahkan sebelum manusia ada, roh itu telah ada dan telah hidup.
2. Membentuk manusia (Kejadian 2:7). Dalam hal ini menandakan bahwa mansia itu dihidupkan melalui Roh, jadi pada initinya bahwa dalam diri manusia itu selalu ada Roh.
3. Mencerahkan langit (Ayub 26:13). Melalui pergerakan Roh, maka langit juga akan mengalami perubahan.
4. Memelihara kehidupan binatang. Ini menandakan bahwa tidak hanya manusia yang tergantung kepada Roh itu, tetapi segala sesuatu yang ada di bumi.
5. Membaharui permukaan bumi (Mazmur 104:30). Roh akan mengubah dan memperbaharui bumu melalui kekuatannya.



b. Pekerjaan roh dalam melengkapi bagi pelayanan
Roh datang pada orang yang dipilih Allah untuk tugas tertentu dan menganugerahkan kecakapan untuk mengemban tugas itu, misalnya :
1. Keahlian (Keluaran 31:3). Roh akan memberikan keahliah kepada manusia untuk segala pekerjaannya.
2. Kepemimpinan (Hakim-hakim 3:10). Roh itu akan memimpin manusia untuk menjalani kehidupan dan memaknainya.
3. Kekuatan badani (Hakim-hakim 14:6)

c.    Pekerjaan Roh dalam mengilhami pada Nabi.
Ada kalanya sekelompok orang yang fanatik mengatakan diri digerakkan oleh Roh untuk melakukan hal-hal bagi orang-orang lain dengan sesuatu yang berlebihan. Dilain-pihak ada sekelompok orang lain yang sangat berhati-hati dan lebih mengerti perihal rohani. Akibatnya kelompok ini cenderung memisahkan diri dari kelompok fanatik itu, dan tidak begitu gampang menyebut diri didiami oleh Roh. Sementara itu ada nabi yang sungguh-sungguh menyadari peranan dan pengaruh Roh. Karya Roh dipandang tinggi bobotnya dalam wujud moral, sedangkan kemungkinan bergerak secara spontan dalam hal-hal rohani dan kebebasan melampaui kebiasaan diakui.

2.2.2.      Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru hal ini dapat dilihat dari awal Kesaksian Yohanes yang terjadi pada waktu dia sendiri melakukan peristiwa pembabtisan itu. Hal ini ingin menjelaskan bahwa Yohanes sendiri ingin memulai pengakuan tentang datang Roh Kudus atau yang disebut dengan Istilah Pentakosta.  Dalam Injil sinoptik, Roh itu tampak seperti merpati yang turun dari langit, singgah di atas Yesus setelah dia selesai di babtis (Mt. 3:16, Mk. 1:10, lk.3:22). Yohanes sama sekali tidak mengenal Yesus sebagai Mesias sebelum Roh Allah turun di atas Dia. Hal ini sama dengan apa yang dinubuatkan dalam Perjanjian lama yaitu Roh Tuhan ada padanya, Roh hikmat dan pengertian roh nasihat dan keperkasaan Roh pengenalan dan takut akan Tuhan (Yes. 11:2, Yes. 42:1 dan Yes. 66:1). Kesaksian Yohanes di sini menyatakan bahwa Dia yang akan membabtis dengan Roh itu akan datang.
Dalam hal ini Yohanes  menggunakan bahasa yang mengingatkan kepada keadaan mengenai respon  kepada ke-Tuhanan Yesus pada waktu pembabtisan: Roh akan datang dan turun dari sorga dan tetap tinggal bersama dengan Yesus Kristus, sebagaimana yang dikatakan dalam Perjanjian Lama. Suara dari sorga mengumandangkan bahwa Yesus akan dipenuhi Roh Kudus dan Dia akan membabtis manusia dengan Roh. Kesaksian Yohanes menunjuk kepada suatu moment yang pasti. Kesaksian Yohanes itu dapat dilihat dalam tempat pembabtisan dan pada turunnya merpati sebagai terang atas Yesus pada saat pembabtisan-Nya. Pembabtisan Yohanes menceritakan bagian yang perlu dari kesaksiannya dan Dia sebelumnya tidak mengetahui apa dan siapa Yesus sebelum Roh Kudus yang turun dari langit naik ke atasnya, serta dia mengakui Yesus, hanya kerena Yohanes telah melihat tanda itu turun dari langit. Yohanes yakin bahwa banyak kesempatan untuk melihat spritualitas Yesus pada masa kehidupan-Nya dan hubungan pembabtisan Yesus telah  dijanjikan sebelumnya, dia telah melihat sesuatu yang ada dalam diri Yesus, ketika Yesus dibabtis. Tetapi cerita ini bukan berarti bahwa pembabtisan dan turunnya Roh Kudus ke atas-Nya itu merupakan akhir ke-Mesiasan-Nya. dia mengatakan bahwa turunnya Roh Kudus ke atasnya sudah cukup sebagai tanda kepadanya untuk mengakui ke-Mesiasan Yesus. Roh Kudus akan turun di atas Yesus dan tinggal bersama Dia, artinya bahwa pembabtisan Yesus sebagai awal kebesaran-Nya. [13]  



[1] Bnd. J. L. Ch. Abineno, Roh Kudus dan Pekerjaan-Nya, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 5-7.
[2] Bnd.John R.Hinnels (ed.), A New Dictionary of Religions, Blackwell Publishers Ltd, USA 1995: hlm. 492.
[3] Bnd. W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 386.
[4] Bnd. Xavier Leon-Du Four, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta 1990: hlm. 470.
[5] Bnd. Xavier Leon-Du Four, Ensiklopedi Perjanjian Baru, hlm. 471.
[6] Bnd. Xavier Leon-Du Four, Ensiklopedi Perjanjian Baru, hlm. 472.
[7] Lih. Gerhard Kittel, to pneuma agion dalam, TDNT Vol 1, Grand Rapids, Michigan 1992: hlm. 103-105.
[8] Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teology, Kanisius, Yogyakarta 19961: hlm. 258.
[9] Philip J. Rosato, The wetsminster Dictionary Of Christian Teology,  The Westminster Press, Philaelpia1983: hlm. 262.
[10] Bnd. Harun Hadiwijono, Iman Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1984: hlm. 131
[11] Bnd. Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 1, Kanisius, Yogyakarta 2004: hlm. 246-247
[12] Bnd.“Roh Kudus” dalam J.D. Douglas (peny.), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, Yayasan  Komunikasi Bina Kasih, Jakarta 2008: hlm. 318-319
[13] Lih. Dave Hegelberg, Tafsiran Injil Yohanes (pasal 1-5), ANDI, Yogyakarta 1999: hlm. 69-70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar