Kamis, 08 September 2016

KEPEMIMPINAN TEORI DAN PENGEMBANGANNYA

Bab. 1 KEPEMIMPINAN
            Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.
Tugas Kepemimpinan
             Tugas ini meliputi dua bidang utama yaitu:
  1. berhubungan dengan pekerjaan (task function)
  2. berhubungan dengan kekompakan kelompok (relationship function)
Tugas kepemimpinan yang berhubungan dengan kerja kelompok antara lain:
  1. memulai (initiating), misalnya mengajukan masalah kepada kelompok dan mengajak anggota mulai memikirkn dan mencari jalan pemecahannya.
  2. Mengatur (regulating)
  3. Memberitahu (informing)
  4. Mendukung (supporting)
  5. Menilai (evaluating)
  6. Menyimpulkan (summarizing)
Tugas kepemimpinan yang berhubungan dengan kekompakan kelompok antara lain:
  1. mendorong (encouraging): bersikap hangat, bersahabat dan menerima
  2. mengungkapkan perasaan : menyatakan perasaan terhadap kerja dan kekompakan kelompok seperti puas, senang.
  3. Mendamaikan: mempertemukan dan mendamaikan pendapat-pendapat yang berbeda.
  4. Mengalah : kemauan untuk mengubah dan menyesuaikan pendapat dan perasaan sendiri dengan pendapat dan perasaan orang yang dipimpinnya.
  5. Memperlancar : kesediaan membantu mempermudah dan keikutsertaaan para anggota sehingga semua rela menyumbangkan gagasan-gagasan.
  6. Memasang aturan permainan: menyampaikan aturan dan tata tertib yang membantu kehidupan kelompok.
Gaya Kepemimpinan
Dari dua bidang tugas kepemimpinan itu, dikembangkan teori 4 gaya kepemimpinan dasar, yaitu:
  1. kekompakan tinggi dan kerja rendah. Gaya ini berusaha menjaga hubungan baik, keakraban dan kekompakan  kelompok tetapi kurang memperhatikan unsur tercapainya tujuan bersama.
  2. kerja tinggi dan kekompakan rendah. Gaya ini menekankan segi penyelesaian  tugas dan tercapainya tujuan kelompok. Gaya ini menampilkan gaya kepemimpinan yang amat direktik, dan baik untuk kelompok yang baru dibentuk.
  3. kerja tinggi dan kekompakan tinggi. Gaya ini cocok digunakan untuk membentuk kelompok.
  4. kerja rendah dan kekompakan rendah. Gaya ini kurang menekankan penyelesaian tugas dan kekompakan kelompok, cocok untuk kelompok yang sudah jelas akan tujuan dan sasarannya.
Namun dari keempat gaya itu tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk dibandingkan satu sama lain. Hal ini tergantung dari macam kelompok yang dipimpin. Kepemimpinan yang baik tergantung dari kemampuan untuk menilai keadaan kelompok dan memberikan kepemimpinan yang dibutuhkan sesuai tingkat perkembangan kelompok yang ada.
Cara Mempengaruhi Kelompok
            Sehubungan dengan proses mempengaruhi kelompok itu, teori Warren Schmidt dan Robert Tannenbaum dari California mengatakan ada 5 cara pemimpin , yaitu: pemimpin menyuruh kelompok manakala dia sendiri memikirkan perkara, mengambil keputusan dan memberitahukannya kepada kelompok. Pemimpin menjual kepada kelompok, manakala dia memikirkan, memutuskan dan menjelaskan untung-rugi dan segala konsekuensinya. Pemimpin minta nasihat, dia menerima usul-usul dari mereka, lalu membuat keputusan sendiri. Pemimpin bergabung dengan kelompok jika dia menyajikan masalah dan hal-hal yang menjadi batas pemecahan masalah itu. Terakhir adalah pemimpin memberi kekuasaan kepada kelompok, dia menyajikan masalah, memberitahu dan menyerahkan kepada mereka cara pemecahannya.
Pematangan Kelompok
            Kelompok yang matang adalah kelompok yang mampu menyusun struktur kerja untuk mencapai tujuan dan mampu menjaga kekompakan dalam hubungan antar pribadi. Itu berarti kelompok sudah mengetahui apa yang dilakukan dan alas an mengapa itu dilakukan. Untuk mencapainya, maka pemimpin dapat menggunakan kelima cara mempengaruhi kelompok di atas.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
            Ada faktor-faktor yang mempengaruhi pemimpin untuk mempengaruhi kelompok antara lain:
  • yang berasal dari kita sendiri yaitu pengertian kita tentang kepemimpinan, nilai yang kita kejar, cara dan pengalaman kita.
  • Pandangan kita tentang manusia, di sini ada dua pandangan yaitu teori X yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu tidak menyukai pekerjaan dan sedapat mungkin menghindari pekerjaan. Sedangkan teori Y mengatakan bahwa bagi manusia, bekerja adalah hal yang alamiah seperti halnya bermain atau istirahat.
Selain itu keadaan kelompok orang yang kita pimpin juga mempengaruhi kepemimpinan kita. Kelompok yang matang cenderung membuat kita rela menyerahkan kepercayaan dan kekuasaan kepada anggota, sedangkan kelompok yang belum matang membuat kita cenderung bertindak otoriter dan terlalu direktif.

Bab.2 MEMBACA KELOMPOK
            Setiap kumpulan orang yang tumbuh menjadi kelompok, berkembang lewat tahap-tahap yang kurang lebih sama. Ada teori yang melukiskan tahap-tahap ini, yang disebut Tangga Cog, yang menggunakan lima tangga yaitu:
  1. tingkat sopan santun, merupakan saat perkenalan dan saling bertanya serta memberitahu tentang hal-hal yang diminati bersama.
  2. tingkat mengapa kita ada di sini, merupakan saat untuk merumuskan tujuan dan sasaran kelompok. Di sini identitas kelompok masih rendah, belum terjadi.
  3. Tingkat usaha mendapat kekuasaan, di sini para anggota akan berusaha untuk mempengaruhi kehidupan kelompok, dan kelompok-kelompok kecil akan muncul untuk menggunakan kelompok besar itu demi kepentingan mereka.
  4. tingkat konstruktif, ditandai oleh perubahan-perubahan sikap dalam diir anggota. Mereka mampu untuk saling mendengarkan dengan sungguh-sungguh, terbuka dan saling menerima.
  5. tingkat kompak, dimana para anggota  punya semangat yang tinggi dan kesetiaan yang mendalam kepada kelompok.
Peranan Kita Sebagai Pemimpin
            Semakin dewasa kelompok berkembang, maka peranan sebagai pemimpin makin berkurang. Pada tingkat sopan-santun, pemimpin melihat dulu tempat pertemuan, keadaan dan perlengkapannya. Pemimpin juga mengatur tempat duduk, menyambut kedatangan para anggota. Atau secara singkat, pemimpin harus menciptakan suasana keamanan psikologis anggota. Pada tingkat kedua, pemimpin menekankan unsur penyelesaian tugas bersama, sikapnya lebih berpegang pada perkara dan bersikap businesslike artinya memberikan informasi dan penjelasan kepada anggota mengapa ada di sini, apa dan bagaimana pekerjaan dilakukan.

            Pada tingkat Usaha Mendapatkan Kekuasaan, pemimpin perlu membantu kelompok dengan lebih memperhatikan hubungan antar mereka. Pemimpin juga harus menyediakan harapan-harapan kita dengan keadaan dan perkembangan kelompok. Dan pada tingkat konstruktif, pemimpin mempengaruhi kelompok dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang konstruktif, merumuskan, dan mengembangkan seluruh bakat dan kemampuan para anggota. Dan pada tingkat yang terakhir (tingkat kompak), pemimpin sudah mulai merasa bangga atas kesuksesan dan persahabatan, namun kita masih harus tetap menjaga kepekaan terhadap gejala-gejala kemunduran kelompok.

Kelompok Yang Sudah Ada
            Kepemimpinan dalam kelompok yang sudah lama berdiri adalah tambah rumit karena jumlah para anggota dalam kelompok, kebutuhan komunikasi dan informasi antara mereka, dan bertambahnya kekuasaan dan tanggung jawab kelompok-kelompok sendiri. Teori Larry E. Greiner menjelaskan perkembangan organisasi ini dalam 5 tahap, yaitu: pada tahap awal, kelompok itu biasanya lahir berkat munculnya seorang pemimpin yang kharismatis. Di sini peranan pemimpin lebih inspiratif daripada direktif dan lebih memberi jiwa daripada mengatur. Tahap ini berakhir pada waktu kelompok mulai kacau, tanggung jawab tidak dilaksanakan sepenuhnya. Sehingga untuk menghadapi krisis ini dibutuhkan kepemimpinan direktif. Kepemimpinan ini akan menciptakan prosedur dan saluran dan menuntut pertanggung jawaban yang teratur.

            Namun ada kelemahannya, yaitu semakin kelompok berkembang, para anggota mulai merasa terbelenggu oleh tata tertib dan peraturan yang ada. Ada kejenuhan akibat kegiatan yang itu-itu saja. Maka kelompok memerlukan pemimpin yang mampu dan tidak terganggu dengan pemberian delegasi yang wajar. Komunikasi masih tetap dari atas tetapi pemimpin bukan lagi bersifat mengatur melulu. Tetapi jika pertumbuhan ini tidak terkendali dimana pemimpin tidak lagi menguasai keadaan, pemborosan tenaga dan keuangan, dan pengeluaran yang tidak pentingpun menumpuk. Di sini kelompok membutuhkan pemimpin yang koordinatif, yang dapat merumuskan keseluruhan kerja kelompok dan pengaturan usahanya. Dan kepemimpinan yang kelima adalah kolaboratif, maksudnya lebih bersandar pada hubungan antar pribadi dan kerja sama (kerja tim).

Bab. 3 MENGATASI KEADAAN
            Dalam kehidupan berkelompok, ketegangan kerap kali terjadi. Namun ketegangan itu dapat diarahkan menuju ke kebaikan, tetapi dapat juga menuju konflik. Hal ini adalah tergantung pada kecakapan pemimpin umtuk menanganinya. Ketegangan ini umumnya akibat adanya perbedaan pendapat. Pemimpin harus menyadari bahwa perbedaan yang dimiliki oleh kelompok dapat diolah menjadi penambahan energi kelompok mengatasi masalah dan juga meningkatkan kreativitas kelompok. Seni untuk itu adalah mengolah perbedaan dan ketegangan yang muncul dari perbedaan itu.

Persaingan dan Kerjasama.
            Persaingan meningkatkan ketegangan karena semua pihak melihat tujuan mereka saling bertentangan dan tak tersatukan. Pihak yang satu memandang kelompok lain secara negatif.  Sementara kerjasama adalah keadaan dimana orang0orang memandang bahwa tujuan mereka tidak saling bertentangan dan eksklusif, dan perbedaan pendapat tidak berarti orang tidak mengejar tujuan yang sama. Nah, pemimpin perlu berusaha untuk selalu menciptakan suasana kerjasama dan siap menghalangi muncul dan berkembangnya semangat persaingan.

            Persaingan maupun kerjasama bukanlah persoalan baik atau buruk tetapi tepat atau tidak tepat. Di sini pemimpin perlu memberi kesempatan orang yang keliru untuk mengubah pikiran pikiran mereka tanpa direndahkan. Ini agar ketegangan tidak berkembang dan merusak produktivitas kelompok.

 Strategi Mengatasi Ketegangan
            Mengatasi ketegangan dapat berhasil  dengan menghindarinya jika masalahnya muncul dari kepentingan pribadi yang dapat ditangkap batangnya. Tetapi kalau masalahnya serius, cara itu tidak tepat. Ketegangan dapat diredakan dengan memberi waktu dan membiarkan suasana reda menunggu kesempatan untuk memecahkan masalah dengan tenang dan rasional. Selain itu, ketegangan juga dapat dirukunkan, dan dalam hal ini diperlukan 4 kecakapan:
  1. diagnosis mencari macam ketegangan yang muncul: apa pokok ketegangan, bagaimana informasi, kebiasaan, ajaran dan hukum yang berhubungan dengan persoalan itu.
  2. inisiatif, yaitu kecakapan untuk mengambil langkah pertama untuk kerukunan: kapan dan bagaimana mendekati orang yang terlibat.
  3. mendengarkan, yaitu kecakapan melihat sudut pandangan orang lain, mengerti apa yang dikatakan secara verbal dan non-verbal.
  4. pemecahan masalah adalah proses untuk mencapai kerukunan, mempunyai 3 langkah yaitu: merumuskan, mengumpulkan cara-cara untuk memecahkan masalah, dan pengambilan keputusan.
Konfrontasi
            Konfrontasi maksudnya adalah dimana seseorang yang sengaja atau tidak, melakukan sesuatu secara langsung memaksa orang lain berpikir, memeriksa, mempertanyakan dan mengubah beberapa kelakuannya.  Agar konfrontasi berhasil, maka harus memenuhi syarat-syarat berikut:
  1. mempnuyani hubungan baik dengan orang yang dikonfrontasi, paling sedikit sadar mengenai macam hubungan antara dirinya dan orang tersebut.
  2. menerima dan bersedia terlibat dengan orang yang dikonfrontasi
  3. mengutarakan konfrontasinya lebih sebagai saran daripada sebagai tuntutan
  4. mengarahkan konfrontasi kepada perilaku yang dapat diingat oleh orang yang dikonfrontasi
  5. membuat konfrontasi bersifat positif dan konstrktif
  6. menyatakan konfrontasinya singkat
  7. menyampaikan fakta sebagai fakta, perasaan sebagai perasaan, tafsiran sebagai tafsiran.

Bab. 4 MENYEMPURNAKAN GAYA KEPEMIMPINAN
            Kepemimpinan tidak dapat diajarkan, tetapi dilatih. Kepemimpinan baru merupakan kepemimpinan, jika dirasakan sebagai kepemimpinan oleh orang-orang yang dipimpin. Ada istilah yang perlu diketahui oleh pemimpin dalam proses mempelajari cara pandang orang tentang dirinya, yaitu umpan balik. Teori yang menunjukkan nilai umpan balik adalah teori “Jendela Johari” oleh Joseph Luft dan Harry Ingham. Jendela itu terdiri dari 4 kaca. Kaca pertama disebut Arena atau kaca terang, sehingga kita dapat melihat diri kita sendiri dan orang lain juga dapat melihat kita.
            Kaca kedua disebut Blind Spot, artinya kaca satu sisi dari luar, karena orang lain dapat melihat hal-ha yang ada pada kita tetapi kita sendiri tidak melihatnya. Kaca ketiga adalah Façade, yaitu kaca satu sisi dari dalam. Maksudnya, kita dapat melihat hal-hal yang sehubungan dengan diri kita tetapi orang lain tidak melihatnya. Dan kaca yang keempat adalah Unknown atau kaca gelap tertutup es. Artinya adalah ada hal-hal yang kita sendiri dan orang lain tidak dapat melihatnya.
            Adapun manfaat Jendela Johari ini adalah:
Ø  memberitahu kepada pemimpin alasan rasional tentang manfaat umpan balik dan penghargaan orang mengenai nilainya.
Ø  Membantu pemimpin menemukan gejala dari perilaku yang tidak tepat yang agak permanen pada anggota.

Mutu Umpan Balik
            Umpan balik yang mempunyai nilai mendidik, harus mempunyai sifat:
  • Selalu berpusat pada perilaku. Umpan balik yang baik selalu diberikan agar dapat didengar oleh orang lain, dimengerti dan digunakan.
  • Umpan balik yang paling baik adalah umpan balik yang khusus. Jauh akan lebih membantu jika dalam umpan balik itu ditunjukkan contoh-contoh konkret, dimana kita tidak membagi tanggung jawab dan tugas secukupnya.
  • Tidak bersifat evaluatif, maksudnya umpan balik itu sekedar merupakan pemberitahuan tentang akibat perilaku orang tertentu pada dirinya dan mengajak untuk mempertimbangkan kembali.
  • Umpan balik dalam kelompok. Dalam kelompok, anggota dapat saling menanyakan apakah tindakannya sudah baik atau belum.
  • Umpan balik efektif jika langsung disampaikan, tanpa ditunda.
  • Penerima umpan balik ikut bertanggung jawab atas efektivitasnya.
Harapan Tersembunyi
            Dalam kelompok, setiap anggota mempunyai sikap dan nilai yang tidak harus diungkapkan dan disharingkan. Itulah yang dinamakan harapan tersembunyi, dan tentu ada alasannya. Kita dapat memperlancar pemunculan dan pengolahan harapan-harapan tersebut dengan memberi kesempatan kepada anggota untuk mengungkapkan segala keinginan mereka pada waktu menyusun acara pertemuan dan cara kelompok mengolah acara-acara itu selanjutnya.

Bab. 5 MEMBUAT KEPUTUSAN
      Cara-cara Keputusan Diambil
  1. satu orang membuat keputusan bagi kelompok. Jika keputusan itu diterima, maka orang itu merasa ‘dipakai’ dan bermanfaat bagi kelompok.
  2. satu orang yang merasa mempunyai hak untuk membuat keputusan. Ini karena  dia merasa tidak menghargai pandangan orang lain.
  3. cara dalam membuat keputusan adalah dengan bergandeng tangan. Dalam satu kelompok, ada anggota yang mengusulkan satu usul yang bagus, kemudian dua atau beberapa orang mendukungnya sehingga ada kesan seolah-olah semua anggota mendukungnya.
  4. kelompok minoritas membuat keputusan bagi kelompok.
  5. pengambilan keputusan lewat voting. Ini dilakukan jika persetujuan bersama tidak nampak dalam kelompok.
  6. keputusan terjadi akibat persetujuan bersama. Inilah cara yang paling sehat bagi kelompok.
Keputusan Yang Baik dan Benar
            Pemimpin diharapkan mampu membuat keputusan yang baik yaitu yang bermutu dan diterima oleh orang yang terlibat. Namun tidaklah mudah untuk selalu mendapat keputusan demikian tetapi kita dapat mendapatkan keputusan yang tidak ideal dan mampu membawa kita ke tujuan.

Proses Membuat Keputusan
            Pada awal acara pembuatan keputusan, pemimpin harus menyampaikan informasi sebanyak mungkin dan kelompok diberi waktu untuk membicarakan bagaimana melakukannya. Untuk membuat keputusan sendiri berguna kalau kita mengusulkan caranya terlebih dahulu. Ada 6 langkah dalam pembuatan keputusan ini, yaitu:
Langkah I: merumuskan sasaran
Langkah II: merumuskan halangan dan hambatan untuk mencapai sasaran
Langkah III: memilih masalah yang bila dipecahkan, memungkinkan kelompok bergerak menuju ke tujuan.
Langkah IV: melahirkan dan mengumpulkan berbagai keputusan yang mungkin.
Langkah V: menilai segala keputusan yang mungkin dihasilkan oleh kelompok lewat teknik pengumpulan gagasan.
Langkah VI: memilih satu keputusan dan perencanaan untuk melaksanakannya.

Bab.6 MENYUSUN RENCANA
            Perencanaan merupakan pekerjaan yang berat dan menuntut kesabaran. Dalam perencanaan, kita jangan langsung bekerja mencapai sasaran sebelum langkah-langkah untuk mencapai sasaran itu ditentukan dengan teliti.
Proses Perencanaan
            Adapun langkah-langkah dalam proses perencanaan adalah:
  • langkah I: merumuskan kebutuhan. Kita harus mengetahui apakah kebutuhan-kebutuhan yang dirumuskan itu ada dalam lingkup tanggung jawab kita, maksud tujuan kelompok dan tujuan lembaga didirikan.
  • Langkah II: menganalisis kebutuhan. Jika sudah dianalisis, kita dapat mengetahui kesamaan dan kecenderungan yang dimiliki oleh kelompok sehingga kita dapat memutuskan kebutuhan yang perlu dipenuhi.
  • Langkah III: merumuskan sasaran. Setelah kebutuhan dirumuskan, maka semua anggota kelompok diberi waktu untuk merenung dan mendoakannya sebelum memilih kebutuhan mana yang lebih disetujui.
  • Langkah IV: memancangkan sasaran. Sebuah tujuan dapat mempunyai satu sasaran atau biasanya lebih. Dan inti sari perencanaan mulai pada waktu sasaran disetujui bersama oleh kelompok. untuk setiap sasaran tersebut, setiap anggota diberikan tanggung jawab.
Perencaan Untuk Perubahan
            Perencanaan selalu menyangkut perubahan. Lewat perencanaan, kita hendak bergerak meninggalkan titik A menuju titik B. Dalam proses ini kita harus mencatat semua faktor yang mendukung usaha kita.

Mengapa Rencana Tidak Dilaksanakan
            Salah satu alasan umum mengapa rencana tidak dilaksanakan adalah bahwa sebenarnya kebutuhan untuk membuat rencana itu tidak terasa dibutuhkan, dan banyak lagi. Namun kita harus ingat bahwa menyusun rencana itu sulit, sebab kita harus berpikir.

Bab 7. PENGELOLAAN
            Antara kepemimpinan dengan pengelolaan berbeda satu sama lain. Pengelolaan merupakan kepemimpinan yang khusus. Kunci perbedaan antara kepemimpinan dengan pengelolaan adalah ‘organisasi’. Dengan latar belakang pembedaan itu, pengelolaan didefinisikan sebagai “bekerja dengan dan lewat orang-orang secara pribadi dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasional lembaga, sementara dalam kepemimpinan, pemimpin dapat mencapai tujuan pribadinya sendiri atau membantu orang lain mencapai tujuan pribadi mereka. Selain itu, pengelolaan juga mempunyai dimensi lain yaitu tanggung jawab social. Di sini, dalam pengelolaan, yang dikelola adalah dampak dan tanggung jawab social atas usaha yang dijalankan.

Yang Dilakukan Oleh Pengelola.
            Adapun fungsi atau tugas seorang pengelola (manager) adalah:
  • Merencanakan, ini menyangkut cara-cara untuk memotivasi untuk mencapai tujuan dan sasaran, terutama untuk melibatkan semua anggota.
  • Mengorganisasi, menyangkut penggunaan segala sumber tenaga, dana, bahan material yang ada, sesuai yang telah direncanakan.
  • Memotivasi, mendorong diri sendiri dan orang lain untuk mengejar tujuan dan sasaran. Memang motivasi itu perasaan yang muncul ketika ada kebutuhan yang amat penting dirasakan. Namun jika kita mengingat bahwa pemimpin yang memiliki visi dan kemampuan untuk membantu orang lain mengembangkan visi mereka, dalam visi itu pasti ditemukan kebutuhan-kebutuhan yang belum terasa. Oleh karena itulah kita dapat memotivasi mereka untuk kebutuhan itu timbul, dirasa, dan diterima.
  • Mengawasi, maksudnya adalah menjaga pelaksanaan segala tugas demi tercapainya tujuan dengan baik.
Gaya Pengelolaan
1.      gaya tradisional. Di sini pengelola mempunyai ciri keterlibatan kuat pada lembaga dan enggan untuk mengambil resiko. Pengelola suka memandang ke belakang dan melakukan hal yang dulu telah dilakukan.
2.      gaya pengusaha. Pengelola dengan gaya ini tampil sebagai pengelola yang memiliki keterlibata kecil pada lembaga dan sangat suka mengambil resiko dan memandangnya sebagai tantangan. Pengelola ini adalah pengelola yang selalu goyah dan mudah berganti.
3.      gaya bertujuan. Di sini pengelola tampil denga keterlibatan kuat kepada lembaga dan mau membuat eksperimen juga mengambil resiko. Pengelola di sini adalah pengelola yang terarah lurus.
4.      gaya krisis. Pengelola dengan gaya ini tidak memiliki keterlibatan kuat pada lembaga, juga tidak mau mengambil resiko. Dia tidak mau berkomunikasi selain dengan cara melarikan diri atau berkelahi.

Bab.8 DELEGASI
            Delegasi dapat didefinisikan sebagai pemberian sebagian tanggung jawab dan wibawa kepada orang lain. Akan tetapi delegasi ini dapat menjadi masalah bagi orang yang memegang teori X tentang manusia seperti yang dilukiskan dalam bab I yaitu tidak suka bekerja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar